Part 1

226 22 22
                                    

Note : Marga Chinen Yuri disini menjadi Yamada Yuri karena adik dan kakak memang harusnya satu marga kan? Jadi akan menggunakan nama kecil mereka didalam cerita.

Normal POV

"Ohayou Yamachan." Sapa salah teman Yamada Yuri yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Daichan Ohayou." Balas Yuri dengan senyum paginya yang hangat seperti biasanya.

"Cie... kayaknya lagi seneng nih. Apa apa nih? Cerita dongs Yam." Ucap Daiki dengan nada sedikit menggoda serta bahu Daiki menyenggol-nyenggol bahu kepemilikan Yuri. Membuat pemiliknya hanya menggerang kesal karena pertanyaan temannya yang berderet-deret.

Arioka Daiki namanya. Kepo hobinya. Pocky cinta matinya. Namun dia juga jadi tokoh yang penting dalam cerita ini, karena hanya dia satu-satunya manusia yang mengetahui kalau Yuri menyukai niichan-nya. Mungkin terlihat konyol, kenapa seorang Yamada Yuri bisa mempercayakan hal yang begitu besarnya kepada seonggok daging tumbuh yang menyerupai pinguin itu. Tapi itulah kenyataannya.

Bukan karena Daiki pernah menolong Yuri dari keterpurukan atau karena Daiki terus-terus menempel kemanapun Yuri pergi, tapi karena Yuri pernah tidak sengaja meninggalkan buku diarinya yang paling berharga dan Daiki lah yang menemukannya. Yuri sempat kebingungan mendapati buku kramatnya telah hilang.

Flashback

"Masa bodo dengan harga buku itu, yang terpenting adalah tulisan didalamnya. Bagaimana kalau ada yang membaca buku itu?" Kata-kata itu yang terlintas diotak Yuri saat bukunya hilang. Yuri terus mengobrak-abrik isi kamar dan juga isi tasnya. Namun hasilnya nihil.

Keesokan harinya Yuri langsung berangkat kesekolah tanpa memikirkan apapun. Yang ada dibenaknya hanya 'dimana buku itu berada'. Dan begitu sampai kelas Yuri langsung disambut senyum menyerangi oleh manusia yang sangat dia benci, Arioka Daiki. Bagaimana tidak menbencinya? Setiap hari saja teman satu bangkunya ini tidak bisa ngedomelin apapun tentang hidupnya yang menurut Yuri hal itu sangat tidak bermanfaat untuk diperbincangkan.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Yuri tanpa memikir akibatnya.

"Tidak ada. Cuma ingin memastikan sesuatu." Masih dengan senyuman yang sama, Daiki memposisikan dirinya agar lebih dekat dengan Yuri yang menbuat Yuri berjalan mundur serta tatapan was-was.

"Huh?"

"Apakah ini.... bukumu, Yamada Yuri-chan." Mata Yuri membulat sempurna. Dugaannya benar, tapi kenapa wajah Daiki tidak menampilkan wajah jijik seperti apa yang selama ini ada dibenaknya? Tidak, bukan saatnya memikirkan hal itu. Tanpa sepatah katapun, Yuri langsung merebut buku dari tangan Daiki dan menyembunyikannya didalam kantong celananya.

"Apa kau.... membacanya?" Gumam Yuri.

"Aku membacanya. Puisi yang indah." Yuri menaruh harapan dari ungkapan Daiki baru saja, semoga Daiki tidak bisa memahami arti dari sebongkah puisi yang ditulisnya sebagai ungkapan cintanya kepada Niichannya.

"Begitu cintanya kau kepada Niichanmu ya?"

Dor!

Seperti ada halilintar yang menyambar dada Yuri. Setitik harapannya hilang begitu saja.

Yuri memalingkan wajahnya. "U-un." Jawabnya gugup. Tidak ada gunanya lagi menutupinya dari Arioka Daiki. Satu-satunya rencana yang ada dikepalanya adalah rencana untuk membungkam mulut mungkil Daiki yang lemes tersebut.

"Rileks... rileks... aku tidak akan membocorkan kepada siapapun kok. Tenang saja. Asalkan...."

"Asalkan apa?" Jawab Yuri cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boku to NiichanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang