"Dia berdiri di hadapanku lagi
Kedua matanya menatap mataku lagi
Aku ingin percaya bahwa takdirlah yang ada di balik semua ini
Tapi untuk alasan apa ia mempertemukan kami kembali?" –Jin Ara
***
Ara mengerjapkan kedua matanya berulang kali, tak percaya dengan apa yang kini di lihatnya. Ya, setelah menyetujui untuk menggarap mini album dengan direktur perusahaannya, manajernya segera menjadwalkan pertemuannya dengan composer lagu yang akan bekerja sama dengan. Tapi takdir memberinya kejutan lain saat ia berjalan masuk ke dalam studio musiknya. Orang yang seharusnya di temuinya adalah....
"Aku harap kau masih ingat dengannya"sahut manajer Ara. Ia salah memahami ekspresi terkejut gadis itu. "Ya, dia dulu pernah sempat menjadi trainee di perusahaan kita"
Lelaki yang kini duduk di samping manajernya itu tersenyum singkat dan membungkukkan badannya. "Kim Hanbin. Atau mungkin orang-orang lebih mengenalku sebagai B.I."sahutnya kemudian. Ia mengulurkan tangannya mengajak Ara berjabat tangan.
Perlu beberapa detik hingga otak gadis itu yang sempat terhenti kembali bekerja. Ia buru-buru menjabat tangan Hanbin sebelum manajernya menaruh curiga. "Jin Ara. Se- senang bertemu dengan anda"sahutnya formal. Dengan sekian banyak orang yang ada di dunia, bagaimana bisa B.I. adalah Hanbin? Tidak, Hankyung. Dan bukankah terakhir kali mereka bertemu, lelaki itu hendak kembali ke Amerika?
"Susah sekali membujuk gadis ini, tapi setelah mendengar kau yang akan menjadi komposernya, ia langsung menyetujuinya"sahut manajernya kemudian tertawa. Ara mendengus pelan mendengarnya.
"Aku sudah membuat beberapa melodi dasar. Tapi aku ingin tau konsep seperti apa yang diinginkan Ara-ssi untuk di sampaikan kepada penggemarnya"sahut Hanbin kemudian membuat gadis yang di sebutkan namanya itu mengernyit pelan mendengar dirinya di panggil dengan tambahan 'ssi'.
"Ah jadi..."manajer Ara hendak menjelaskannya tapi segera di potong oleh gadis itu.
"Oppa pergilah, biar aku mendiskusikannya sendiri dengan Hanbin-ssi"sahut gadis itu memberikan tekanan pada 'ssi'-nya. Tidak, ini jauh lebih baik dari terakhir kali mereka bertemu. Sedikit-banyak ia sudah melangkah maju dari masa lalu nya dengan Hanbin, atau sosok yang mirip dengan lelaki itu di hadapannya ini. Meski tidak di pungkiri, hatinya sering kali ngilu mengingatnya.
"Eo!"manajer Ara mengangguk pelan dan beranjak pergi, meski wajahnya terlihat sedikit ragu. Di dalam otaknya ia khawatir apa Ara akan baik-baik saja di tinggal dengan seorang yang baru dikenalnya. Lama mengurus gadis itu, ia paham betul bahwa tidak mudah baginya untuk memulai percakapan dan hubungan dengan orang lain. Pribadi gadis itu sedikit tertutup dan ia hanya memiliki sedikit teman. "Aku akan ada di luar jika kau membutuhkanku"sahutnya kemudian sebelum akhirnya menutup pintu.
Hanbin dan Ara menghela nafas mereka di saat yang bersamaan. Gadis itu kini menyesali keputusannya untuk meminta manajernya pergi karena sekarang ia bahkan tidak bisa menatap wajah lelaki di hadapannya itu. Ia tidak tau mengapa ini membuatnya gugup dan tidak nyaman. Teringat saat lelaki itu terakhir kali menemuinya. Ia mengakui perasaannya padanya.
"Apa kabarmu?"sahut Hanbin kemudian memecah keheningan.
"Baik"Ara menjawab singkat, tidak bertanya balik mengenai keadaan lelaki itu.
"Kau pasti merasa tidak nyaman aku kembali memakai nama Hanbin"sahutnya kemudian. "Tapi aku sudah memutuskan untuk memulai ulang hidupku. Meski dengan nama orang lain, aku ingin menjalani hidup yang aku pilih. Jadi..."
YOU ARE READING
Bogoshipda 'You're The Missing Piece' (Sequel of Ex)
Fanfiction"Aku percaya akan takdir. Bahwa setiap pertemuan dan perpisahan memiliki alasan. Bahwa setiap jalan yang kau pilih memiliki akhir. Dan karena jika aku bertemu denganmu lagi, jika hidup kita bersinggungan lagi. Sebuah alasan pun di perlukan." -Jin Ar...