Please, Dig

61 14 1
                                    

Anny menghela napasnya resah. Langit sudah semakin kelam ketika dirinya baru saja menyelesaikan tugasnya di studio seperti biasa. Jam digital di ponselnya sudah menunjukkan pukul 9.45 malam. Sudah terlalu malam untuknya jika harus jalan sendirian agar dapat menemukan taksi atau ojek yang dapat mengantarkannya pulang.

Bodoh memang, Anny tidak membawa kendaraan pribadi hanya karena mempercayai ucapan temannya yang akan mengantarkan pulang. Namun nyatanya teman itu sudah pergi meninggalkan studio setengah jam sebelum Anny seleaai, dengan alasan harus pergi ke bengkel terlebih dulu. Sebetulnya Anny dapat membonceng di mobil Riko, tetapi muncul perasaan tidak enak karena ada kekasih Riko di sana. Jika dulu ia pernah cemburu karena kekasihnya dekat dengan perempuan lain, maka kekasih Riko mungkin juga akan cemburu ketika ia diantar pulang oleh Riko.

Sejauh ini, Anny mencoba menghormati kepentingan siapa pun. Anny mulai mencoba berpikir lebih dewasa dari sebelumnya. Mencoba untuk tidak memikirkan dirinya sendiri karena hidupnya ada di sekitar banyak orang. Anny berusaha mengubah sikap lamanya setelah kehilangan sesosok 'prianya'. Anny merasa berakhirnya hubungan itu adalah tamparan keras bagi dirinya—terutama egonya supaya bisa lebih dewasa lagi. Kini perlahan Anny mencoba untuk mengerti dan sadar, bahwa semua orang butuh pengertian bukan hanya harus memberi pengertian.

Ada alasan lain di balik kesadaran Anny ini. Dia berharap Diga—mantan kekasihnya mau menengoknya sedikit saja, ia ingin Diga tahu kalau dirinya telah berubah dan memberikan kesempat kedua untuk bisa bersama. Namun harapannya hanya bisa tertahan di tenggorokannya.

Gambar yang baru saja dia seleasaikan ia genggam mati-matian agar tidak terbang dibawa angin. Semakin larut angin semakin berembus kencang. Anny juga kerepotan menyelipkan rambutnya yang tergerai dimainkan angin.

Ketika tangannya ingin mengetik sesuatu di ponsel, otomatis genggaman tangan kiri Anny terhadap kertas gambar itu melemah. Baru dua kata yang ia ketik, embusan angin telah menerbangkan gambarnya ke tengah jalan raya yang lumayan sepi.

“Ya ampun gambar gue,” desahnya. Anny menengok kanan dan kiri, ia akan mengambil gambar itu sebelum ada angin yang dapat menerbangkan gambarnya lagi atau yang lebih parah akan ada kendaraan yang melindas gambarnya itu.

Setelah dirasa aman, Anny mulai melangkah ke tengah jalan untuk menyelamatkan gambarnya. Ia membungkuk untuk dapat menggapai selembar kertas itu. Anny merasa sebuah sorot lampu mengarah sangat cepat ke arahnya. Tidak sempat Anny berdiri untuk menyingkir, tubuhnya sudah terpental sekitar satu meter ke depan. Anny merasa penglihatannya kabur dan perlahan tapi pasti semuanya telah gelap.

***

Seorang lelaki berdiri di depan ranjang seorang perempuan yang terbaring lemah. Banyak perban yang membungkus tubuh perempuan itu. Sang lelaki menatapnya iba. Seharusnya perempuan itu tidak berada di ruangan serba putih ini. Entah siapa yang menabrak perempuan itu hingga berhasil membuatnya tak berdaya di sini.

Lelaki itu merasakan ada setumpuk cairan yang siap meluncur jika dia tidak kuat menahannya. Sungguh dia tidak tega. Dia melihat seluruh kejadian itu dengan detail. Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabrak gadis di depan sebuah studio, lalu yang tersisa hanya gadis itu yang tergeletak di jalan, sementara mobil tadi langsung melaju kencang. Dia tidak bisa membayangkan jika dirinya tidak ada di sana, apa yang akan terjadi pada gadis ini selanjutnya?

Hatinya bergetar mengingat itu semua. Digenggamnya jemari perempuan itu. Berusaha memberikan rasa senyaman mungkin. Permukaan kulit perempuan itu masih sama seperti dulu, halus dan lembut. Sudah sangat lama sekali lelaki ini tak saling jumpa dengan sang pemilik tangan, dan ia tidak bisa mengelak kalau ada rasa rindu yang muncul begitu saja. Andai tangan yang ia genggam membalas genggamannya. Andai mata yang terpejam itu terbuka perlahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Dig [Please, Ann Special Chapter]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang