"Assa!" Jimin berseru senang ketika dirinya berhasil memenangkan kertas gunting batu untuk menentukan siapa diantara mereka bertiga yang akan membeli ayam dan bir untuk malam ini.
"Jungkook, go!" Jungkook mendecih dan dengan sekali hentakan dirinya bangkit dari duduk dan melangkah keluar kantor.
Taehyung terkekeh, "besok besok aku harus mematahkan kakiku lagi agar tidak harus ikut bertanding dengan kalian."
"Persetan." Umpat Jimin.
Malam ini mereka enggan pulang, sebenarnya tidak ada kasus yang mengharuskan mereka bermalam di kantor polisi, namun karena berbagai alasan, kantor polisi saat ini terlihat lebih hangat dibandingkan apartemen.
Sudah hampir pukul satu pagi, semua orang mungkin sudah tertidur pulas di rumah masing masing, Jungkook sudah kembali tiga puluh menit yang lalu, tulang tulang ayam berserakan diatas meja kerja Taehyung, lima bir yang mereka beli tersisa tiga botol, malam ini sepertinya mabuk bukan pilihan yang tepat, jika ketua detektif menemukan mereka tergelatak dikantor karena minum, mungkin kata 'promosi' semakin sulit untuk digapai.
"Kenapa aku tak kunjung mengantuk?" Jimin menjatuhkan kepalanya keatas meja, sebanyak apapun dia minum, sepertinya kantuk masih enggan bertamu.
"Bagaimana kalau kita bermain kartu saja?" Jungkook langsung setuju akan usul Taehyung.
"Yang kalah harus mengipasiku sampai tidur." Keluh Jimin.
"Cul!" Jungkook langsung berdiri mengambil kartu diatas meja kerja Suga yang kosong, laki-laki itu memilih pulang dan menolak bergabung dengan mereka untuk bermalam di kantor.
Namun langkah Jungkook terhenti ketika telepon kantor berdering, memecah keheningan malam ini, sejenak mereka berpandangan, entah untuk alasan apa, jantung Jungkook berdetak kencang ketika nada dering tersebut ikut serta pada perbincangan mereka malam ini.
Jimin yang hendak bangkit tertahan ketika Jungkook terlebih dahulu mengangkat gagang telepon tersebut.
"Yobseo?" Jungkook tidak mendengar apa apa selain helaan napas kencang seseorang.
"Yobseo?" Kata itu kembali ia ulangi, namun sepertinya Jungkook tidak berniat mengulangi katanya untuk yang ketiga kali, ketika masih saja hening, Jungkook berniat meletakkan gagang telepon sebelum sebuah kalimat membuatnya mendekatkan kembali telepon tersebut ketelinga.
"Tolong...." katanya lirih, Jungkook yakin itu adalah suara seorang perempuan.
"Aghassi, kami akan mencatat laporan anda, masalah apa yang saat ini anda hadapi?" Jungkook memegang ponselnya untuk mencatat apapun perkataan gadis itu, namun lagi lagi hanya satu kalimat yang masuk ke gendang telinganya.
"Pemerkosaan," setelah itu hening, sambungan terputus.
Jungkook melirik kedua temannya yang sudah duduk dimeja masing masing.
"Aku akan melacak keberadaan ponsel tersebut," sahut Taehyung.
"Biar aku yang mencari tahu identitas si penelepon." Ujar Jimin.
Keduanya sibuk dengan bagian masing masing, dan Jungkook, entah kenapa, hanya berdiri diam, suara itu, kenapa seperti pernah ia dengar. Dia seperti orang yang Jungkook kenal.
"Kim Hye Rin, apartemen Dobongdong nomor 112, 28 tahun, mahasiswi." Seketika ketiganya membeku, Jimin membaca kembali kalimat yang tertera dilayar komputer, seketika pandangan mereka melirik satu sama lain.
"Dia adik ketua Nam Joon!" Dan rasanya, hidup sudah berakhir bagi Jungkook, ketika kalimat Jimin kembali menyapa pendengarannya.
"Kekasihmu dalam bahaya Jungkook-ie."
KAMU SEDANG MEMBACA
Riddle Bangtan Boys.
Mystery / ThrillerTahun 2017. Jungkook, Jimin, dan Taehyung adalah seorang detektif di kota besar, Seoul. Berbagai kasus misterius datang ke kantor polisi akhir akhir ini, ditambah dengan kedatangan seorang laki-laki misterius yang mengaku datang dari masa depan. Apa...