detik jam terus berbunyi.
tak terasa ku telah terbangun hanya karna pikiran yang berkelebat di otakku.
ku akui rasanya kepala ini terlalu berat untuk menopang semua pikiran.
bingung harus melakukan apa.
ku telfon seseorang yang menjadi puncak masalah ini.
tak berharap banyak untuk diangkat karna ku tau saat itu sudah jam tidur.
namun suara itu membuatku sadar dari lamunanku.
"halo.." suara diseberang sana, suara yang dulu sangat ku rindukan terdengar serak.
"kamu gak papa?" tanyaku.
"ya." ku tau dia berusaha menahan tangis itu.
"yakin?" ulang ku berusaha membuatnya menumpahkan perasaan nya.
"ku kira kamu sudah bisa memaafkanku." katanya tiba-tiba.
"eh maksudnya?" meminta penjelasan.
"sedendam apa, sampai kamu tega ngelakuin balas dendam kayak gitu.." aku tak mengerti maksudnya apa.
"ma-maaf.." aku tak tau maksudnya apa yang ku tau hanya meminta maaf. dimatanya aku selalu salah.
"kalian..omongan kalian manis, tapi sebenarnya nggak. kalian seperti serigala berbulu domba." kaget? jelas. aku tak mengerti maksudnya. tetesan bening mengalir di pipiku.
"ah bukan ! justru kata-kata ku itu selalu bikin sakit tapi sebenarnya gak kayak gitu." ucapku dengan nada segembira mungkin. menutupi suara bergetar ku. CUKUP. sungguh aku lelah.
"ku rasa cukup sampai sini. aku tak akan menghubungimu lagi."
"iya silahkan jika itu membuat mu bahagia." lagi pula siapa yang sering menghubungi. bukankah selalu diriku. pikiran egois itu merasuki ku.
"ya-" belum selesai dia berbicara aku memotong dengan seenak jidat.
"yaudah kalau gitu.dadah." kutekan tombol berwarna merah.
hampir saja
aku tak ingin lagi terlihat sakit olehnya. sudah cukup bagiku. kuhapus semua nomor dan pesan yang berhubungan dengannya.
dan kuhabis kan malam itu dengan tangisan hingga raga ini lelah dan tertidur dibawah bantal yang basah.