Lies

11 1 1
                                    

"Wah, kebetulan sekali, Luka!"

Pagi itu Kiyoteru sudah menghampiri Luka di meja makan dengan beberapa berkas. Luka yang sedang menenggak segelas susu itu hanya berhenti sejenak, melirik berkas-berkas itu, dan kembali tidak mempedulikan rekannya.

"Kau tidak ingat perjanjiannya?" Luka berkata dengan nada dingin "Tidak perlu membahas pekerjaan pada pagi hari. Aku mau kuliah. Perlu berapa kali aku sampaikan itu padamu?" 

"Ini adalah perkara yang berbeda" Kiyoteru mengelak dengan sebuah senyum tipis "Targetmu malam ini adalah seorang dari kampusmu!"

Luka tak bergeming. Kiyoteru menyenggol lengannya perlahan.

"Coba kau lihat dulu" ujar Kiyoteru "Barang kali ia adalah kolegamu"

Luka mengangkat tubuhnya dari kursi yang ia duduki. Ia tidak memperhatikan sedikitpun informasi dan bahkan wajah yang tertera dalam berkas tersebut. Gadis itu menenteng tas di bahunya dan berjalan melalui Kiyoteru.

"Aku hampir terlambat untuk kelas" ujarnya dingin

# # #

Luka sedang serius mencatat di bindernya sambil secara bergantian memandang subjek yang ada pada mikroskopnya. Ketika ia mengulangi kegiatannya itu untuk ke sekian kalinya, Luka melihat sebuah tangan yang bertumpu menutupi bindernya.

Luka tergelak, "Maaf--"

"Ai-chan!" pemilik tangan itu tersenyum ketika Luka menyadari kehadirannya "Aku sudah menyelesaikan bagianku. Aku akan menunggumu di cafetaria, jadi kita bisa membahasnya."

Ai adalah nama samaran Luka di kampus ini, lebih tepatnya Ai Megurine. Sekali lagi Kiyoteru lah yang meretas sistem kependudukan pemerintah, memalsukan identitas Luka, dan berhasil meloloskan Luka untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas di Kyoto ini. 

"Aku menamaimu Ai karena itu terdengar seperti alasanmu berada di sini, yaitu karena cintaku"

"Itu menjijikkan, Kiyoteru"

Luka malah mengingat bagaimana Kiyoteru memberitahukannya mengenai identitas palsunya itu...

Ngomong-ngomong, orang yang sedang berbicara dengan Luka ini adalah Gakupo Kamui. Pria itu memiliki perawakan tinggi besar dengan postur tubuh tegap dan atletis  yang ia dapatkan dari kegiatan klub basket. Rambut ungu yang memiliki panjang sepinggang itu diikatnya ke belakang.

"O-oke..." Luka baru menjawab pernyataan Gakupo

"Kau cepat selesaikan ya" ujar Gakupo sambil menanggalkan jubah lab-nya, menggantungnya di hangar lab, kemudian meninggalkan ruangan

Luka kembali melanjutkan pekerjaannya sampai selesai.

# # #

Terlepas dari pekerjaan malamnya sebagai seorang dari agensi pembunuh bayaran, Luka hanyalah seorang mahasiswi biasa atau lebih tepatnya, ia dipaksa untuk berlaku seperti itu untuk menutupi agensi di mana Luka bekerja dari endusan polisi. Semua hal itu mungkin terdengar begitu dingin, tetapi sebenarnya Luka tidak ingin semuanya berjalan seperti itu. Gadis itu terpaksa untuk hidup dalam keadaan ini.

Semuanya berawal dari sebuah kejadian malam itu lima tahun lalu. Saat itu Luka masih SMA dan rumahnya kebakaran. Ayah dan ibu Luka berusaha sekeras mungkin untuk bisa menyelamatkan diri, terutama putri mereka tercinta, tetapi pada akhirnya hanya Luka yang selamat sementara ayah dan ibunya mati terbakar bersama dengan debu. 

Luka sempat berdiam di kantor polisi dan diasuh oleh beberapa polisi wanita yang baik karena ia tidak punya kerabat lain selain kedua orangtuanya. Sampai akhirnya seorang pria dari kepolisian memutuskan untuk mengasuhnya berhubung ia tinggal sendiri dan membutuhkan seseorang yang bisa dianggapnya sebagai adik. Pria itu adalah Kiyoteru Hiyama, seorang intel dari kepolisian.

Hari-hari dijalani Luka dengan ceria ketika Kiyoteru mengambilnya untuk diasuh. Kiyoteru benar-benar memperlakukannya sebagai adik yang baik. Kiyoteru merawatnya, mengajaknya pergi jalan-jalan, dan melakukan hal menyenangkan yang lain. 

Indah. Semua itu memang indah.

Akan terus indah jika seandainya Luka tidak tahu bahwa Kiyoteru adalah seorang agen ganda. Semuanya akan terus indah jika seandainya Luka tidak tahu bahwa Kiyoteru memanipulasinya sehingga ia bisa masuk ke dunia yang begitu gelap ini. 

"Bagaimana bisa sampel yang kita gunakan terinfeksi?" Luka berkomentar ketika melihat hasil kerja Gakupo

"Ah... hahaha itu ya..." Gakupo tertawa canggung sambil mengusap kepalanya sendiri "Kemarin aku tidak datang karena urusan kantor dan ya... sampelnya mengering... jadi... hehehe"

Luka menatap Gakupo serta laporan itu secara bergantian, "Lalu kau mau gimana?"

"Kita palsukan datanya saja" Gakupo menjawab ringan sambil mengangkat bahu "Kita tak punya banyak waktu"

"Memalsukan data?" dahi Luka berkerut "Jangan. Itu bukan hal yang benar"

"Ayolah~" Gakupo berkata memohon "Kita sudah tidak banyak waktu lagi. Lagipula memalsukan data itu sudah biasa kan?"

Luka tersentak. Perkataan Gakupo membuatnya tersadar akan sesuatu.

"Ai-chan?" Gakupo menyebut nama lainnya "Please, ya..."

Luka menarik napas yang dalam sebelum akhirnya mengangguk, "Sekali ini saja" katanya "Ini bukanlah hal yang baik"

"Yes!" Gakupo berseru senang sambil mengepalkan tangannya kemudian mencengkeram kedua bahu Luka dengan semangat "Kalau begitu kita tinggal ketik laporannya! Kau sibuk tidak malam ini?"

Luka sedikit kaget dengan aksi Gakupo yang tiba-tiba. Ia mengangguk dengan perlahan sambil mengerjapkan matanya beberapa kali denga gugup.

"Oke! Kita ketik laporan ini nanti malam" kata Gakupo lagi

"K-kenapa tidak sekarang?" tanya Luka

Cengkeraman Gakupo melonggar, "Ah... aku harus ke kantor setelah ini..." suaranya menjadi hambar

"Ah... oke..." Luka mengangguk mengerti "Kita kerjakan dimana?" 

"Rumahmu?"

Tidak mungkin, ada Kiyoteru, batin Luka.

"Rumahku berantakan dan aku tidak mau kau ke sana" jawab Luka "Cafe aja bagaimana?"

"Boleh!" jawab Gakupo bersemangat sebelum akhirnya melepaskan cengkeramannya sepenuhnya pada bahu Luka 

Sekali lagi Luka menghela napas, "Jam berapa kau usai bekerja?" tanyanya

"Jam 9" jawab  Gakupo sambil menggendong tasnya "Nanti aku langsung ke sana deh. Sampai bertemu nanti ya, Ai-chan!"

Gakupo pergi dari cafetaria. 

Luka kembali merenung. Ini pertama kalinya ia menghabiskan malam bersama teman kuliah dan mengerjakan tugas. Biasanya pada saat malam ia menjalankan misi atau tidur saja sambil berharap identitasnya tidak ditemukan.

Luka memikirkan lagi perkataan Gakupo yang tadi membuatnya teringat sesuatu. Karena perkataan Gakupo, Luka jadi ingat bahwa ia memang biasa memalsukan data, lebih parahnya lagi,

Luka memalsukan identitasnya sendiri. Ia hidup dalam sebuah kebohongan besar selama ini. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dancer in the DarkWhere stories live. Discover now