Prolog

10 5 2
                                    

"Kevan tungguin ih!"

Sofia mempercepat langkahnya, berusaha mengejar laki-laki yang berjalan cepat beberapa langkah. Wajahnya terlihat ditekuk, membuat beberapa gadis yang kebetulan menonton adegan ini memekik senang dengan kejadian ini. Menurut mereka, laki-laki ini sangat imut kalau wajahnya sudah ditekuk seperti itu.

"Kevan! Jangan cepet-cepet dong jalab nya. Tungguin aku kenapa sih." Sofia kini sudab berhasil menyamalan langkahnya. Sementara Kevan, ia terus berjalan masih dengan wajah masamnya.

Cowok itu, Kevan mengehentikan langkahnya, tapi tidak juga menjawab pertanyaan gadis yang saat ini posisi nya sudah dihadapan nya.

"Aku daritadi dicuekin, tau ah terserah!" Omel Sofia. Ia capek sedaritadi mengejar Kevan namun Kevan hanya diam saja. Kemudian ia berjalan secepat yang ia bisa, meninggalkan Kevan.

Sofia meninggalkan Kevan dengan dahi yang berkerut. Harusnya kan dia yang marah? Lalu kenapa sekarang malah terbaluk seperti ini?

Langkah Sofia tiba-tiba terhenti, Kevan mengejarnya. Dia melihay lengan nya dipegang oleh Kevan.

"Lepasin Kevan, malu diliatin orang ih!"

"Aku gak peduli orang lain, yang aku peduliin sekarang cuman kenapa jadi kamu yang marah sama aku? Harusnya kan aku yang marah sama kamu."

Sofia terdiam, mengingat kesalahan apa yang ia buat hari ini sehingga harus membuat Kevan yang seharusnya marah padanya. Tapi sampai tiga menit berlaku, Sofia tidak merasa melakukan apapun hari ini. Bahkan sampai dirinya dan Kevan bertemy di parkiran barusan.

"Aku emang kenapa? Ya kalo salah aku nya diomongin dong jangan didiemin gini!" Ucap Sofia setengah emosi.

Kevan perlahan melepaskan pegangan nya, lalu menatap manik mata Sofia, melipat kedua tangan nya didepan dada. Seolah sedang mengintrogasi, tak peduli bahwa kini keduanya menjadi bahan tontonan orang-orang sekitar.

"Kamu tadi berangkat sama siapa?" Tanya Kevan pada akhirnya.

"Apasih?"

"Kamu tadi berangkat ke kampus bareng siapa?" Ulang Kevan masih berusaha sabar.

"Bahkan aku lihat cowok itu masuk ke kampus ini juga" lanjutnya kemudian.

Sofia terdiam, tentu ia ingat tadi pagi dia berangkat dengan-

Tunggu dulu! Jangan bilang kalau saat ini Kevan sedang cemburu berat dengan orang yang tadi pagi mengantarnya ke kampus.

Seketika cengiran lebar tercipta di bibir Sofia. "Ah aku tahu kamu cemburu ya?"

"Jawab aja kenapa sih." Terdengat nada serius dalam bicaranya membuat Sofia seketika terdiam.

"Aku tadu berangkat sama kak Rion," ucap Sofia akhirnya.

Seketika mata Kevan membulat mendengar nama laki-laki itu disebut, mendadak rasa dongkol, malu dan sejenisnya bercokol di dadanya.

"Oh." Pada akhirnya hanya kata itulah yang keluar dari mulut Kevan. Untuk menetralkan rasa malu, ia segera berlalu meninggalkan Sofia yang sekarang sedang tersenyim dengan cara yang aneh, seperti senyum meledek.


Sejujurnya, ia tadi merasa kesal, niat hati ingin menjemput kekasihnya ke rumah nya tapi yang ia dapat justrj malah kekasihnya itu sudah masuk duluan kedalam mobil seorang cowom yang ia tidak tahu siapa, karena ia hanya melihat punggung nya saja. Dan tentu saja ia cemburu, apalagi melihat lelaki itu juga memasukkan mobilnya ke area parkiran kampus ini sehingga tadi ia setengah emosi melewati mobil itu tanpa melihat siapa dibalik kemudi itu. Lagipula kalau itu tadi ternyata bukan Rion?

Sungguh ia merasa bodoh sekarang, bertahun-tahun menjalin hubungan dengan Sofia dan juga sering mengunjungi rumahnya kenapa ia tidak sama sekali mengenali Rion yang merupakan kakak dari Sofia dengan baik? Bahlan dari punggung nya saja ia tidak mengenali.

Sudahlah tidak penting.


Sementara Sofia, sekarang sedang menertawakan Kevan, lebih tepatnya cemburuan Kevan yang sama sekali belum berubah, bahkan saat hubungan nya sudah berjalan selama tiga tahun lebih. Hanya sifat itu yang tak kunjung hilang. Oh tidak bukan. Bahkan possesif nya pun belum hilang sampai sekarang.

Tapi meski begitu, ia tetap menyayangi kekasihnya, Kevan. Ya, dia Sofa Ramandhita Dirgantara sangat sangat mengakui bahwa dia begitu menyayangi bahkan sangat mencintai kekasihnya, Kevan Ferall Wijata.

Sadar akan sesuatu, Sofia tersadar dari lamunan nya.

"SAYANG TUNGGUIN!"

Tanpa mempedulikan pekikan disekitar, Sofia berlari mengekar Kevan yang saat ini sudah agak jauh dari tempat ia berdiri.

Your Only Limit Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang