Siang itu, baik Kevan ataupun Sofia sudah keluar dari kelas mereka, setelah menjemput Sofia dikelas nya, karena kebetulan mereka berbeda kelas dan bahkan angkatan, Sofia satu tingkat diatas Kevan.
Kevan berjalan disamping Sofia dengan tangan saling menggenggam, sesekali Kevan membalas sapaan siapa saja yang menyapa dan memberikan senyuman padanya. Kevan memang terkenal dengan sifatnya yang ramah. Sementara disamping nya, Sofia malah mendengus tidak suka, bagaimana tidak, baik cowok ataupun cewek semua disapa Kevan bahkan sampai ada yang dapat lambaian tangan dari Kevan. Mungkin dia berasa selebriti yang lagi Meet and Great.
"Kamu ngapain sih mendengus gitu kayak banteng, jelek ah." Tanya Kevan pada Sofia.
"Kamu yang ngapain. Sok ngartis banget pake acara dadah dadah segala lagi." Terdengar nada ketus didalam nya.
Kevan lalu terkekeh kecil, membuat Sofia mengerucutkan bibir nya.
"Gak usah di monyong-monyongin begitu bibir nya, nanti tambah cantik aku nya tambah naksir," goda Kevan sambil mengusap bibir Sofia.
"Lagian ya sayang ku, gak apa-apa lagi kalo aku gitu ke mereka, hitung-hitung aku itu nambah pahala kan gak baik kalo ada yang senyum ke kita tapi kita nya cuek aja, itu dosa loh sayang. Kata bang Billy sih begitu." Lanjut Kevan menggebu.
"Yasudah terserah kamu aja."
Sesampainya di kantin Kevan mempersilahkan Sofia untuk duduk sementara dirinya memesan makanan untuk mereka berdua.
Tak lama kemudian Kevan datang membawa nampan berisi dua nasi ayam dan dua gelas es teh manis. Kevan meletakkan dua menu tersebut dimeja. Tapi kedatangan nya tidak digubris sama sekali, kekasihnya malah terlihat seperti sedang melamun.
"Hayo loh ngelamunun apa kamu?" Ucap Kevan cukup keras
Barulah setelah itu Sofia memandang kearah Kevan, dilihatnya Kevab menaikkan sebelah alis nya yang membuat sebagian cewek iri pada alis nya yang hitan dan tebal alami.
"Hah? Apaan?"
"Kamu barusan lagi ngelamun apa? Pasti ngelamunin kapan kita nikah kan?" Goda Kevan dengan pedenya.
Refleks Sofia memukul bahu Kevan agak kencang, membuat Kevan meringis kecil. Tapi sedetik kemudian senyum terbit dari bibir nya.
"Bukan begitu ih kamu, aku itu tadi tiba-tiba inget pas kita di SMA dulu."
Seketika Kevan antusias dengan jawaban itu, kemudian ia melipat kedua tangan nya diatas meja bahkan sampai mengabaikan makanan yang mungkin sudah dingin atau minuman yang bawah gelas nya sudah berembun akibat tidak dingin lagi.
"Oh ya? Kamu bayangin apa aja?" Tanya Kevan semangat.
"Aku inget pas itu pertana kali kita ketemu, di kantin juga kan? Makanya aku tadi langsung senyum sendiri pas ke kantin, karena inget itu."
Antusias yang tadi dirasakan Kevan tiba-tiba menghilang berganti dengan kesal bercampur malu. Hari ini gadisnya benar benar deh. Sampai membuat dirinya malu dua kali berturut-turut.
Dirinya jadi terpaksa mengingat saat itu, dulu saat pertama kali dia bertemu dengan kekasihnya ini merupakan kejadian yang paling memalukan sepanjang sejarah dirinya mengenal yang namanya cewek.
Waktu itu dirinya memang berniat mengajak kakak kelas nya yang tak lain adalah Sofia untuk berkenalan, rencana nya ingin membuat cewek itu merasa terbang dengan dirinya yang berani mengajak berkenalan didepan umum, tapi sebelum cewek itu yang terbang karena merasa tersanjung malah dirinya yang harus terbang karena malu. Dirinya sudah berjalan setenang mungkin dan se cool mungkin untuk menarik perhatian perempuan itu, tapi rencana tinggalah rencana, tinggal beberapa langkah mencapai gadis itu dirinya malah harus jatuh tersandubg tali sepatu nya sendiri yang terlepas. Yang lebih memalukan nya lagi dia justru jatuh tepat dibawah kaki cewek itu.
Tolong jangan berpikir yang bukan-bukan, Sofia sedang memakai baju olahraga.
"Yaudah sih sayang gak usah diinget-inget lagi. Itu kan udah lama juga."
"Tapi sumpah, waktu itu muka kamu lucu banget tahu nggak, aku waktu sampe nahan ketawa," ucapnya sambil terkekeh geli.
Masih belum puas membuat kekasihnya menahan malu, Sofia menambahkan "Kamu juga inget nggak yang waktu kamu ngajak aku makan pertama kalu itu? Yang kamu lupa bawa uang dan parah nya waktu itu aku juga lagi nggak bawa uang sama sekali karena kamu yang ngajak nya buru-buru." Kali ini tawa tidak dapat ditahan lagi oleh Sofia, ini benar benar lucu.
Kevan meringis kecil sambil mengusap tengkuk nya berkali-kali. Tentu dia ingat kejadian kedua yang paling memalukan nya lagi sebagai seorang cowok.
Setelah dia kenal dengan Sofia lalu berteman dengan nya, dengan segala rasa percaya diri yang ada, dia mengajak Sofia makan siang di sebuab cafe yang terbilang terkenal, setelah selesai makan, dengan bangga nya dia menawarkan diri untuk membayar semua pesanan.
Kemudian saat dia merogoh saku celana nya untuk mengambil dompet, senyum sumringah yang dia tunjukkan berganti dengan senyum gugup. Berita apes nya adalah dompet nya tertinggal di rumah. Sebagai laki-laki tentu ia merasa shock. Ya ampun,kencan pertama bareng gebetan gak bawa duit? Najis.
Masih dengan tingkat kepercayaan diri yang makin menipis, Kevan mencoba bernegosiasi dengan pemilik cafe. Awalnya secara sembunyi-sembunyi. Harap maklum jangan sampai ketahuan gebetan. Tengsin dong? Ngapel ketahuan gak bawa duit.
Terimakasih kepada mulut nyinyir pemilik cafe yang justru berteriak mempermalukan dirinya sehingga membuat Kevan menjadi tatapan seisi cafe termasuk Sofia.
Malang nya saat itu, setelah Sofia tahu alasannya dia juga tak bisa membantu karena sewaktu berangkat terburu-buru sehingga dia hanya sempat membawa handphone nya saja.
Akhirnya sepanjang siang itu mereka habiskan dengan menjadi pelayan dadakan di cafe itu.
Bayangan itu buyar saat tiba-tiba mengejutkan mereka bermaksud mengambil piring yang bahkan belum tersentuh sama sekali akibat si pemesan terlalu terhanyut dalam dunia flashback mereka.
Sofia tersenyum miring, kemudian berdiri membisikan sesuatu yang membuat Kevan terkejut sekaligus malu. Lagi.
"Jangan lupa bayar sayang, kan nggak lucu kalo tiba-tiba kita jadi pelayan dikampus kita sendiri." ucapnya setengah meledek dan segera berlalu darisana.
"Dasar! Untung gue nya sayang!" Gumam Kevan.