Sakura telah berubah warna, semerbak harumnya tak seperti satu minggu yang lalu. Kelopaknya mulai berjatuhan, terhempas lembut mengikuti gravitasi bumi. Melayang pelan senada dengan dawai sang bayu. Masih cantik, meski kini tak secantik pertama kali kuncup itu bermekaran.
Keindahannya masih tersisa, hingga tak kunjung membuat sang penikmat bosan akan pesonanya. Begitu pula dengan pemuda itu, tatapan matanya tertuju pada sang sakura. Sesekali memejamkan manik matanya, menikmati wangi yang amat ia sukai.
Hingga ponsel yang berada dalam saku celananya bergetar, memaksa pemuda itu kembali kedunia nyata. Sesegera mungkin membaca pesan yang tertera disana. Dan detik itu juga, senyum yang tak luput dari bibir mungil itu kian melebar. Menarik nafas panjang, dan mulai melangkah pergi meninggalkan taman kecil ini.
Ia bahagia... tentu!
Bagaimana ia tak bahagia, jika sosok yang amat ia rindukan kembali setelah bertahun-tahun mereka terpisah? Sahabat kecilnya, tetangga dekatnya, dan sosok paling manis yang pernah ia kenal sepanjang masa hidupnya.
Bisa ia bayangkan seperti apa paras manis teman sepermainannya itu saat ini. Bibir tebalnya, dan postur tubuh yang tak lebih tinggi darinya. Eumm... dia ingat betul seberapa mungil teman dekatnya itu, hingga ia harus ekstra menjaga bocah itu dari teman sekelas yang kerap membully-nya.
Mengingat masa lalu membuat ia tak sabar lagi untuk menemuinya.
"Nam Woohyun... aku merindukanmu..." gumamnya pelan.
***
Bangunan minimalis dengan halaman luas itu kini tampak tak sesepi biasanya. Rumput hias telah dipangkas rapi, semak belukar yang dua belas tahun ini mendominasi telah dibabat habis, dan cat dindingpun tampak indah dengan keelokan warna barunya.
Langkah kakinya kian lebar tatkala manik mata itu menemukan sosok manis yang berdiri di ambang pintu.
"Woohyunie... bogossiphoyo" pekiknya senang, menerjang tubuh pemuda yang tak lebih tinggi darinya itu begitu saja. Memeluknya dengan tawa lebar sembari menggoyangkan badannya ke kiri dan kanan. Hingga sosok yang berada dalam pelukan itu melepas rengkuhan lengan rampingnya.
"Eumm... Sunggyu hyung salah orang"
Eeeh?
Namja yang dipanggil Sunggyu itu melangkah mundur, sedikit menjauh dari pemuda itu. Hanya untuk mencerna kembali apa yang baru saja didengarnya. Bibirnya terkatup rapat. Menatap tak mengerti bocah yang berdiri kikuk dihadapannya. Salah orang? Berarti pemuda manis ini bukan Woohyun teman masa kecilnya?
Lalu...
"Aku Hoya hyung... hehehe..." ujar bocah itu seolah mengerti apa yang hendak Sunggyu tanyakan.
"Woohyun hyung ada dikamar, hyung masuk saja. Aku pergi dulu..." tambah Hoya dengan senyum polos. Mengecup pipi kiri Sunggyu sebelum membawa kedua kakinya meninggalkan sang tamu yang tengah syok dengan kenyataan ini.
Aissssh... bagaimana ia bisa lupa jika Woohyun punya adik lelaki hah? ( Anggap aja disini Woohyun punya adik ya ) Dan... bocah yang telah menghilang dari pandangan Sunggyu itu sekarang tingginya nyaris sama dengannya. Astaga... Sunggyu ingat betul, terakhir kali ia berjumpa dengan Hoya saat bocah itu baru berusia 2 tahun.
Waktu benar-benar berputar hmm?
Tunggu dulu!
Hoya tadi menciumnya kan?!!
Sunggyu meraba pipi kirinya, tepat di titik dimana Hoya mendaratkan raspberry miliknya. Bocah itu benar-benar.
Haaah... apakah tinggal di Amerika membuatnya dengan mudah mencium orang lain?
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Seme Or Uke
RandomApa jadinya kalau seorang Uke ingin jadi Seme?? "L-lepass! Siapa kau? Kenapa kau ada di kamar Woohyun?!!" - Sunggyu "Kau melupakan wajah tampanku ini Gyuie?"- Woohyun