Malam yang dingin. Desau angin yang menggelitik kuping. Cukup dingin untuk membuat bulu Blondy bergidik. Hari itu terasa amat panjang dan melelahkan. Blondy berjalan gontai sambil menahan rasa lapar yang meraung-raung. Sudah genap 3 hari perut kosongnya ia bawa berjalan tanpa arah.
"Rumah.. apakah ada rumah bagi makhluk sepertiku?"
.
.
.Blondy menerawang ke arah kerlip bintang di langit. Ia terus berjalan ke depan. "Aduh!", kakinya tertahan sesuatu.
"Burung sekarat?", Blondy memandangi burung itu keheranan. Ia berusaha mendekati sosok mungil didepannya.
"Eits! Kau lapar ya? tunggu dulu..", sebuah suara menguar entah dari mana. Blondy celingukan.
Sesosok lelaki bertubuh berotot tampil dari bayang2 bangunan di dekat Blondy terdiam.
"Wanita cantik sepertimu.. malam2 begini, mau kemana?" Lelaki itu tersenyum jahil sambil berjalan mendekat. Blondy berjalan mundur satu langkah."Tubuhmu..." Lelaki itu berhenti, lalu memandangi Blondy dengan ekspresi yang sulit ditebak. Seolah prihatin, namun jijik dalam waktu yang bersamaan. Blondy mengatupkan erat-erat mulutnya, menyisakan guratan ketegasan pada sorot matanya, ia tidak bereaksi.
Lelaki tersebut kembali mendekat, berjalan memutar kemudian, ia ingin memandang Blondy dari sisi yang berlawanan. Blondy tiba-tiba menunduk dan tampak kebingungan. Sangat kontras dengan sikapnya tadi. Blondy tampak panik dan salah tingkah.
"JANGAN MENDEKAT!" Ia berteriak, namun sangking lembut suaranya, terdengar seperti nada bicara yang tertahan.
Blondy berbalik arah dan berlari secepat yang ia bisa, dengan arah tak tentu, seperti sedang kesetanan. Menubrukkan tubuhnya pada segerombolan rumput ilalang. Hilang dari pandangan. Lelaki tegap itu hanya memandanginya keheranan.
"Padahal aku hanya ingin mencari teman.. salah ya?"
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Blondy dan Mueez
General Fiction"Dua sejoli dengan keseharian mereka yang penuh kejutan dan misteri."