Dyo menatap jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah sejam lebih ia menunggu Shani di depan Gedung Fakultas Sosiologi. Bertahun-tahun mereka ternyata ada di kampus yang sama, tapi Dyo tak menyadari orang yang ia rindukan berada tak jauh dari jangkauannya.
Setelah mengetahui Shani pindah rumah, Dyo mengira Shani akan pindah ke luar kota. Karena itu ia putus asa untuk mencoba mencari keberadaan Shani. Dyo berharap perasaannya akan berubah dengan seiring berjalannya waktu, tapi selama tiga tahun setelah putus dengan Shani, ia tak kunjung mendapat pengganti yang tepat untuk mengisi hatinya.
Saat tak sengaja mengenal Gracia yang tengah kerepotan membawa peralatan praktiknya dan Dyo membantu gadis itu, Dyo rasa menemukan sebuah harapan untuk memulai lembaran baru. Beruntung Gracia juga sangat menyukai sifat perhatian Dyo hingga gadis itu mau menjadi kekasihnya. Dyo berharap dengan Gracia, ia bisa mulai melepas bayang-banyang Shani, tapi entah takdir sial darimana hingga ia harus dipertemukan lagi dengan Shani yang ternyata adalah pacar sahabatnya sendiri.
“Shani.” Begitu melihat gadis yang ditunggunya baru saja berjalan keluar gedung, Dyo mengejar langkah gadis itu.
“Dyo? Kamu ngapain sih ke sini?” Shani nampak terkejut menemukan lelaki yang kini bersatus kekasih adiknya.
“Ada yang mau aku omongin sama kamu.”
“Apalagi? Kita udah selesai, Yo. Aku gak mau ya, Gracia atau Vino salah paham sama kita.”
Dyo memegang tangan Shani. “Sekali ini kasih aku kesempatan buat ngomong berdua sama kamu. Ada banyak hal yang aku perlu tanyain setelah bertahun-tahun kamu hilang tanpa kabar.”
Shani menarik tangannya kasar. “Kita omongin di sini ajah. Aku masih ada kelas sebentar lagi.”
“Oke. Aku minta maaf dulu soal masalah waktu kita putus. Aku masih labil waktu itu. Emosi aku gak kekontrol.”
Shani menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya. “Itu udah lewat, Yo. Aku udah gak mau ngebahas yang lalu-lalu.”
“Ya, tapi aku nyesel banget pernah ngelepasin kamu, Shan,” ucap Dyo yang nampak serius dengan ucapannya.
“Aku udah ngasih kamu waktu setahun, sebelum kita lulus SMA. Tapi mana? Selama setahun itu kamu malah jauhin aku.”
“Jujur itu karena aku takut nyakitin kamu lagi. Tapi aku sayang banget sama kamu, Shan. Bahkan sampai detik ini perasaan aku gak berubah.”
Shani tersenyum sinis. “Terus sekarang di saat aku udah punya cowo, kamu mau minta kita balikan? Menurut kamu semua semudah itu? Aku juga setahun nunggu kepastian kamu sampai kita lulus dan aku pindah rumah tapi kamu gak ada sedikitpun pergerakan buat deketin aku lagi. Jadi aku rasa kita ini udah selesai, Yo. Jauh setelah kamu mutusin aku malam itu,” ucap Shani sambil menunjuk dada Dyo.
“Aku yakin kamu masih ada perasaan buat aku, Shan. Mata kamu gak bisa bohong soal itu,” ucapan Dyo membuat Shani memejamkan matanya sejenak.
“Perasaan aku yang tersisa buat kamu cuma sekedar temen yang kangen sama temen lamanya. Rasa cinta aku udah dimiliki Vino. Dan kamu gak berhak buat ngerebutnya lagi secara paksa.”
Dyo tersenyum getir dan mengangguk pelan. “Oke. Aku bakalan ngambil hati kamu lagi secara perlahan. Itu bukan yang kamu maksud?”
Plak!
Shani menampar pipi Dyo. “Kamu harusnya sadar kalau kamu udah punya Gracia. Please, Yo. Kita jalanin hidup kaya biasa ajah sebelum kita ketemu. Bisa, kan?” tanya Shani yang tak dijawab oleh lelaki di depannya. “Aku rasa apa yang mau kamu omongin udah selesai. Permisi,” ucapnya seraya melangkah pergi meninggalkan Dyo yang masih terdiam sambil memegang bekas tamparan Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Story
FanfictionKisah cinta sepasang sahabat dengan pacar mereka masing-masing. "...emang kita yang jodoh," A Collaboration Short Story by @jurimayu14 x @Sarah_Oktaviani