Dilahirkan diantara keluarga para konglomerat kelas dunia. Katanya itu harapan besar? Adapula yang mengatakan jika itu mustahil.
Namun bagiku,
Tidak.
Itu sama sekali tidak mustahil.
Bagaimana bisa aku berkata seperti itu? Karena aku, adalah satu dari sekian orang yang dilahirkan diantara 2 industri perdagangan terbesar di negeri ku.
Bapak, presiden dari industri emas terbesar ke 2 di dunia. Seorang workaholic dengan banyak uang di genggamannya.
Ibu, seorang CEO dari industri pakaian bermerk dengan bandrol harga fantastis. Workaholic dengan barang mewah disekujur tubuhnya.
Namun, apa gunanya mempunyai orang tua dengan harta yang menggunung, jika aku tumbuh tanpa kasih sayang mereka?
Apakah wajar, seorang ibu meninggalkan anaknya yang baru berumur 2 minggu untuk pergi ke luar negeri demi bisnisnya?
Apakah wajar, seorang bapak melewatkan acara wisuda anaknya hanya untuk makan malam bersama orang orang di luar kota?
Jika orang orang mengatakan
'kau begitu beruntung. Kau cantik. Hidupmu sempurna'
Aku hanya dapat mengatakan
'ya, aku harap begitu'
Aku harap jika hidupku memang benar benar seperti yang orang orang katakan. Hidup dengan bergelimang harta dan kasih sayang.
Iya, aku bergelimang harta di sana sini.
Tapi untuk kasih sayang orang tua, 0.
Kadang kala disaat aku sendiri di rumah megahku, aku mengumpat dalam hati. Kenapa Tuhan memberiku jalan hidup yang seperti ini? Aku tak butuh harta yang berlimpah. Tak butuh barang barang mewah. Tak perlu sekolah mahal.
Buat apa itu semua jika tak ada kasih sayang orang tua sepeserpun?
Aku juga seorang anak kecil yang merangkak menuju remaja. Aku membutuhkan kasih sayang mereka.
Namun dimana mereka saat aku membutuhkannya?
Sejak kecil aku tak pernah dirawat mereka. hingga mungkin, jika ditanya, aku ingin menjawab yang sejujurnya. Jika aku tak pernah kenal orang tuaku.
Aku hanya dirawat oleh pembantu dirumahku. Dan hingga kini, hanya dia yang kumiliki.
Mbak sumi namanya.
Temanku, dan sudah kuanggap ibuku sendiri. Usia kami terpaut 14 tahun -dia bekerja pada usia dini-.
Kapanpun dan dimanapun, hanya Mbak Sumi yang kumiliki.
Teman?
Ada yang bertanya padaku
'mana temanmu?'
Kujawab
'tak punya'
Terlalu klise kah jawabanku? Tapi memang begitu faktanya. Bolehkah aku mengarang kenyataan? Tidak. Mbak Sumi tak pernah mengajarkanku akan hal itu. Aku akan tetap mengatakan yang sebenarnya.
Aku tak punya teman.
Tak satupun tepatnya.
Mereka hanya menyukai hartaku.
Tidak dengan diriku.
simbiosis parasitisme.
Atau mungkin seperti roti dan mentega.
Jauh dalam diriku, aku ingin pergi dari kehidupanku yang ini.
Pergi begitu jauh.
Hingga awan biru tak lagi merengkuhku.
Seperti orang orang yang meninggalkan kota Omelas
Akan kuceritakan lebih banyak kisah hidupku pada lembar berikutnya. kuharap kau bisa belajar banyak hal dari ceritaku.
to be continued...
YOU ARE READING
lalu pergi
Short Storybagaimana caranya seorang anak harus survive melawan kekejaman arus dunia? terseret kedalam arus negatif berkali kali. namun tetap mencoba untuk bangkit. kisah hidupnya penuh terpaan angin dan gelombang yang mematikan.