Sembilu Nestapa
Cinta, tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati. Jatuhkan hatiku kepadamu sehingga hidupku pun berarti.
Manisnya senyum yang terukir pada wajahnya, mampu membius siapapun. Bahkan mungkin ikut tersedot dalam rasa bahagia gadis itu. Tatapan menerawang jauh. Walau matanya intens menatap beberapa pose kenangan yang tersimpan rapi dalam lembaran-lembaran foto di hadapannya. Gadis itu -atau yang akrab disapa Kiky- nyatanya sedang menyelami memori-memori bahagianya. Memorinya dengan seorang yang berarti bagi hidupnya, ialah Genta. Alasannya kini bersusah-payah menyusun scrapbook alkisah antara Kiky dan Genta.
Ya, sebentar lagi adalah ulang tahun Genta. Karena itu Kiky ingin membuat hadiah yang tak biasa untuk Genta. Sekali lagi ia menatap lekat hasil karyanya dan mengucap kembali kata-kata yang disisipkan pada awal halaman scrapbook. Tak terasa malam makin larut, ia menguap untuk kesekian kalinya. Sahabatnya Dira -yang menginap di rumahnya- sudah sejak tadi tertidur dengan pulas. Kiky menatap sahabatnya itu dan tersenyum kecil. Lalu memutuskan untuk ikut menyusul Dira ke alam mimpi.
Pagi yang cerah menyambut kedua gadis itu. Sinar mentari menyusup dari balik tirai kamar Kiky membuat pandangan mereka menjadi silau. Kedua sahabat itu menggeliat di atas kasur karena merasa waktu tidurnya terusik. Suara kicauan burung yang beradu dengan suara paman pengantar koran tak luput menemani pagi Kiky dan Dira hari ini.
Dira segera mendudukkan tubuhnya di atas kasur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menguceknya menggunakan punggung tangan. Pandangannya teralihkan pada sosok Kiky yang tak kunjung bangun dari tidurnya. Ia menggoyangkan tubuh Kiky beberapa kali sampai sang pemilik tubuh terbangun dari alam mimpi.
"Ada apa sih, Ra? Masih pagi tau," keluh Kiky. Ia mendudukkan tubuhnya di samping Dira.
"Makan yuk, laper nih. Udah mau siang lagi," ajak Dira sambil mengusap perutnya.
"Tapi, 'kan aku nggak bisa masak. Terus belum beli bahan-bahan makanan juga," jawab Kiky.
Dira memutar bola matanya malas. "Ribet amat. Rumah kamu deket sama cafe 'kan? Kita sarapan di situ aja. Jadi, nggak usah repot-repot masak."
Kiky mengangguk setuju. "Setuju. Ayo, buruan mandi!"
Beberapa menit berlalu, akhirnya Kiky dan Dira sudah selesai bersiap-siap. Setelah memastikan rumah terkunci dengan rapat dan dalam keadaan aman, mereka pun melangkahkan kaki menuju cafe.
Kedua gadis itu memasuki cafe tersebut secara bersama-sama. Suara bel yang begitu khas langsung menyambut kedatangan mereka. Mata gadis itu berpencar ke seluruh penjuru cafe. Cafe ini benar-benar ramai, begitu pikir Kiky pada awalnya. Namun, matanya menangkap sosok yang tak asing baginya. Seorang cowok yang ia yakini sebagai kekasihnya sedang bermesraan dengan seorang cewek yang tak dikenalnya. Mereka duduk berhadapan sambil saling melempar canda tawa. Kiky benar-benar terluka, perasaannya hancur saat itu juga. Gadis itu segera mendekati Genta. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.
Genta berdiri dari tempat duduknya, membulatkan kelopak matanya, ia sangat terkejut saat melihat Kiky sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan kecewa. Kini Kiky sudah berada dihadapanya.
"Kok kamu bisa disini, Ky?" tanya Genta.
Kiky menatapnya semakin kecewa sambil berkata, "Aku kecewa sama kamu, Gen."
Deg.
Genta hanya diam membisu, ia sama sekali tidak angkat bicara. Matanya sama sekali tidak menatap Kiky. Hati Kiky mulai bergerumuh, benar-benar sangat sakit rasanyanya, pandangannya mulai mengabur, air matanya berkumpul di pelupuk matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sembilu Nestapa (Kelompok Matahari)
Short StoryTugas pelatihan -Kelompok Matahari- bergenre SongFict. (Event 2) Cinta, tak mungkin berhenti secepat saat aku jatuh hati. Jatuhkan hatiku kepadamu, sehingga hidupku pun berarti.