Bab 2

6 1 0
                                    

Aku baru saja keluar dari perpustakaan saat desas-desus itu menyebar.
Setengah harian ini aku belum bertemu Sasuke jadi aku tidak tahu keabsahan gosip ini. Aku bukan siswa poluler sampai Sasuke tenar secara tiba- tiba dan mau tidak mau aku masuk kedalam sangkut pautnya. Bahwa aku adalah satu-satunya teman Sasuke.

Aku berbelok di lorong Precident Coucil dan belok kanan menuju kantin. Aku belum makan siang, ngomong-ngomong.

Begitu bel Kakashi-Sensei memintaku membantunya membawa buku tugas ke perpustakaan. Menjadi lebih lama karena disana aku bertemu Utakata, adik kelasku. Sekilas Ia mirip dengan Sasuke hanya lebih pendek . Kulitnya pun tidak sepucat Pria Uchiha itu. Uniknya, dia adalah satu-satunya pria yang kutahu suka bermain gelembung udara.

Ada yang aneh saat aku tiba di kantin. Aku seperti Cinderella dengan sepatu kaca saat semua orang menyadari kehadiranku. Bedanya, mereka tidak menatapku kagum alih-alih penasaran. Duhhhh

Sasuke disana. Di sebelah dinding berjendela yang menghadap langsung kekolam ikan. Dan seorang gadis di hadapannya, yang seharusnya itu adalah tempatku. Untuk alasan yang jelas tiba-tiba aku merasa sakit.

"Sepertinya aku melihat bangku yang kosong di depan" Kataku saat akan  melewatinya untuk mengambil makan siangku di pantry. Aku sempatkan berhenti sejenak untuk meyakinkan Sasuke bahwa aku tidak akan duduk dengannya.
"Padahal aku hanya pergi sebentar" kataku, melirik gadis itu.

Gadis yang menempati kursiku ternyata adik kelas. Pintar dan sangat cantik dengan rambut gulalinya. Bibirnya tipis dan hidungnya kecil tidak terlalu mancung. Alisnya terawat dengan rapi. Tahi lalat di sudut pelipisnya menambah kesan manis pada gadis populer ini.

"Duduklah!" Sasuke menunjuk bangku di samping adik kelas dengan dagunya.
"Aku sudah memesan untukmu" Lanjutnya. Keningnya berkerut menatap meja.

Aku hampir-hampir meneteskan air mataku manakala yang kudapati adalah; makanan yang katanya dipesankan untukku nyatanya bukan untukku. Karena yang tersisa adalah piring yang telah berkurang isinya dan gelas jus kosong.

Mungkin ini maksud dari semua perhatian yang aku dapatkan hari ini dan kebenaran akan desas-desus itu. Bahwa Haruno Sakura, si siswi populer baru saja menyatakan cinta pada Sasuke. Kabar baiknya-yang sebenarnya tidak baik-mereka kini makan siang bersama.

"Ah, gomene, Senpai" Gadis Haruno menunjukan wajah penuh penyesalannya padaku. Ia melirik Sasuke seperti ingin meminta pembelaan. Tapi Sasuke bahkan tidak meliriknya sedikitpun.

Aku sangat kecewa, tapi itu tidak cukup untuk membuatku meraung-raung. Karena mungkin segala kekecewaanku telah tergambar jelas di mataku.
"Senpai tidak marah 'kan?"

"Aku akan makan di depan" Kataku pada Sasuke mengacuhkan Haruno. Sasuke tidak mencegahku jadi kufikir apa yang aku lakukan sudah benar. Aku yang mencintai sebelah pihak akan melakukan yang terbaik untuk Sasuke. Aku selalu berharap terlalu tinggi. Itulah sebabnya rasanya sangat sakit saat harapan itu dijatuhkan.

***

Aku mungkin besok harus membeli sepeda. Karena saat Sasuke sudah tidak bersamaku lagi di kereta, aku akan sendirian. Tidak akan ada lagi yang menjagaku. Hari-harinya akan disibukkan oleh kekasihnya. Pun kegiatan hari minggu.

'Lalu apa aku masih harus bertahan?' kalimat itu tiba-tiba melintas di benakku.
Matematika yang sudah sulit menjadi makin sulit karena beban hatiku.

Jika akhirnya Sasuke memiliki gadis yang disukainya, aku hanya akan menjadi gadis yang tidak berarti. Kesepian akan terus menghantuiku. Sendirian membuatku ketakutam.
Jatuh cinta padanya adalah sebuah dosa.
Akhirnya aku menyalin tugas Shikamaru.

***

Sasuke di sana. Berdiri bersandar di dinding kanan pintu. Ia menekuk kaki kanannya dan memasukkam kedua tangannya kedalam kantung celana. Gakurannya masih melekat pun dengan ransel.
Dia tampan di sudut manapun orang memandang. Sedihnya, tidak peduli berapa kalipun aku jatuh cinta, Sasuke tetaplah pria tampan yang tidak bisa lagi aku cintai.

"Sasuke!" Sapaku. Ia menoleh saat menyadari kehadiranku. Ia tampak memikirkan sesuatu saat aku tersenyum. Tangan kanannya keluar dan bergerak seirama langkah kakinya.
"Aku fikir akan pulang sendiri"

"Aku sudah berjanji mengantarmu membeli seragam" Ia selalu cuek.

Kami belok kiri melewati pinggir taman. Masih harus menyebrangi halaman yang maha luas hingga sampai di gerbang. Selanjutnya kami akan menggunakan jasa bus.

"Arigatou"
Aku tidak sanggup mengatakanny dengan keras. Rasanya sedih ketika ini adalah terakhir kali ia memerhatikanku. Aku sudah berdosa karena jatuh cinta lagi sebab Sasuke ingat janjinya. Tapi mungkin besok ia sudah mulai kencan dengan gadis Haruno itu.

" Kau tidak ingin mengatakan sesuatu? " Kami masuk bus. Kali ini ada satu bangku yang kosong dan Sasuke memberikannya sedangkan ia berdiri didepanku.

"Apa?" Suara beratnya membuatku mendongak. Dia memberikan tasnya untuk kupegang.

"Aku sudah dengar. Haruno-san menyatakan...."

" lalu?" Potongnya tampak tidak sabar. Ia terlihat tidak senang sedangkan aku tidak merasa membuatnya kesal.

"Kalian berkencan?" Aku memaksakan tersenyum.

"Aku sedang tidak memikirkan itu!"

Apa artinya? Aku tidak mengerti apapun yang ia fikirkan. Haruno terlalu cantik untuk dilewatkan.

"Nanti jika sudah saatnya" lanjutnya.

Ide untuk mencari kenyamanan melintas di kepalaku. Bahwa hanya pada Ibuku aku bebas berkeluh kesah. Jika alasanku tinggal memilih pergi, aku bisa apa?

'Nanti jika sudah saatnya' Apa Sasuke meminta Harino untuk menunggu?

Apa itu artinya aku hanyalah pengisi sementara. Teman sementara?

-TBC-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KuudereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang