Pagi ini adalah pagi yang sangat ditunggu-tunggu oleh mahasiswa kampus ini. Apalagi mahasiswa yang telah berjuang hidup dan mati selama setahun terakhir—termasuk Diga. Laki-laki berkaca mata itu menatap ke sekeliling, mencari adik dan pamannya yang duduk bersama para tamu undangan lainnya. Ketika matanya menemukan Indira dan Om Radit, senyum Diga kian melebar. Indira bahkan melambaikan tangannya diiringi senyum yang tak pernah hilang.
Tapi di antara kebahagiaan yang tengah ia rasakan saat ini, terselip kesedihan yang Diga pendam. Seharusnya, mamanya lah yang duduk di sana bersama Indira. Melihat Diga mengenakan toganya dan mempersembahkan kelulusan untuk mamanya. Tapi, semua tak akan terjadi. Kepergian mamanya hampir setahun lalu, membuat Diga bertekad untuk bisa lulus secepat mungkin. Ia tak mungkin merepotkan Om Radit terus-menerus.
"Kakakkkkk... Selamat, ya, atas wisudanya." Indira langsung memeluk Diga saat prosesi wisuda selesai. Perempuan itu memeluk erat kakak laki-lakinya, kakak terbaik yang pernah Indira miliki. Yang selalu mengajarkannya untuk sabar dan tabah ketika kesedihan menimpa keluarga mereka bertubi-tubi.
Diga pun membalas pelukan Indira tak kalah eratnya. Setelah kesedihan yang menimpa mereka setahun yang lalu, hari ini sedikit kebahagian menghampiri kakak beradik itu.
Meskipun kebahagiaan yang mereka rasakan kurang lengkap, tapi mereka mencoba untuk menerimanya.Di belakang Indira, Radit berjalan menghampiri Diga sambil membawa buket bunga untuk keponakannya itu. "Selamat, Dig. Mama kamu pasti bangga sekarang."
Diga melepaskan pelukan Indira lalu menerima buket bunga dari pamannya. "Makasih banyak, Om. Diga berhutang banyak banget sama Om selama ini."
"Dig, Om gak merasa dihutangi apa pun sama kamu. Jadi kamu jangan sungkan begitu sama Om." Radit menepuk pundak Diga pelan. Matanya menyorotkan rasa bangga yang begitu besar kepada anak sulung dari kakaknya ini.
Diga tersenyum mendengar jawaban pamannya. Jika saja tak ada Om Radit, Diga tak bisa membayangkan akan sehancur apa hidupnya dan Indira ketika mamanya pergi. Ketika Diga tak mampu menopang dirinya sendiri saat itu.
Setelah itu, Radit menyuruh keduanya untuk berfoto yang langsung diiyakan oleh Indira dengan semangat. Gadis itu sangat bahagia atas kelulusan kakak laki-lakinya. Indira yang paling mendominasi pada sesi foto ini, ia minta difotokan berulang kali dengan gaya yang berbeda. Sedangkan Radit dan Diga hanya bisa pasrah menerima permintaan Indira.
•••••
Sedangkan di luar gedung, seorang perempuan dikucir kuda duduk termenung sendirian. Seharusnya hari ini ia juga bisa ikut diwisuda bersama teman-temannya, tapi masih ada mata kuliah yang harus diselesaikan.
Ia ingat, satu tahun yang lalu ketika orang yang dicintainya hancur karena kepergian sang mama, saat itu juga hidupnya berantakan. Terbiasa dengan segala perhatian yang diberikan oleh kekasihnya serta jasa antar jemput yang tak pernah absen, membuat perempuan itu terlena. Saat kekasihnya memutuskan untuk menyerah, ia telah kehilangan perhatian itu.
Maafin aku, Dig.
Anny masih merasa bersalah sampai hari ini. Karena keegoisannya, ia kehilangan laki-laki yang sangat baik. Dulu, ada Diga yang bersedia membantunya mengerjakan tugas. Ada Diga yang rela ke kampus pagi-pagi hanya untuk membelikannya sarapan. Ada Diga yang siap mengantar jemput dirinya untuk ke kampus. Ada Diga yang selalu menomorsatukan keberadaannya.
Tapi semua hilang dalam sekejap. Karena terlalu terbius dengan perhatian yang selama ini Diga berikan, Anny jadi merasa bergantung pada laki-laki itu. Dirinya kerap kali terlambat saat ada jam kuliah pagi karena harus terjebak dengan kemacetan. Tak jarang pula Anny lupa makan karena tugasnya yang menuntut untuk segera diselesaikan. Anny juga selalu pulang malam sendirian setelah mengerjakan tugas yang membuatnya kesiangan di keesokan harinya. Ditambah kegalauan hatinya saat Diga menolaknya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks, Dig [Please, Ann Special Chapter]
Short StoryKetika salah satu sudah menyerah. Apa lagi yang bisa dilakukan selain mengucapkan 'terima kasih'? ••• A special chapter of Please, Ann by @trissella