14. BAM?

790 111 17
                                    

"Dok, gimana keadaannya?" tanya Kinal saat dokter sudah selesai memeriksa Veranda. "Sebenarnya dia kenapa?" lanjut Kinal kembali.

Ditanyai seperti itu, sang dokter hanya tersenyum sambil memberikan stetoskop ke suster yang ada disampingnya.

"Jaga istri anda. Karena usia kehamilannya masih sangat muda. Ada sedikit pendarahan tadi... Tapi anda gak usah khawatir, saya sudah memberinya obat penguat kandungan," kata dokter.

"Pendarahan?!"

"Iya. Istri anda mengalami pendarahan, mungkin dia terlalu banyak pikiran. Atau mungkin juga dia kelelahan karena melakukan pekerjaan rumah tangga. Jadi saya sarankan agar anda menjaga istri anda baik-baik," nasehat dokter. "Kalau gitu saya permisi," lanjutnya.

Setelah dokter dan suster itu pergi, Kinal menatap Veranda yang sedang terbaring lemah. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap wajah berulang kali.

"Ve, sekarang apa yang mesti ka Kinal perbuat?!" Kinal resah dan pusing, dia tidak tahu harus melakukan apa. Karena Veranda tak ingin kedua orang tuanya mengetahui hal ini.

"Aku mohon, kak. Jangan beritahukan ini ke mama papa ya?"

"Tapi, Ve!"

Kring Kring )))

Ponsel Kinal berdering, saat itu juga dia mengambil ponselnya yang ada didalam saku celana.

"Iya, pah... Apa???... Ok, Ok. Kinal segera pulang, pah!"

"Ada apa, kak?" tanya Veranda. Karena setelah menerima telepon, Kinal semakin terlihat bingung.

"Kakamu Mila. Kata papa dia marah dan ngamuk gak jelas di rumah. Mila juga sampai melukai mama."

"Tapi mama gakpapa'kan, kak?" Kinal menggeleng, karena dia belum melihat kondisinya seperti apa.

"Kamu gakpapa kalau ka Kinal tinggal disini sendirian?" Veranda menganggukan kepala.

Setelah pamit, Kinal bergegas meninggalkan rumah sakit untuk segera pulang.

Kecepatan mobil Kinal sangat kencang, dia juga sampai menerobos lampu merah. Kinal benar-benar kalut, pikirannya dipenuhi Mila.

Sesampainya di rumah, Kinal memarkirkan mobil asal-asalan. Dia segera masuk ke dalam untuk melihat keadaan Mila.

"Syukurlah kamu cepat datang. Papa gak tau lagi harus berbuat apa ke Mila. Sikapnya sudah seperti orang gila, dia sudah gak mengenali orang tuanya sendiri. Sampai-sampai mamanya dilukai," ucap Tony geram.

Kinal tak lagi menanggapi ucapan Tony, dengan cepat ia pergi ke kamar untuk melihat Mila. Ia membuka pintu yang terkunci dari luar, dan masuk ke dalam.

"Mila, kenapa denganmu sayang?" tanya Kinal.

Saat melihat Kinal, wajah Mila langsung berubah. Dia terlihat marah, dan tangannya dengan cepat melempar botol minyak wangi ke arah Kinal.

Prang...

"Mila! Ini aku Kinal! Kamu kenapa, hah?!" bentak Kinal. Untung botol yang dilempar Mila tak sampai mengenainya, karena Kinal dengan cepat menghindar dari lemparan itu.

"Dasar pembunuh! Kamu sudah membunuh anakku! Kembalikan anakku!" teriak Mila.

"Mila, aku bukan pembunuh!" Kinal berusaha mendekati Mila. "Sadarlah Mila, aku Kinal, suamimu... Sekarang kamu pasti dalam pengaruh guna-gunanya Naomi," tambah Kinal.

Saat Kinal sudah didekat Mila. Ia menatap matanya dalam-dalam, berharap kekuatan cinta dari Kinal menyadarkan Mila dari ilmu hitam yang sedang menguasainya.

Tidak dengan tatapan penuh cinta saja yang Kinal lakukan, dia juga menyentuh pipi Mila sangat lembut.

Tapi itu hanya sesaat, karena Mila hanya terbuai sementara saja.

"Dasar pembunuh! Aku gak mungkin termakan ucapan manis dari seorang pembunuh sepertimu," Mila dengan cepat menyekik leher Kinal menggunakan kedua tangan.

"Ergghh... Mi..la... le..pass," ucap Kinal sambil berusaha melepaskan diri.

"Mila, kamu gila?! Lepaskan Kinal!" Tony masuk ke dalam kamar, ia dengan cepat menolong Kinal. Dimana Tony berusaha keras, karena cekikan tangan Mila di leher Kinal sangat kencang dan juga kuat.

"Mila! Suami bisa mati, lepaskan dia!" teriak Tony, tangannya pun refleks menampar Mila saat itu.

Plak...

Saat Mila kena tamparan Tony, wajah dia tertunduk. Dan rambut panjang Mila yang terurai menutupi seluruh wajah cantiknya.

Sementara Kinal berusaha menjauhi Mila. Nafasnya tersengal, Kinal terus memegangi lehernya yang sakit. Saat itu wajah Kinal sudah terlihat pucat.

Tiba-tiba saja Mila mengerang, membuat Tony dan Kinal ketakutan. Julia yang baru masuk ke dalam kamar sama ketakutannya dengan mereka berdua.

Setelah mengerang, Mila langsung menatap tajam ke arah Tony. Rahang Mila mengeras, wajahnya pun menyeringai. Secepat kilat Mila menyambar gunting yang tergeletak diatas meja dan berjalan mendekati Tony.

"Mila!" teriak Julia.

"Mila, sadarlah nak! Ini papa!" ucap Tony yang memegang tangan Mila. Ia berusaha merebut gunting dari tangan Mila. Tapi Mila tak membiarkan Tony merebutnya semudah itu.

Mila benar-benar sudah gila. Dia sampai ingin menikam Tony menggunakan gunting yang sedang dipegangnya.

Melihat itu Kinal tak tinggal diam, dia membantu Tony untuk merebut gunting yang Mila pegang. Setelah dapat, Kinal membuang gunting tersebut keluar kamar.

Mila semakin bringas. Dia berteriak kencang dan mencakar Kinal serta Tony. Tak hanya itu, Mila juga menggigit Kinal sangat kuat.

"Ergghh... Mila!" erang Kinal kesakitan.

Akhirnya Julia ambil alih, dia mendorong Mila sampai anaknya jatuh tersungkur, lalu menarik Kinal dan Tony keluar kamar. Kemudian mengunci pintu kamar dari luar.

"Ini gila! Sebenarnya kenapa Mila? Apa dia stress menjalani hidupnya? Sampai-sampai sikap dia seperti orang yang kerasukan setan!" ujar Tony.

"Gak mungkin Mila stress, pah. Mama lihat hidupnya bahagia-bahagia aja bersama Kinal," kata Julia sambil melihat Kinal yang sedang melihat luka gigitan di tangannya.

"Kamu tau istrimu kenapa, Nal? Kenapa sikapnya mendadak berubah seperti orang gila?" tanya Tony.

Kinal terkejut. Ia sampai bergantian melihat Julia dan Tony dalam waktu bersamaan.

"Hmm... Kinal gak tau, pah. Kinal juga bingung sama sikap Mila yang seperti itu," jawab Kinal berbohong.

Kenapa Kinal berbohong?
Lalu kenapa Kinal menutupi sikap anehnya Mila didepan mertua dia sendiri? Padahal Kinal tahu semua. Darimana dan kenapa tiba-tiba Mila bersikap aneh seperti itu.

"Papa gak bisa biarkan ini berlarut-larut. Papa akan panggil dokter yang mengerti tentang kejiwaan untuk memeriksa keadaan Mila."

"Pah jangan, pah. Mila gak gila. Jangan panggil dokter jiwa ke sini, pah."

Kinal memohon pada Tony supaya dia tidak memanggil dokter ahli jiwa untuk memeriksa keadaan Mila.

"Kamu mau lihat istri kamu seperti itu terus tanpa ada penangan yang serius?" tanya Tony. Kinal pun menggeleng lemah.

Tony langsung meraih ponsel yang tergeletak di meja. Dia menghubungi seseorang di sana. Berbicara serius mengenai Mila anaknya.

Bisakah Aku Mencintainya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang