"Kyyaaa...Oppaku. Bukankah Dia sangat tampan?"
"Dia melihat ke arahku."
"DIA HANYA MELIRIKMU. JANGAN TERLALU BERLEBIHAN."
"Ya, Tuhan. Benarkah..?"
Segerombolan remaja memekik dengan heboh."Minggu kemarin, Aku mengirimkan jam tangan bermerk untuknya."
"Pantas saja Dia mengenalmu."
"CCHHII..! DIA PUNYA BANYAK YANG SEPERTI ITU DI LEMARI. KEMARIN, DIA MEMBERIKAN SATU JAM TANGAN PEMBERIAN KALIAN UNTUK PACARNYA."
Gadis itu menoleh, raut wajahnya menunjukan keterkejutan.
"KENAPA MENATAPKU SEPERTI ITU? SUNGGUH. AKU TIDAK BOHONG."
Kali ini, bola mata gadis yang diajaknya bicara itu tampak melebar.
"Dia juga pernah memakai kaos pemberianku," lanjutnya.
"KAU MERASA DIBODOHI, KAN? AKU BISA MENGERTI."
"Tidak mungkin!"
"SUNGGUH, KENAPA OTAKMU LAMBAT SEKALI MENCERNA INFORMASI? JANGAN MUDAH TERPEDAYA OLEH KETAMPANANNYA."
"Kudengar Dia hobi membaca buku," katanya pada lawan bicaranya.
"JANGAN MENGALIHKAN PEMBICARAAAN. BACA BUKU PANTATKU. LELAKI YANG KAU SUKAI ITU MANIAK GAME."
"Benarkah? Apapun yang Dia lakukan pasti keren. Aku membayangkan kesehariannya di dorm. Kurasa, meskipun hanya tiduran dan main game, Dia pasti keren sekali. Tapi, ternyata hobinya sangat bagus. Melebihi bayanganku. Ia tampan, rajin, dan pandai. Bagaimana ya rasanya, kalau Kita bisa masuk ke dalam dormnya? Pasti menyenangkan."
"PASTI MENGECEWAKAN! SUDAH KUBILANG DIA ITU MANIAK GAME. DIA TIDAK AKAN MANDI APALAGI MENGGANTI CELANA BOXER-NYA SAMPAI BOSAN BERMAIN."
Jiyeon menggelengkan kepala. Percakapan seperti ini sudah sering didengarnya. Beli ini beli itu. Oppaku keren, Opakku sempurna. Seandainya mereka tahu apa yang dilakukan idolanya setiap hari.
"YAA..!"
Tiba-tiba tengkuknya terasa sakit."Aduh..!" Jiyeon mengenyit kesakitan.
"Berhentilah bertingkah seakan-akan Kau masih hidup. Jangan ikut campur urusan mereka!"
Rupanya, hantu usil yang suka mengganggu kesenangannya datang lagi.
"Apa yang kau pikirkan? Pasti kau sedang mengumpatku, kan?"
Jiyeon menatap hantu setengah badan yang mengambang di sampingnya. Seharusnya, ekspresi kesalnya sudah bisa menyadarkan hantu itu, betapa menjengkelkan jika ada yang datang dan tiba-tiba memotong pembicaraan mereka. Itu, jika hantu usil ini peka. Sayangnya, tidak.
"Aku hanya mengingatkan temanku saja. Aku tidak mau... AKkhh..!" Jiyeon berhenti bicara karena lagi-lagi hantu usil itu memukul keningnya.
"Teman dari mana? Jangan ngawur! Mereka bahkan tidak bisa melihatmu"
"Dulu, setiap hari Dia datang ke agensi bersama teman-temannya. Kami pernah menunggu di parkiran, berteduh di bawah pohon saat hujan, duduk di pinggir jalan, nonton konser bersama. Meskipun sekarang Dia sudah berpindah fandom, Kami pernah berjuang bersama demi orang yang kami sayangi."
"Cukup. Aku bosan mendengar bualanmu. Kalau Dia tahu Kau mengikutinya, Dia pasti tidak akan mau jadi temanmu."
"Bukan Aku yang mengikutinya. Kebetulan, Kita punya hobi yang sama."
"Bilang saja hobimu adalah menguntit."
"Aku tidak menguntit. Aku hanya penasaran dengan apa yang orang-orang lakukan. Oh, ya, kemarin, Aku masuk ke dalam dorm TVXQ dan tidur di samping Yunho," kata Jiyeon yang diakhiri dengan tawa cekikikan.
Teman hantunya mendelik.
"Kau sama saja seperti mereka.""Kami tidak sama. Anak ini adalah sasaeng fans dan cepat bosan. Ia mudah terbuai dengan Idol baru, sedangkan Aku adalah hantu yang punya tujuan dan tahu seperti apa kerasnya kehidupan ini."
"Turunlah. Ayo, ikut Aku!"
Tangan Jiyeon ditarik. Ia meloncat turun dari bahu gadis yang mereka bicarakan."Bahuku, tiba-tiba tidak terasa pegal lagi," kata gadis itu tepat setelah Jiyeon menjauh darinya.
Sebelum pergi Jiyeon hanya melirik sekilas. Terpaksa, Ia harus berpisah dengan sahabat seperjuangannya itu.
"Jiyeon, tunggu apa lagi? Biarkan manusia -manusia itu. Jangan bertengger di bahu gadis malang itu lagi."
"Cerewet sekali," gerutu Jiyeon sambil menyusul teman hantunya.
*************
Kim Jong In duduk di tangga sambil memegang sekaleng minuman bersoda. Matanya mengarah ke lapangan, tempat dua temannya sedang berlari. Desiran angin membuatnya reflek menarik resleting jaket hingga membungkus leher jenjangnya.
"Hei, Jong In! Kau tidak berlari? Ini bagus untuk pernapasanmu," teriak salah seorang temannya dari lintasan.
Kim Jong In hanya melambaikan tangan.
Dibandingkan trainee lainnya, Ia bukanlah seseorang yang patuh pada peraturan."Kenapa Kau santai sekali?" tanya temanya saat mereka berjalan pulang.
"Aku sudah berlari selama 2 jam," jawabnya santai."Kami sudah berlatih selama empat jam."
Kim Jong In hanya menaikan bahunya sedikit dan tersenyum.
"Good job!" Ia menepuk teman yang biasa dipanggilnya dengan Hyung itu.
"Jong In, kalau kau mau bisa debut bersama, tetaplah berlatih bersama kami."
"Iya, Hyung. Aku lapar, ayo kita cari makanan."
Pemuda bernama asli Joon Myun itu mendelik padanya.
"Jangan coba-coba mempengeharuiku."
"Baiklah, kalau Hyung tidak mau. Bagaimana denganmu Myung So Hyung?" Jong In menatap trainee lain yang dari tadi tidak bersuara.
"Ini saatnya merecharge tubuhku," timpal pria itu tanpa banyak penjelasan.
Jong In tersenyum karena merasa menang.
"Jika kita sudah di dorm nanti, jangan mengeluh lapar ya Hyung?" Ia merangkul Myung So dan berjalan terlebih dahulu.
"Tunggu Aku!" akhirnya Joon Myun ikut terpengaruh juga.

YOU ARE READING
IMAGINARY COUPLE (When Devil Fall In Love)
FanfictionApa jadinya jika Hantu ingin menjadi seorang artis? Kira-kira, bisakah Ia memiliki senyum seperti Kim Tae Hee, kharisma Jihyun, dan tubuh berisi layaknya Bora Sistar? "Mustahil!" "Tapi, Aku sudah membantumu. Kali ini, tolong bantulah Aku." "Akan k...