Bagian 1

1.2K 71 13
                                    

WARNING : Word kurang lebih 10k ( just oneshoot), Perhatikan tahun yang tertera; 2016 tingkat ke 3 (Arthit) tingkat ke 1 (Kongpob) dan berlanjut sampai 2017 Arthit lulus kuliah.

Vote and Comments please!

Sorry for typo!

Special thanks to my lovely friend, feu_dargent ❤

.

.

.

Pernahkah kalian melihat serpihan-serpihan salju berjatuhan dari langit?

Serpihan salju yang begitu indah berwarna putih nan lembut kala dirimu menggenggamnya dalam kepalan tangan.

Salju yang dinanti oleh semua orang.

Salju yang indah

Salju yang sejuk...

Namun, apakah dirimu mengetahuinya?

Salju tidak 'kan pernah berjatuhan di awan tropis.

Seperti perasaanku terhadap dirimu...

Berjuta kalipun dirimu menyeru bahwa dirimu mencintaiku,

Apakah dirimu tau,

Itu hanyalah sia-sia

Hanya omong kosong yang tak ada arti.

Hanya omong kosong yang tak ingin kuingat.

Karena dirimu...

Karena dirimu waktuku terhenti begitu saja.

Karena dirimu, cintaku hanyalah seperti bola-bola salju yang tak akan berjatuhan di awan tropis...

.

.

.

2019

Langit bumi kini mulai berubah warna menjadi jingga-warna oranye yang memancar itu membuat sebuah bayangan panjang di bawah tubuh anak-anak berseragam sekolah yang sudah bersiap-siap pulang kerumah mereka masing-masing setelah akhirnya terlepas dari tugas sekolah yang begitu menyiksa. Beberapa orang kantoranpun mulai berjalan diatas trotoar jalan untuk pulang dan melepas penat.

Trotoar jalan yang tadinya sepi kini mulai padat dengan orang-orang yang ingin segera menginjakkan kaki mereka di rumah dan segera bermanja-manja ria dengan ranjang empuk dan bantal-guling menemani mereka. Bayangan-bayangan hitam saling tumpang tindih antara para pejalan kaki dan dengan riang mereka tersenyum dan bercakap-cakap.

Namun, dari banyak orang-orang itu, nampak lelaki berambut hitam kelam dengan poni yang tertata rapi. Kedua matanya terus menatap jalanan lurus kedepan. Kedua tangannya yang putih susu dimasukkan kedalam saku celana hitamnya, terselip juga sebuah tas kerja di lengan kirinya.

Ia menghela napasnya keras-keras dan segera memandang langit yang indah, "Bahkan waktupun menghukumku," gumamnya pelan. Kaki-kakinya yang terbalut celana hitam khas karyawan kantoran itu terus berjalan menuju ke tempat yang penuh kenangan.

Jembatan Rama VIII...

Jembatan yang begitu indah dengan pemandangan kesibukan kota Bangkok sekarang ini. Kerlap-kerlip bangunan di kota Bangkok menjadi sebuah panorama yang berbeda dengan tempat lainnya bagi orang-orang yang memang berniat memandang keindahan kota Bangkok. Bahkan suara bising motor dan mobil yang saling menyelip sangat mendominasi tempat itu, membuat siapa saja yang berdiri disana merasa tidak kesepian.

You and Our MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang