Seorang pria berjalan cepat ke arah sebuah apartemen mewah. Ia begitu rindu dengan seseorang.
Seseorang yang selama ini ia acuhkan.
Seseorang yang selama ini begitu sabar menunggu kepulangannya.
Seseorang yang jarang ia beri waktunya.
Seseorang yang bahkan rela dihujat berkali-kali oleh orang tuanya.
Seseorang yang kini begitu mengisi relung hatinya yang kosong ketika ia baru kehilangan.
Pintu lift terbuka, dan ia terburu-buru memasukinya dan menekan tombol 14, tempat istrinya menunggu kepulangannya.
Di dalam lift itu, ia merenungkan kembali tingkahnya selama ini.Ia menikah karena sebuah ‘kecelakaan’ yang memang ia akibatkan sendiri karena mabuk.
Memperkosa seorang bartender menjadi awal dari semuanya, tepatnya seorang gadis lugu yang berkerja sebagai bartender pemula.
Dan dua bulan setelahnya gadis yang ia perkosa waktu itu mendatanginya, tepatnya rumah keluarganya. Jika kalian bertanya bagaimana dia mengetahui alamatnya. Tanyakan saja pada warga Kanada, siapa yang tidak kenal keluarganya, keluarga Bieber. Keluarga yang menyandang sebagai keluarga Entertainer turun-temurun.
Ia tertawa sendiri ketika mengingat bahwa ia mengangguk pada pertanyaan yang dinyatakan untuknya dari sang ayah. Dan ia makin tertawa saat mengingat ia yang mendapat tamparan dikedua pipinya dari sang ibu.
Pintu lift terbuka, cepat-cepat ia melangkah menuju pintu dengan nomor 103. Ia terdiam sejenak, menatapi bunga Lily dalam genggamannya. Buket bunga yang akan ia hadiahkan pada sang...istri.
Istri yang ia nikahi digereja Catleya, dengan dihadiri keluarga mereka, hanya keluarga tanpa publik tahu.
Awalnya ia menolak menikahi perempuan itu, namun ia tak tega jika menyuruhnya menggugurkan anaknya, anak yang ia akui memiliki sebagian darahnya. Namun dulu ia tampak terpesona pada penampilan perempuan itu saat memasuki gereja ditemani adik lelaki sang perempuan.
*CKLEK*
“Justin? Kenapa hanya diam disana?” seorang wanita tersenyum melihat kepulangan suaminya.
Senyum itu, senyum itulah yang akhirnya dapat memerangkapnya dalam jerat yang ia yakini sebagai cinta.
Ia balas tersenyum dan menyerahkan buket Lily yang tadi ada di tangannya, “Untukmu, Karin.”
Dan ia tersenyum mendapati istrinya yang diam terkejut.
“Ju – Justin?”
Justin lalu merengkuh wanitanya dalam sebuah pelukan. Menyampaikan rasa cintanya yang selama ini belum pernah ia tunjukkan, “Maafkan aku selama ini, Karin…” Ia lalu merasakan sepasang lengan memeluknya, dan ia dapat merasakan pundaknya basah oleh air mata sang istri.
“Terima kasih, Tuhan…” Lirih perempuan yang berada pada rengkuhannya.
Justin melepaskan pelukannya dan menggiring tubuh ramping istrinya masuk ke dalam kediaman mereka. Dan menciumnya dalam, menyampaikan seberapa seriusnya ia kali ini.
Ciuman mereka terhenti kala tangisan bocah laki-laki yang berhasil menginterupsi kesenangan mereka.
Justin, lelaki itu, tersenyum dan menghampiri jagoan kecilnya yang menangis sembari mengucek asal mata hazelnya, “Jagoan Daddy sudah bangun, eh?”
Justin menggendongnya dan mengangkatnya ke udara tinggi-tinggi. Sang anak hanya bisa diam membisu, tangisannya tak lagi terdengar. Yang bocah usia 2 tahun itu pikirkan hanya satu. Ayahnya berubah. Ayahnya perhatian padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Apologies, Loves (BLS - JUSTIN BIEBER)
Fanfiction"Aku brengsek!" kata-kata itu sering Justin utarakan pada dirinya. Menurutnya hanya kata-kata itulah yang paling cocok mendeskripsikan kelakuannya dimana lampau. Perilaku buruknya kini ia sesalkan setelah mengalami kehilangan. "I'm so sorry, my love...