2MIN
Warning!!
Mature content 20+
Seorang namja tampan bermata elang tertunduk di depan sebuah nisan besar. Matanya terpejam, mulutnya merapalkan kalimat-kalimat harapan untuk mendiang sang Eomma. Angin sejuk perbukitan menerpa surai kelamnya, menampakkan mata basah sang namja. Sudah 3 tahun berlalu, tapi rasa sedih masih saja menghampirinya ketika mengunjungi tempat peristirahatan sang Eomma. Rasa bersalah yang sedikit terselip dihatinya membuat kakinya sangat berat untuk meninggalkan tempat itu.
"Eomma, aku pamit, aku akan kembali berkunjung Bulan depan" ucap namja itu, mengelus nisan dihadapannya. Kemudian berjalan menjauhi nisan besar yang terukir nama sang Eomma itu.
Tak jauh dari tempatnya, berdiri seorang namja paruh baya tengah menunggunya dengan membawa sebuah jas.
"Anda sudah selesai tuan Choi?" tanya Namja itu memakaikan jas yang ia bawa kepada tuannya.
"Hmmm.. " gumaman samar terdengar dari mulut namja itu.
"Tunggulah disini tuan, saya akan mengambil mobil" ucap namja paruh baya itu lagi kemudian berlalu dari namja yang ia panggil tuan Choi.
Namja bermarga Choi itu bergeming, mata elangnya terpejam merasakan angin berhembus dan dengan berani menerpa wajah tampannya. Samar, ia mulai mencium aroma Mawar, namun ia masih bergeming, mencoba tidak peduli dengan bunga kegemaran ibunya itu. Semakin lama bau harum bunga itu semakin tajam, membuatnya mau tak mau membuka matanya dan menatap ke sekelilingnya. Ia ingat disekitar sini tak ada kebun bunga Mawar, tapi bau harum ini sangat menusuk inderanya. Bau tanpa asal membuat Minho mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru perbukitan itu. Mata elangnya menangkap sosok berbaju putih di atas bukit, dimana makam-makam berjajar rapi disana. Sosok berperawakan kurus itu meletakkan sesuatu diatas sebuah makam. Namja Choi itu kembali berjalan keatas, sosok itu menarik dirinya untuk menatap lebih dekat. Semakin ia mendekat, bau harum bunga Mawar semakin kuat. Langkah namja tampan itu sengaja ia hentikan sedikit jauh, tak ingin sosok itu mengetahui kehadirannya. Tangannya terselip pada saku celananya, memperhatikan dengan tenang sosok yang ternyata adalah seorang namja. Namja itu mengenakan kemeja besar berwarna putih senada dengan kulitnya. Kaki jenjangnya terekspos karena ia mungkin mengenakan celana pendek yang tertutup oleh kemeja besarnya.
Sungguh bau harum Mawar mengalun disekitar perbukitan itu. Seakan ingin mengundang siapa saja untuk singgah dibukit. Namja Choi itu yakin jika bau harum Mawar ini berasal dari namja itu. Mungkin ia membawa bunga Mawar atau sejenisnya.
"Tuan Choi, Apa ada yang tertinggal di makam nyonya" suara namja paruh baya yang menjadi pelayannya itu seketika mengalihkan pandangannya dari sosok misterius disana.
"Ahh.. Aniya" ucap Minho.
"Kalau begitu kita harus segera bergegas, sebentar lagi anda akan ada rapat dengan kolega" namja paruh baya itu membungkuk hormat pada pemuda Choi.
Namja Choi kali ini menilik sekilas namja diatas bukit yang belum beranjak dari tempatnya. Dengan terpaksa dirinya harus melangkahkan kakinya kearah mobilnya. Bau harum bunga Mawar itu seakan membuatnya enggan beranjak. Tapi dirinya harus kembali untuk menyelesaikan segala pekerjaan yang menunggunya. Harum itu masih semerbak walaupun dirinya sudah jauh dari tempat namja tadi. Ia segera memasuki mobilnya yang terparkir dibawah bukit itu. Membuka kaca mobilnya untuk sekedar merasakan harum Mawar itu sekali lagi sebelum dirinya beranjak dari sana.
Namja Choi itu memejamkan matanya kembali. Harum Mawar itu seakan melambai dan mengucapkan selamat tinggal pada dirinya.
"I'll see you again"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER BOY
FanfictionParas yang Indah bak bunga dan Harum yang membuai dibalik duri tajam... 2min Warning!! Mature Content!!