Aku, Hujan dan Bahagia

14.2K 121 7
                                    

Aku memandang pada tingkap-tingkap di langit jendela kamarku, berusaha mencari tahu kapan hujan akan berhenti. Mengapa ia tidak pernah membawa kabar baik untukku, sehingga aku selalu merasa sedih yang berlarut merapuh dibuatnya. Tenggelam pada luka yang terlalu dalam untuk dilupakan.

Aku terjaga dari pembaringanku, membuka jendela hanya untuk merasakan angin yang bersayup lirih terbawa hujan. Namun dengan jelas ingatanku tiba-tiba muncul pada sesosok bayangan laki-laki yang selalu membuat aku menjadikan dia orang yang pertama kali aku lihat tiap pagi sebelum memulai hari.

"Halo sayang.. Selamat pagi!" Sebentuk kalimat sederhana dengan senyum dan tatapan yang hangat bahkan suara itu, suara yang tidak akan pernah terlepas dari ingatanku. Suara yang membuat aku enggan mendengar suara yang lain agar hanya suaranya saja yang mengisi pikiranku.

"Aku kangen banget sama kamu, Pras.." Tanpa sadar aku mengatakan kalimat itu dengan suara yang terdera, seakan mengusir sayup angin tadi. Aku benar-benar merindukannya. Rasanya aku tidak mampu menjalani hubungan jarak jauh seperti ini. Keberadaannya yang jauh bertugas didaerah pedalaman Kalimantan membuat aku sulit untuk berkomunikasi dengan Pras, bahkan walau hanya untuk berkabar lewat sms.

Sudah enam bulan lamanya Pras tidak juga menghubungiku. Untuk bisa berkomunikasi dengannya aku harus menunggu Pras ke kota untuk mendapatkan signal, jadi yang bisa aku lakukan hanya menunggu. Bisa dibilang, sejak satu tahun terakhir, kami hanya bisa bicara di telpon dua sampai tiga kali saja.

Sempat terlintas dibenakku untuk memutuskan hubunganku dengan Pras, tapi kata-kata Pras sebelum dia bertugas membuat niatku urung. Aku harus mendukungnya, demi masa depan laki-laki yang aku cintai. Tinggal satu tahun tersisa, aku hanya perlu bersabar sedikit lagi sebelum ia kembali ke Jakarta untuk melamarku.

Aku berusaha menguatkan hatiku, membayangkan hal-hal indah yang akan aku jalani bersama dengan Pras dan aku berharap ujian cinta ini akan segera berlalu. Meskipun sesekali pikiran buruk terkadang muncul dengan banyaknya anggapan teman-temanku bahwa banyak orang bertugas atau pergi ke Kalimantan tapi tak kunjung ingat pulang kembali ke rumah asalnya dikarenakan masih banyaknya hal-hal mistis disana.

Aku hanya berdoa semoga itu tidak terjadi pada Pras dan hubungan kami. Aku percaya Pras tidak akan mengecewakan aku, aku tahu dari saat aku mempercayakan hatiku untuk dia sepenuhnya dan aku telah memilih dia untuk jadi bapak dari anak-anakku nantinya. Aku percaya Pras akan menepati janjinya untukku, demi cinta kami.

Setibanya di kantor, seperti biasa Tian sudah menyambutku dengan senyumnya yang khas. Hari ini dia terlihat berbeda dengan potongan rambutnya yang dipotong cepak. Terlihat lebih tampan dari biasanya, dengan kemeja biru dan warna dasi yang lebih gelap, dan pastinya dengan wajah orientalnya ditambah aroma parfum yang begitu pas dengan karakternya yang ceria namun tidak terlalu menyengat. Berbeda dengan Pras yang anti sekali dengan parfum, sehingga aku bisa mengingat pekat aroma tubuhnya yang membuat aku selalu rindu untuk berada didekatnya.

"Woii neng, bengong aja.. Ntar malam jadi nggak kita nongkrong bareng anak-anak di Tebet balik kantor?"

"Hm.. Kayaknya kalian aja deh. Aku lagi males banget sumpah, pengen buru-buru pulang, tiduran deh."

"Ah payah ah.. Ini kan hari Jumat, besok libur puas-puasin deh molor di rumah. Tapi kalau sekarang kita nongkrong sampai puas biar kekinian.."

"Haha.. Ngga deh kalian aja. Macet banget pasti, yang ada nanti aku pulang kemaleman dah."

"Kalau itu sih tenang aja, nanti aku yang anter kamu pulang dengan selamat ke rumah naik motor butut kesayanganku jadi kita bisa cepet tuh."

"Ah itu mah emang mau kamu boncengan sama Sela, pakai alasan biar nggak macet segala.." Potong Mba Iway sambil membawa tumpukan dokumen untuk aku periksa.

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang