Good-Bye(One Shoot)

87 2 1
                                    

***

Sera terburu buru meninggalkan sekolahnya. Secepat mungkin menuju sudut sekolah, dimana ia memarkirkan motornya. Walaupun Sera tak terbiasa jalan sendirian, saat ini Sera tak memperdulikan itu. Perut melilit bikin keringetan, menggigil gak karuan. Sera tak ingin mampir di toilet sekolah yang notabenenya jorok, banyak lumut yang menempel di dinding, belum lagi pintunya, terakhir kali Sera ke toilet, dari 5 toilet hanya satu pintu yang normal. Satu tikungan lagi Sera akan melihat ratusan motor yang terparkir tak rapi. Sepuluh langkah lagi Sera akan menyentuh motornya.

Sera 5 langkah lebih dekat dari 'Moshi' si motor tersayang, ketika seseorang menghalangi jalannya. Dari ukuran sepatu yang Sera lihat, dia mengansumsikan si penghadang jalan ini bertubuh tinggi. Dengan wajah meringis menahan perih di lambungnya, Sera memberanikan diri mengangkat kepala, bermaksud meminta jalan. Setelah melihat orang itu, Sera bergegas berbalik arah. Secepat apapun Sera berbalik arah, Sera kalah cepat oleh cowok itu, Gemi namanya. Gemi menarik Sera ke hadapannya kembali, Sera hanya memandang orang itu dengan tatapan tolong-lepasin-gue-kali-ini. Sera benar-benar tak ingin menemuinya sekarang. Gemi hanya tersenyum tipis mempesona. Oh, ralat, itu senyum lemah yang mempesona Sera. Terlupa sudah perut melilitnya. Sera mengalihkan perhatiannya dengan melihat sekeliling, beberapa teman Gemi berjalan menjauhi mereka. Sera benci situasi ini.

Sera bersandar di tiang parkiran, kemudian ia menghela nafas panjang. Gemi pun melakukan hal serupa. Cukup lama mereka hanya berlomba-lomba menghela nafas, dan cukup lama pula Sera mati gaya di pandangi Gemi seperti itu. Sera memberanikan hatinya memandang Gemi yang ada di depannya, sudah lama ia tak melihat Gemi sedekat ini. Sera menyadari sedikit banyak perubahan pada wajahnya. Gemi yang dulunya segar setiap waktu berubah menjadi lemah tak bersemangat, yang dulunya menjaga ke-rapi-an wajahnya, kini dibiarkannya rambut-rambut halus tumbuh menyebar, memiliki warna hitam di bawah matanya, wajahnya terlihat lebih kurus dan kusam. Sera tak mengerti Gemi yang ini. Gemi yang ini begitu menyedihkan.

"jangan memandangku seperti itu, aku memang menyedihkan" Gemi bergumam lirih.

"seharusnya kamu yang bertanggung jawab atas ini" lanjutnya.

"Apa maksudmu? Setelah semua yang kamu lakukan padaku? Yang benar saja" Protes Sera.

"kamu masih belum mengerti? Bukankah sebelumnya sudah kuberitahu padamu? Itu semua sandiwara! acting sayang, demi dirimu juga, harus bagaimana lagi aku menjelaskannya padamu? Aku lelah, aku capek melihatmu seperti ini setiap hari" Gemi mengeluarkan keluh kesahnya selama seminggu ini, matanya memerah menahan emosi.

"aku tak mengerti jalan pikiranmu, dan tak ingin mengerti hal yang seperti itu, dengan alasan apapun, tetap saja kamu menyurangiku. Aku tak memaksamu untuk melihatku, kalau begitu.. kalau begitu.. berpura-puralah kamu tak pernah melihatku" Sera menjawab dengan gugup, sejujurnya Sera tak menyangka akan mengeluarkan kata-kata semenyakitkan itu. "agar kamu tak kelelahan" sambungnya sangat pelan.

Sera sayang Gemi demi apapun. Sera sangat terluka ketika tahu-tahu Gemi menggandeng gadis cantik ketika mereka sedang bersama. Kecewa. Dan hari ini Sera kecewa terhadap dirinya sendiri.

Lama Gemi berpikir sebelum akhirnya ia berkata "Oke". Gemi mendekat dan mencengkram tiang sandaran Sera. Rahangnya bergetar, nafasnya memburu. "akan kulakukan, sayang. Dan ketika aku tak melihatmu lagi, jangan paksa aku untuk melihatmu kembali. Selamat... tinggal" Bisik Gemi. Wajah Sera menegang mendengarnya. Sera merutuki dirinya sendiri. Gemi memeluk Sera sekejap sebelum berbalik meninggalkan Sera. Sera mengulurkan tangannya hendak memanggil Gemi. Memanggil dengan hatinya, karena suaranya tak kunjung terdengar. Perlahan airmata membasahi pipi Sera. Sera meluruh jatuh ke lantai, terisak untuk waktu yang cukup lama.

"Jangan... tinggalkan... aku..."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Good-Bye(One Shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang