Part 1

545 39 8
                                    


Malam itu nampak kelam walaupun cahaya lampu kota ada dimana-mana. Jennie sekali lagi menoleh ke pintu cafe yang sejak tadi terbuka. Sudah larut, dan pelanggan hanya ada tiga orang.

Dia menghembus nafas panjang dan menatap ice americano yang takarannya masih penuh dalam cangkir. Hatinya gelisah, menunggu orang yang ditunggu belum datang juga.

"Sudah hampir satu jam..." gumamnya sedikit kecewa.

Dia menurunkan topinya lebih rendah. Tak ada seorangpun yang mengenali anggota girlgroup itu sejak awal, bahkan pelayan cafe yang tadi menanyakan menu pesanan.

Ponselnya bergetar dan dengan cepat dia mengecek layar. Ia pikir, itu pesan dari orang yang dia tunggu, namun ternyata dari rekan kerjanya. Sedikit tidak semangat, ia menempelkan jari jempolnya di tombol depan. Kunci ponsel terbuka, dan terbukalah pesan dari Jisoo.

"Manager sudah menanyakanmu. Sebaiknya cepat pulang, ya."

Bibirnya sedikit mencibir kesal. Dalam hati Jennie berkata, "Aku bukan rookie lagi, kenapa harus serba diurus. Menyebalkan."

Matanya melirik lagi. Ah, nampaknya orang itu memang tidak bisa datang. Sebenarnya ini bukan janji, karena Jennie sudah diberitahu kalau orang itu hanya akan datang kalau penerbangannya tiba tepat waktu. Hanya saja... Jennie terlalu rindu untuk menahan lebih lama.

Helaan nafas terakhir dan kini Jennie menyerah. Sudah tengah malam dan laki-laki itu belum juga datang. Apa boleh buat, daripada berdiam sia-sia, lebih baik pulang daripada hanya diomeli manager.

Dia bangkit dan memperbaiki tas selempangnya. Siap berangkat, ice americano yang tadi dipesan sudah dibayar di awal.

"Kau benar-benar datang."

Suara yang tak asing mengejutkan Jennie. Senyumnya melebar begitu melihat sosok laki-laki berkemeja putih dengan jeans hitam mendekat ke arah mejanya.

"Oppa..." sapanya bahagia.

Tanpa janjian, laki-laki itu juga menggunakan topi. Dia tidak begitu tinggi, tapi dari proposi tubuhnya, dia memiliki kaki yang cukup panjang. Dadanya terlihat bidang, dan bahunya terlihat cukup lebar. Bekas luka yang khas terukir di sebelah kanan mata tajamnya. Seorang anak laki-laki yang kini sudah jadi menjpria dewasa, Lee Taeyong namanya.

"Maaf, aku terlambat."

Suara Taeyong kini terdengar berbeda dari saat pertamakali mendengarnya memberikan salam 5 tahun lalu. Lebih berat, namun tetap terdengar seperti suaranya yang unik di tiap lirik rap yang dia lantunkan.

"Oppa, kau sedikit mengecewakan." Jennie menarik lengan Taeyong dan membawanya keluar.

"Mau kemana?" alis Taeyong menaik sebelah.

"Tempat aman untuk memelukmu." jawabanya tanpa toleh dan masih terus menyeret lengan Taeyong menyusuri tepi jalan.

Taeyong tersenyum kecil memandang punggung Jennie dari belakang. Kekasihnya itu pasti sudah sangat merindukannya setelah berpisah satu bulan karena jadwal tour NCT. Hari ini, dia baru saja pulang dari Jepang dan buru-buru menemui Jennie karena besok Jennie yang akan sibuk dengan jadwal grup sehari penuh. Kalau tidak bertemu malam ini, pasti akan jadi semakin sulit. 'Kau pasti sangat merindukanku, ya?' bunyi Taeyong dalam hati, sekali lagi dia tersenyum gemas.

"Jennie." Taeyong menghentikan langkah dan membuat Jennie ikut berhenti. Jennie menoleh dan matanya nampak keheranan, "Disini juga bisa."

Kedua lengan yang berisi dan kuat menarik Jennie dalam pelukan. Musim gugur sudah mulai memasuki penghujung dan cuaca semakin dingin. Tapi, detik ini terasa begitu hangat dalam pelukan Taeyong. Rasanya memang sedikit terkejut kenapa tiba-tiba saja memeluk di tengah keramaian. Tak apa orang lain melihat, tapi bagaimana kalau ada paparazzi diantara mereka?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CozyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang