DEPRESSION (눈물병) - 7 - XIUMIN

246 33 1
                                    

'My heart aches because of you'

warning: fiksi dengan konten dewasa tapi tidak berniat untuk menyebarkan hal 'dewasa' dalam segi negatif. Fiksi ini dibuat semata-mata untuk membuka wawasan terhadap dunia malam mengerikan yang selama ini dipandang sebelah mata. Cobalah, melihat dunia 'mengerikan' itu dari sudut pandang yang berbeda.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author's Eyes...

Bagi Jimin, cinta bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Bukan pula sebuah perkara dimana dirinya bisa dibatasi dan dipaksa. Cinta itu datang secara alamiah, tanpa disadari menanam benih indahnya dalam lubuk hati manusia, kemudian berbuah dan memamerkan keindahan kelopak bunga.

Tapi saat cinta itu sudah bosan singgah di lubuk hati seseorang, kelopaknya akan mulai layu, kemudian berjatuhan dan mati. Lalu, cinta itu akan pergi. Mencari tempat lain untuk singgah dan akhirnya, singgah di tempat yang keliru.

Begitulah kiranya keadaan Jimin sekarang.

Mencintai seorang pria yang telah beristri, Kim Minseok.

Kemudian, Jimin tidak pula merasa bersalah. Tidak, dia yakin benar tidak ada hukum nyata yang melarangnya mencintai seorang pria yang telah beristri. Bahkan tak segan, Jimin goda pria itu demi memuaskan nafsunya belaka.

"Kau tidak akan tidur denganku malam ini?" sebuah tanya Jimin utarakan pada pria yang telah selama delapan bulan ini menjadikannya seorang selingkuhan.

Bukannya Jimin tidak merasa kasihan pada wanita yang ia sakiti. Jimin tahu benar, di mata semua orang dia akan jadi wanita paling kejam yang telah merenggut kebahagiaan orang lain.

Tapi apa orang-orang tidak mengerti, kalau Jimin juga berhak mencintai seseorang. Jimin juga tidak meminta untuk diciptakan sebagai wanita yang harus merebut kebahagiaan orang lain—kalau saja dia bisa memilih.

Beginilah takdir tertulis untuknya.

"Tidak malam ini, Jimin-ah. Reen sedang hamil tua dan ya, kau tahu dia akan mengomel sepanjang malam kalau aku beralasan lembur, bukan?" Minseok berkata, ia pasang celana juga kemejanya sementara Jimin berbaring di tempat tidur dengan lingerie terpasang.

Ah, pupus sudah harapan Jimin untuk mendapat sedikit saja kasih dari Minseok malam ini. Padahal, sudah sepekan mereka tidak bertemu.

"Aku tahu, kau juga bilang kalau beberapa hari lagi kau akan jadi seorang ayah." Jimin berucap santai, seolah hatinya tidak sedang disakiti karena perkataannya barusan.

Bagaimana tidak, memangnya ada wanita di dunia ini yang bisa dengan bangga mengatakan bahwa pria yang dicintainya sebentar lagi akan jadi ayah dari anak yang bahkan bukan terlahir darinya?

Meskipun Jimin berstatus sebagai seorang wanita ke-dua yang orang-orang pikir tidak berhak untuk mencinta, tapi dia juga punya hak untuk merasa sakit karena hal-hal semacam itu.

"Aku akan mengunjungimu akhir pekan ini."

Ya, akhir pekan lainnya, Jimin membatin. Tapi wanita itu hanya menjawab dengan sebuah senyuman dan anggukan persetujuan. Buat apa membuang tenaga untuk berdebat dengan Minseok kalau pada akhirnya jawaban pria itu masih tetap sama?

Reen, wanita pertama yang ada di hati pria itu adalah prioritas. Sedangkan Jimin, hanyalah pemuas nafsunya lantaran sang istri enggan melayani.

Menyedihkan, memang. Bagaimana dulu Jimin pikir, menjadi selingkuhan dari seorang konglomerat akan menjadikannya bak seorang ratu yang lantas menyingkirkan kedudukan istri pertama dan seutuhnya mendapatkan cinta dari sang pria.

Jimin justru terlihat sebagai seorang selingkuhan yang menyedihkan.

Memang benar, orang-orang telah memandang sebelah mata. Hanya menganggap bahwa semua wanita lain dalam rumah tangga adalah orang-orang jahat, tanpa mereka mau tahu apa alasan yang membuat wanita-wanita itu hadir dalam kehidupan si pria.

Kadang, Jimin pikir istri Minseok juga bersalah—kalau saja suatu hari hubungannya dengan Minseok terungkap—salah siapa dia mengabaikan suaminya selama hamil?

"Aku mencintaimu, sayang." Minseok mengecup puncak kepala Jimin sejenak sebelum pria itu mengambil ponselnya yang tergeletak di meja.

Sempat Jimin lihat, ada beberapa missed call di sana, tapi yang jadi fokus wanita itu bukanlah deretan missed call dan pesan, melainkan wallpaper ponsel pria itu. Gambar seorang wanita ada di sana, tengah diberikan sebuah ciuman mesra oleh Minseok di bibirnya.

Cinta? Ah, kebohongan macam apa yang sekarang Jimin dengar?

"Ya, aku juga mencintaimu, Minseok-ah..."

Meski Jimin tahu, mungkin hanya dirinya seorang lah yang mencintai Minseok dengan sepenuh hati. Sedangkan bagi pria itu, Jimin hanya sebuah mainan saja.

Sekali lagi, Jimin bertanya-tanya tentang pandangan orang-orang mengenai wanita sepertinya. Apakah dia akan dinilai buruk jika saja orang-orang tahu betapa banyak luka di hati Jimin sekarang karena ulah Minseok seorang?

Lagipula, jika saja Minseok tidak mendekati Jimin duluan, mana mungkin hubungan mereka berakhir menjadi perselingkuhan? Salah pria, kata para wanita—bukankah begitu?

Tapi sebenarnya, perasaan lah yang telah bersalah. Dengan lancang tidak memberi batas akan frasa cinta yang tidak kasat mata. Membuat orang-orang merasa sakit dan bahagia karenanya. Membuat manusia menjadi pembohong ulung yang pandai berkata-kata dan menyembunyikan kenyataan.

Bukan Minseok yang sekarang Jimin salahkan. Bukan juga Reen. Tapi dia salahkan perasaannya sendiri, karena telah lancang menaruh hati pada seorang Kim Minseok.

FIN

IRISH's Fingernotes:

Masih dalam aura ultah Umin, akhirnya series ini bisa keluar. UNTUK PERTAMA KALINYA SEORANG OC DEBUT DALEM SERIES DEPRRESION, KARENA ANE KEPIKIRAN KAK ANNE. WKWKWKWKWK.

Jadi ceritanya, semalem ane kepikiran tentang pandangan orang-orang sama para WIL yang katanya ngerusak hubungan rumah tangga orang lain. Terus ane pikir-pikir lagi, enggak semua WIL itu hidup bahagia macem di sinetron, ada yang susah juga kayak Jimin :") jadi... yah... beginilah...

DEPRESSION (눈물병) - EXO [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang