Pertama dan Terakhir

67 8 6
                                    

Dulu, saat aku masih bisa menyebut wanita itu 'Mama', aku selalu berharap agar kelak menjadi sepertinya.
Wanita yang dulu sangat kukagumi, yang dulu sangat kucintai, yang dulu sangat kusayangi, yang dulu menjadi duniaku, sekarang berbanding terbalik.

Dia yang dulu kusebut 'Mama', sekarang menjadi seseorang yang sangat tidak ingin kukenal.
Dia yang sekarang sangat kubenci.
Dia yang dengan teganya membuangku ke panti asuhan.
Dia yang tega meninggalkanku dengan tangis.

Dialah Mama, seseorang dari 'masa laluku'.

-

Enam tahun yang lalu, aku masih berusia enam tahun. Hari itu, Mama mengajakku jalan-jalan ke sebuah kota yang tidak kukenali. Mama memanjakanku disana. Membelikanku banyak sekali mainan dan baju. Juga buku yang katanya agar aku tidak bosan.

Mama mengajakku membeli makanan. Memborong begitu banyak kue yang sangat kusukai. Dia menyuapiku. Mengelap makanan yang berceceran dimulutku. Lalu menyanyikan sebuah lagu untukku.

Mama dengan telaten membacakan aku sebuah dongeng sembari menyetir. Hari itu, sering sekali dia tersenyum dan tertawa. Dia melakukan apapun untuk menyenangkan diriku.

Lalu kami bermain ke taman hiburan. Sangat lama kami berada disana. Menaiki bianglala, flying fox, balok apung, tagada, dan masih banyak lagi. Lebih dari lima jam kami disana. Selanjutnya kami pergi ke kebun binatang. Menaiki kuda, berfoto dengan gajah, sirkus unta. Kami menyaksikan beberapa wahana permainan yang belum boleh kunaiki.

Selepas itu, Mama membawaku kesebuah lapangan. Beberapa menit kemudian banyak sekali letusan kembang api yang menghiasi langit. Berwarna-warni dan membuat langit gelap terang benderang.

Aku ingat, saat itu aku berada didalam gendongan Mama. Mulai tertidur disana. Dan akhirnya aku memejamkan mata.

Paginya, aku terbangun disebuah tempat yang tidak kukenali. Tanpa Mama disampingku. Dia tidak ada dimana-mana. Aku mulai panik. Menangis dan seseorang membuka pintu.

Orang itu menggendongku dan menenangkanku. Kulihat banyak anak disekitarku dengan baju yang lusuh. Mereka bermain dengan gembira. Aku ingat, saat itu aku bertanya pada orang itu.

"Apa ini sekolah?"

Dan orang itu menggeleng dengan wajah iba. Aku mulai mengerti saat itu, kehadiran banyak anak yang mulai mengelilingiku dan menyebutku sebagai saudara baru mereka.

Yang mulai kusadari adalah "Mama membuangku".

-

"Cha, kenapa?"

Aku tersadar dari lamunanku saat seseorang memegang bahuku. Aku mengenali orang itu. Namanya Eya, teman sekamarku disebuah panti asuhan.

Aku yang sedang bebenah langsung menggeleng lemah. Air mataku mulai turun. Hari ini, aku akan pergi dari panti ini menuju rumah keluarga baruku. Meninggalkan Eya yang lebih muda dua tahun dariku.

Aku menangis dipelukannya. "Mama jahat, Ya. Aku benci Mama. Aku pengen tetep disini!" kataku terisak-isak.

Eya menatapku iba. "Siapa yang kamu panggil Mama? Mama kandungmu atau Mama Ina?"

Aku menggeleng. Aku juga tidak tau. Siapa yang saat ini kusebut Mama. Pikiranku kacau. Dan sedetik kemudian aku jatuh dibahu Eya.

-

Yang pertama kulihat saat aku membuka mata adalah Eya. Dia menatapku dengan raut wajah yang sangat khawatir.

Beberapa anak juga berada didekatku. Aku bangun dari posisi tidurku menjadi posisi duduk. Eya membantuku.

Sedetik Untuk Mama (1/1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang