Setelah bangun kesiangan, lupa mengerjakan tugas, tidak mandi, baju kusut, menahan lapar karena tak sempat sarapan, macet dan telat upacara menjadi penyempurna definisi hari Senin. Hari yang sibuk dan melelahkan.
Di sepanjang jalan klakson kendaraan ikut bersorak. Rambu lalulintas tetap bijak bertugas. Walaupun pengendara sedang ugal-ugalan mengejar waktu, ia tak segan memberikan aba-aba lampu merah. Menimbulkan decakan sebal orang-orang yang sedang terlambat pergi kerja, sekolah, ataupun kuliah.
Selamat pagi hari Senin. Mentari yang sedari tadi hadir dan terlupakan, merangkak menyinari sudut kehidupan yang belum ia usik. Berlalu mengabaikan kesibukan dunia fana, yang setiap waktu dikejar habis-habisan oleh makhluk yang bernama manusia.
Di lapangan sekolah SMA Purnawarman, tepat setelah upacara bendera hari senin selesai, beberapa siswa dan siswi diberikan arahan oleh kesiswaan. Terlambat, atribut tidak lengkap, ketahuan tidak ikut upacara adalah penyebab mereka dikumpulkan di sana dan dimintai pertanggung jawaban.
"Sekali diberi hukuman bukannya jera kalian itu, malah kecanduan" Pak Kusumo mondar-mandir di depan barisan para siswa dan siswi yang tersangka. Menatap mereka satu persatu yang tengah menunduk.
Helaan nafas panjang pak Kusumo terdengar sebelum melanjutkan dengan arahan "Hari ini saya maafkan. Sudah, masuk kelas!" kemudian ia berlalu. Moodnya terlihat sedang baik, atau memang ia sudah muak menghukum anak-anak badung itu yang tidak kunjung berubah dan akhirnya membuat pak Kusumo pasrah? Entahlah.
Melanggar peraturan sudah menjadi langganan siswa-siswi nakal. Mendapatkan hukuman adalah hak mereka. Namun pada hari Senin saat itu, pak Kusumo mencabut hak mereka untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya. Apapun itu alasan pak Kusumo, yang penting mereka selamat dari berbagai aktivitas tidak menyenangkan itu.
"Dev, bubar tuh bubar" seorang siswi yang sedari tadi mengintip para pelanggar aturan di balik tirai kelas, mengusik Devi yang tengah mengerjakan tugas.
"Satu nomer lagi tanggung"
"Cepetan!"
"Yang paling tinggi bukan sih Dev?"
"Rania, ada apa di luar? Siapa yang paling tinggi? Ayo duduk, kita bahas tugas minggu lalu"
Bukan Devi...
Bu Fathia!
Rania menoleh, "Emmmm..."
Tidak menyenangkan ternyata ketika tertangkap basah. Satu kelas menertawakannya. Hahaha.
Empat tahun silam yang mengenangkan.
________________________________
Bismillah. Back to my story gais:)) Kuharap kalian semua kabarnya baik ya:)) Amin.
Setelah sekian lama digantung dengan ketidakpastian cerita ini, akhirnya sekarang terbayar wkwk. I'm sorry 3000 okk😂 Alur ceritanya akan ada perbedaan dengan alur cerita versi lama. Namun tokohnya tetap Rania kok. Di sini aku bakal mengeksplore beberapa hal yang mungkin hanya dirasakan oleh segelintir orang. Buat kalian yang penasaran, jan sampe ketinggalan yaa... karena di sini aku sangat menerima masukan dari kalian.Salam rindu
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania
Teen FictionBerubahlah, tentang menjadi baik atau tidak baik itu pilihanmu. Dan sebaik-baiknya berubah adalah berubah menjadi lebih baik.