chapter 2

18 3 0
                                    

Dua kereta kuda sudah siap membawa tuan Putri Illyana dan Putri Milanda ke kerajaan Lasandroe. Mereka harus berangkat pagi buta bila ingin tiba di sana sebelum malam hari. Karena jarak dari kerajaan Syamairu ke kerajaan Lasandroe memakan waktu yang cukup lama.

"Jaga sikapmu selama kau di sana, Illyana! Jangan pernah mengeluarkan sifat jahilmu itu! Kerajaan Lasandroe tidak sama dengan kerajaan Syamairu." sebelum berangkat, Permaisuri memberikan sedikit petuah kepada putrinya. Karena terkadang sifat jahil Illyana sulit dikendalikan.

"Baik, Ibunda."

"Dan Putri Milanda, Ibunda mohon tolong jaga Illyana! Kau tau bukan, bagaimana kelakuan dia?" Permaisuri beralih menatap ke arah Putri Milanda.

Putri Illyana mendelik sebal kearah Permaisuri. Ia tak terima dengan permintaan beliau kepada Putri Milanda. Ia hendak mengeluarkan protes, namun langsung dipotong oleh Putri Milanda,
"Tenang saja, Ibunda. Aku pasti akan menjaganya. Dia aman bersamaku."

Setelah berpamitan kepada Raja dan Ratu, mereka langsung berangkat ke tempat tujuan.

Di dalam kereta, Illyana duduk termenung. Untuk pertama kalinya dia melakukan perjalanan yang begitu jauh, meninggalkan kerajaan Syamairu. Ia juga merasakan ketidaknyamanan akan keberangkatannya ke kerajaan Lasandroe. Dua pelayan pribadi Illyana menyadari bahwa tuannya dalam keadaan gelisah. Tetapi tidak ada yang berani bertanya.

Matahari sudah berada tepat di atas kepala mereka. Menandakan bahwa hari sudah memasuki waktu siang. Dua kereta kuda itu berhenti tepat di depan sebuah rumah makan sederhana. Mereka sedang berada di desa Calenge. Desa yang berada tepat ditengah-tengah kerajaan Lasandroe dan Syamairu. Suasana di sana begitu ramai.

Saat sedang menikmati makan siangnya, tanpa sengaja mata Illyana menangkap pemandangan yang memilukan. Seorang anak laki-laki berbadan kurus yang mungkin berumur sekitar tujuh tahun, sedang mengemis makanan kepada pemilik rumah makan yang mereka singgahi. Namun, dengan tega si pemilik mengusirnya.

Illyana berdiri dan berjalan menghampiri anak kecil tersebut.

"Hai! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Illyana sekedar berbasa-basi. Tetapi sayangnya, tidak ada balasan sama sekali dari anak itu. Ia malah tertunduk dan terlihat ketakutan.

"Tenang saja! Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin menolongmu." Illyana berusaha meyakinkan bocah dihadapannya.

Dengan suara bergetar dia menjawab, "Aku hanya ingin meminta sedikit makanan."

"Apa orang tuamu yang menyuruhnya?"

"Bukan. Aku sudah tidak memiliki orang tua. Mereka sudah tiada." air mata menetes di pipi si bocah.

Hati Illyana bergetar. Ia ikut merasakan kesedihan yang di derita oleh anak itu. Dengan penuh kasih sayang, Illyana mengajak si bocah untuk ikut makan siang bersama.

"Bolehkah makanannya dibungkus?" tanya Landre-nama anak laki-laki itu.

"Mengapa kau tidak makan disini saja bersama kami?" Putri Milanda balik bertanya.

"Aku ingin memberikan makanan ini kepada adikku. Dia sedang sakit di rumah."

"Kenapa tidak kau katakan sejak tadi? Ayo kita ke rumahmu sekarang juga!"

Sebelum pergi, Illyana membeli makanan dan buah-buahan untuk ia berikan kepada adik Landre.

Rumah Landre berada di ujung desa. Hanya ada beberapa rumah di sekitarnya. Illyana memerhatikan tempat tinggal Landre. Jika dilihat, sebenarnya itu tidak pantas disebut rumah. Akan tetapi sebuah gubuk.

"Ayo, silahkan masuk!"

Illyana dan Milanda tidak bisa berlama-lama mengunjungi adik Landre. Mereka harus melanjutkan perjalanan agar tidak kemalaman. Sebelum berpamitan, Illyana menyerahkan sekantong koin emas untuk biaya kehidupan Landre dan Irena-adik Landre.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bunga LasandroeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang