Please Save Me

3.1K 322 65
                                    

Kim Taehyung.

Teman masa kecil Hoseok.

Teman berbicara..

Teman bercanda..

Teman yang selalu dijaganya..

Teman yang tidak ingin ia tinggalkan..

Teman yang sangat berarti..

Bahkan seperti saudara

...

Gelap dan dingin.
Afeksi kulitku merasakan hawa itu, dingin yang dirasa ketika kaki jenjangku memasuki ruangan kecil, tempat yang tidak asing.

Ruangan yang sudah hampir setahun tidak pernah aku kunjungi.

Tanganku meraba permukaan dinding dekat pintu, mencoba mencari sebuah saklar guna menghidupkan cahaya lampu. Dan ketika penerangan kembali membantu atensiku, aku tidak heran dengan banyaknya gambar-gambar aneh yang terlukis di setiap permukaan dinding. Taehyung sering menggambar mereka.

"Akh!"  Seokjin hyung terdengar kaget, suaranya membuatku merinding dalam beberapa detik. Seokjin hyung dengan senyum berdiri di ambang pintu ketika aku menoleh kearahnya.

"Tenggorokan mu pasti kering setelah memakan Gimbap. Aku akan membeli cola dan segera kembali" lanjutnya sambil berlalu tanpa menungguku menjawab ucapannya.

Padahal ia tidak perlu repot-repot.

Ia membiarkan pintu kamar terbuka lebar, sedangkan suara sepatu dari langkah Seokjin hyung tidak terdengar lagi, seolah membiarkanku dengan bebas menelusuri setiap sudut kamar. Ruangan ini masih sama, tidak ada yang berubah kecuali sebuah wind chime yang tergantung diatas jendela entah sejak kapan.

Pandanganku terhenti ketika melihat sebuah figura foto diatas nakas. Kenangan saat pertama kali kami bertiga berlibur ke Sinduri, daerah Chungnam terasa begitu cepat, waktu seakan mempermainkan padahal senyumku dan senyum Taehyung yang tercetak disana sudah lama terjadi.

Hasil kamera Seokjin yang diambil secara diam-diam ternyata sebegitu berharganya saat dilihat lagi. Aku ingat ketika saat itu Taehyung merajuk jika foto ini tidak di cetak; hey! Lihatlah wajahku terlihat jelek disana, tidak siap!, saat itu aku mengajukan protes. Tapi Taehyung tidak mendengarkanku, bahkan Seokjin hyung hanya tertawa ketika kami bertengkar hanya masalah ini. Dan akhirnya Taehyung tetap mencetak foto kesukaannya.

"Lihatlah, wajahku berminyak seperti ini..." gumamku pelan setelah meletakan figura ketempat asalnya.

Tanganku mulai meraba kebagian lain, tepatnya diatas meja disamping figura itu kuletakan. Ada sebuah buku  kecil bersampul coklat yang begitu mencolok mata. Benda itu tergeletak begitu saja menjauh dari barang-barang lain milik Taehyung, sampul kulit yang memberi rasa penasaran tersendiri.

"Save Me" aku membaca tulisan yang tertera di tengah sampul, tekstur tulisannya lebih timbul dari pada permukaan buku, membuatku ingin menyentuh judul itu walaupun mungkin Seokjin hyung tidak menyukai hal ini.

SAVE ME [END] Revisi Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang