Prolog

239 9 0
                                    

Jeon Jungkook diam disana. Di ujung California King Bed yang dibalut selimut sewarna kelamnya malam, menatap keluar jendela yang menampilkan langsung bulan purnama kebiruan ditemani bintang-bintang kecil di sekelilingnya dengan perasaan sepi yang besar.

Dia tahu benar hatinya terasa berlubang; lubang itu sudah menganga lebar dan sudah ada sejak pertama kali berpisah dengannya.

Jungkook memejamkan matanya, mencoba menghalau tetesan bening itu dari matanya yang bulat besar. Ia gigit bibirnya kuat-kuat, menahan isakan yang bisa keluar dari bibirnya kapan saja.

Oh ya, sekelebat kenangan itu selalu mampir setiap malam dengan sangat kurang ajar.

Tanpa diminta.

Tanpa persetujuan.

Membuat Jeon Jungkook tersiksa ketika mengingatnya, karena perasaannya masih sama.

Sejak pertama kali mengenal pria itu, perasaan Jungkook masih sama.

Ia masih mengingat jelas bagaimana perasaan kecil yang memuakkan itu hanya mampu diam di dalam dan tak mampu untuk keluar.

Pria yang selama lima tahun ini membuatnya gila dan tersiksa setiap malamnya, ia masih ingat.

Ia masih mengingat sentuhannya yang lembut bagai kapas.

Ia masih mengingat ciumannya yang lembut seperti  buah ceri di musim semi.

Bahkan pahatan wajahnya yang sangat menawan, Jungkook masih ingat jelas tiap rinciannya.

Jungkook membuka matanya yang kini sudah memerah, ia memutar kepalanya, menatap gadis yang tertidur di tempat tidur yang sama dengannya.

Oh ya ampun, gadis itu pasti ikut tersiksa.

Bagaimana tidak tersiksa jika suamimu sendiri masih mencintai orang yang sama selama tiga tahun?

Jungkook berbisik lirih, nyaris hanya berupa bisikan angin.

Ia menatap gadis yang sudah sabar menemaninya menjalani hidup penuh beban seperti ini.

"Mianhae, Jieun-ah."

Jungkook terisak kecil. Ia mencintai gadis itu, sungguh. Jungkook sangat mencintai Jieun, tapi tidak pernah bisa lebih mencintainya seperti yang Jungkook rasakan pada pria itu.

Pria yang sudah menjadi cinta pertamanya.

"Hei! Jeon Jungkook"

Pria yang ternyata mencintainya lebih dari yang bisa dibayangkan oleh Jungkook sendiri.

Pengorbanannya yang ia dengar dari teman-temannya yang mengenal pria itu.

Bagaimana ia memperkenalkannya pada kedua orang tua pria itu.

Bagaimana setiap perlakuannya yang lebih manis dari gula dan bisa lebih lembut dari kapas.

"Jangan lihat yang lain, lihat saja aku, bunny-"

"Hyung, a-aku."

Jungkook menekuk lututnya dan memeluknya erat. Jelaga kembali menatap bulan purnama yang lebih cerah dari hatinya yang laiknya badai salju.

Kepalanya dimiringkan, mencari sisi indah lain dari sang purnama yang mungkin bisa menghentikan badai salju dalam hatinya di musim panas ini.

"Aku mencintaimu, Bunny. Seumur hidupku."

Aku lebih mencintaimu, hyung. Sampai mati.

Nobody [vkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang