I

64 7 0
                                    

Kring... Kring... Kring...

"Duh, mampus gue. Pak!! Sebentar, Pak!!"

Jovita telah berlari sekuat dan secepat yang ia bisa, tapi apa daya ketika hanya tinggal sepuluh langkah lagi, gerbang sudah ditutup paksa oleh Pak Bejo, satpam sekolahnya.

"Gabisa neng, tunggu 5 menit lagi baru boleh masuk."

Ya, dia harus menunggu 5 menit lagi. Tepatnya, ia harus menunggu kedatangan Bu Rik, guru ter-killer di sekolahnya yang akan memberikan hukuman bagi setiap siswa yang terlambat setiap harinya. Nama aslinya Bu Rika, omong-omong. Hanya saja, para siswa lebih menyukai 'Bu Rik' dibanding 'Bu Rika'. Terkadang, Jovita sampai berpikir bahwa menghukum murid adalah hobi favorit guru wanita yang sampai saat ini masih melajang itu. Padahal umurnya sudah hampir kepala 4. Yah, mungkin karena keganasannya itu makanya jodohnya tak kunjung tiba.

"Yahh... Pak. Nanti saya belikan gorengan sama kopi, deh buat nemenin Bapak jaga pos," ucapnya memelas. Pasalnya, Jovita jarang terlambat. Iya, jarang. Jovita sudah pernah terlambat seperti ini satu kali dan harus menanggung hukuman yang cukup berat dari Bu Rik. Jovita sungguh tak ingin mengulanginya lagi. Namun sialnya, tugas Biologi yang diberikan Pak Ahmad tak main-main. Jovita menyesal tidak mengerjakannya lebih awal sehingga harus mengorbankan beberapa jam waktu tidurnya.

"Boleh deh, tapi selama seminggu ya neng?" Tawar Pak Bejo disertai kerlingan nakal dari matanya. Jovita tau, Pak Bejo hanya menggodanya. Pak Bejo masih sayang uang dan tak ingin dipecat hanya karena melepaskan mangsa Bu Rik.

"Yeeee, si Bapak. Malah balik nawar," cibir Jovita padanya. Sedikit kesal dengan godaan Pak Bejo itu.

"Yaudah, kalo neng nggak mau, mah, nggak apa-apa. Bapak mau nugas dulu ya neng. Selamat menunggu. Ehehehe..." Pak Bejo berlalu dengan tawanya yang semakin terdengar menyebalkan di telinga Jovita.

"Ihhh, Pak!! Jangan tinggalin saya!!" sahut Jovita dengan sedikit berteriak karena Pak Bejo sudah pergi cukup jauh.

Tanpa Jovita sadari, sedari tadi ada seseorang yang tengah menyandarkan tubuhnya ditembok. Tepat di samping Jovita berdiri.

"Astagfirullah. Kayak setan lo tiba-tiba ada di sini." Jovita mengelus dadanya karena keterkejutannya saat menyadari kehadiran orang itu di dekatnya.

Alih-alih menjawab, cowok itu hanya mengangkat sebelah alisnya.

Tipe-tipe cowok dingin, nih. Batin Jovita yang entah kenapa ia jadi sedikit bersemangat.

"Kenapa alis lo? Mau gue alisin?"

Diam. Cowok itu bergeming.

"Bisu lo?

Lagi. Hening.

"Yah, gue gabut dong di sini. Gue gak bisa bahasa orang gagu."

Lagi dan lagi, hanya ada keheningan yang hampa hingga tak terasa lima menit sudah berlalu. Pintu gerbang lantas terbuka, menampilkan guru yang mendapat tugas piket menghukum anak-anak yang terlambat. Guru killer sepanjang masa.

"Duh, mampus gue. Bu Rik dateng," gumam Jovita yang masih terdengar di telinga orang di sebelahnya.

"Ayok masuk kalian!!" ucap Bu Rika yang lebih terdengar seperti sebuah perintah. Tentu saja itu memang perintah, lol.

Jovita dan cowok itu masuk. Aneh bin ajaib, hari ini yang terlambat hanya mereka berdua.

"Karena saya baik hati dan tidak sombong, kali ini kalian yang menentukan hukuman kalian. Kamu ingin dihukum apa, Reynard?"

Oh, jadi nama cowok itu Reynard. Tapi tunggu deh, kok gue baru liat dia, ya? Apa dia kelas sepuluh? Tapi perasaan pas MOS kemarin, gue gak liat dia. Tapi Bu Rik kenal sama dia. Bu Rik 'kan, cuma apal sama murid-murid tertentu aja. Hmm...

Official With?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang