Bagian 2

845 80 45
                                        

Siapa sangka Kongpob ternyata mengidap penyakit Alzheimer?

"Penyakit Alzheimer adalah kondisi kelainan yang ditandai dengan penurunan daya ingat, penurunan kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku pada penderita akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya progresif atau perlahan-lahan."

Penjelasan dokter lelaki muda itu bahkan masih begitu melekat di kedua gendang telinganya.

Setelah melakukan berbagai pemeriksaan seperti pemeriksaan darah laboratorium, pemeriksaan, pemeriksaan mental, dan pemindaian otak-semua nya terasa lengkap bukan? Namun, perkataan dokter muda itu kini dapat membuat Kongpob terdiam. Ibunya yang berada di sampingnya menangis tersedu-sedu. Meratapi nasib anaknya yang harus menanggung penyakit yang belum ada obatnya itu.

Ibunya terus bertanya kepada dokter apa yang harus dilakukan. Apa yang dapat mereka lakukan untuk menyembuhkan Kongpob. Dokter muda itu pun mengetahui bahwa ini adalah cobaan yang begitu berat untuk keluarga Kongpob-ia mencoba menjelaskan hal-hal yang dapat membantu menurunkan resiko penyakit Kongpob itu.

"Tujuan pengobatan dalam kasus penyakit Alzheimer adalah untuk memperlambat perkembangan gejalanya saja karena penyakit ini belum bisa disembuhkan. Selain dengan pemberian obat-obatan, penanganan dari aspek psikologis melalui stimulasi kognitif juga harus diterapkan guna memperbaiki ingatan penderita, memulihkan kemampuannya dalam berbicara dan memecahkan masalah, serta membantunya memperbaiki kemampuan berbicara."

Dalam keterdiamannya Kongpob terus terdiam... ia hanya menatap ibu dan dokter muda itu lamat-lamat. Namun di dalam pikirannya itu, Kongpob terus berpikir.

Kongpob mengidapnya. Mengidap penyakit ingatan itu-ia ingin berteriak dengan keras ketika mendengar diagnosa dokter itu. Namun suaranya tidak dapat keluar. Tenggorokannya terasa tercekik begitu erat seperti jantungnya yang sesak mendengar vonis doter itu.

Kini semua harapannya bagaikan pupus. Bagaikan hancur lebur begitu saja. Hanya dengan sebuah rangkaian kata-kata dokter itu, Kongpob tidak akan pernah bisa lagi berharap...

Kongpob telah merencanakan semuanya. Kebahagiaan ketika ia dan P'Arthit-nya. Kebahagiaannya dengan teman-temannya...

.

.

.

2019

Hari ini adalah hari tersial bagi Arthit. Arthit sangat yakin dengan itu semua. Coba lihat siapa yang ada di depannya kali ini ketika ia melangkah keluar dari kantornya.

"Haii, Ai'Arthit!" suara yang begitu melambai dan seolah melucu-siapa lagi kalau bukan Toota.

Arthit mencoba menahan emosinya yang seolah-olah sudah ingin berlomba-lomba untuk keluar, "Ai'Toota... ada apa kau kemari...?" lirih Arthit dengan masih menahan emosi.

Toota bersikap seolah tidak tau, "Ai'Arthit, kau belum makan malam bukan? Ayo makan malam bersamaku! Kita sudah lama sekali tidak makan berdua, iya bukan?" ajak Toota sembari merangkul tubuh Arthit.

"Agh... Toota," Arthit mencoba melepaskan rangkulan Toota itu-namun ia tidak bisa dan akhirnya begitu pasrah ketika Toota membawanya pergi mejauh dari kantornya.

Sungguh hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Arthit, sejak pagi dia sudah diganggu oleh e-mail dari Knott dan dilanjutkan dengan kedatangan Prem di jam kerjanya-kini giliran Toota yang datang ketika jam kerja usai!? Bolehkah Arthit mengumpat dengan keras-tidak.

Sekarang Toota dan Arthit duduk di sebuah restoran yang dekat dengan kantor Arthit. Mereka saling duduk berhadapan dan itu membuat Arthit gugup, tidak benar-benar gugup sebenarnya. Hanya saja sejak memesan sampai mereka memakan makanan mereka-si Toota terus saja melihatnya.

You and Our MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang