chapter 1

28 4 0
                                    

Suasana di kerajaan Syamairu begitu ramai dan riuh.  Berbagai kalangan berkumpul untuk menyaksikan festival yang di adakan setiap akhir pekan. Suara musik terdengar jelas dari sudut lapangan, menambah kemeriahan di sekitarnya.

"Tuan Putri, tolong jangan berlari! Anda bisa terjatuh." para dayang dan prajurit berlari mengejar tuannya yang tak mau berhenti sama sekali.

"Ayo tangkap aku jika memang kalian bisa!" gadis tersebut terus berlari, menghiraukan semua teriakan dayang-dayangnya. Ia begitu bersemangat membuat mereka kelelahan karena ulahnya.

Dukk

Tiba-tiba saja tubuhnya menabrak seseorang yang sedang berjalan di depan.

Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya untuk melihat siapa gerangan yang sudah tertimpa kesialan karena dirinya.

"Sudah puas kau berlari-lari? Sudah puas kau membuat para dayangmu kewalahan?" tanya orang tersebut, kemudian beralih menatap para dayang dan prajurit yang terengah-engah.

Dengan cengiran lebar gadis itu menjawab, "Maafkan hamba Ibunda. Kami hanya sedang bercanda."

"Dasar anak nakal! Sudah berapa kali Ibunda ingatkan. Jangan pernah menjahili dayang-dayangmu. Kau tak pernah berubah." Permaisuri menjewer telinga putrinya yang sedang mengaduh kesakitan.

"Ibunda lepaskan! Malu dilihat banyak orang."

"Biarkan! Biar saja dilihat semua orang. Biar semua tau bagaimana nakalnya Putri Mahkota dari kerajaan Syamairu." suara kekehan Permaisuri terdengar di ujung kalimat.

"Ampun Ibunda. Aku berjanji tidak akan menjahili mereka lagi. Untuk hari ini saja, mungkin." lirihnya di akhir kalimat.

Permaisuri dari kerajaan Syamairu mengeram gemas akan tingkah laku putri tunggalnya itu. Hobinya menjahili anggota istana memang sudah ada semenjak ia kecil. Entah turun dari mana sifat tersebut, Permaisuri pun tak tau. Meskipun begitu, Permaisuri sangat menyayangi Putri Mahkota Illyana.

"Putri Milanda sebentar lagi akan tiba di istana. Apa kau tidak merindukannya?" tanya Permaisuri sambil mengelus rambut Illyana.

Illyana yang awalnya bersandar di bahu Ibunya langsung berdiri tegak, "Benarkah itu, Ibunda? Aku harus sesegera mungkin kembali ke istana. Aku tidak ingin dia mengejekku lagi karna menggunakan pakaian yang lusuh."

Dengan tergesa-gesa Illyana berpamitan kepada Permaisuri dan berlari menuju kereta kuda miliknya.

"Ayo cepat! Kita harus lebih dulu sampai di istana." teriak Illyana panik kepada Para dayang dan prajurit yang bertugas mengawalnya.

"Dia tak berubah." guman Permaisuri tersenyum.

Perjalanan dari tempat festival menuju istana hanya memakan waktu limabelas menit. Putri Illyana langsung bergegas mandi dan berganti pakaian, di bantu oleh dayang.

"Apa aku sudah terlihat seperti seorang putri mahkota?" tanya Illyana kepada tiga dayang yang bertugas merias wajah dan rambutnya.

Dengan kepala menunduk mereka menjawab, "Tuan Putri memang selalu terlihat sebagai seorang putri mahkota."

"Baiklah, aku akan pergi menemui Putri Milanda." dengan gerakan anggun ia berjalan keluar kamar. Di belakangnya sudah ada sepuluh dayang yang terus mengikuti kemana pun ia pergi.

Dari kejauhan Illyana dapat melihat Putri Milanda sedang duduk manis di kursi taman.  Di depan tempat duduknya terdapat sebuah kolam ikan yang berukuran sedang. Illyana mempercepat langkah kakinya.

"Salam untuk tuan Putri Mahkota kerajaan Dandre." Illyana memegang kedua sisi pakaiannya, kemudian menekuk kedua kaki. Itulah adat mereka saat memberi salam kepada orang lain.

Bunga LasandroeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang