Oleh:
Bilqis Tazqia (X IPS 1)-[]-
Aku berjalan menuju lokerku, sambil melihat keadaan di sekolah. Sepi, seperti biasa. Kulirik jam tanganku, masih jam 16.42 tapi hari sudah gelap. Hujan pun turun dengan derasnya. Kurasakan hawa dingin menghampiriku, membuatku bergidik, menambah kesan menyeramkan. Tapi segera kuenyahkan rasa takut itu. Namun, tetap saja aku ingin cepat-cepat pergi dari sini.
Aku sudah di depan lokerku, dengan cepat aku membuka lokerku dan mengambil beberapa barang yang kuperlukan dengan tergesa-gesa. Dan sesuatu terjatuh dari lokerku, sejenak aku mematung. Lalu kuulurkan tanganku perlahan untuk mengambil benda itu. Benda berbentuk persegi panjang dengan warna yang mencolok, merah muda. Kutatap benda itu lama, itu adalah sebuah surat. Segera kubuka surat itu karena penasaran. Jantungku semakin berdebar-debar dan kurasakan pipiku memanas saat membacanya.
***
Aku berbaring di atas tempat tidurku, hanya menatap langit-langit kamarku sambil melamun. Di luar, hujan masih mengguyur tanah tanpa ampun. Aku masih memikirkan surat yang kuterima tadi. Aku tahu tentang surat semacam itu di novel-novel. Kukira itu hanya omong kosong, sampai tadi aku menerima satu surat semacam itu. Surat dari penggemar rahasia. Sungguh aneh, maksudku tidak mungkin ada orang yang suka padaku. Aku hanya mempunyai dua orang teman dekat dan itu sudah cukup bagiku.
Oh ya, namaku Lisa. Aku berumur 15 tahun dan sebentar lagi akan menginjak 16 tahun. Aku adalah gadis yang terlalu pendiam dan tidak banyak bicara. Orang-orang disekolah tidak pernah memperhatikanku, bahkan mereka menganggapku tidak ada. Kecuali dua sahabatku, Carly dan Ryan. Kami sudah dekat semenjak kecil dan walaupun kami tak terpisahkan, mereka masih tetap bisa bergaul dan berteman dengan orang lain. Selain itu, mereka juga populer. Sangat berbeda denganku. Terkadang aku merasa iri pada mereka, tapi itu semua salahku sendiri karena terlalu sulit bersosialisasi.
Pikiranku kembali melayang pada surat itu. Perlahan aku berdiri dan berjalan menuju meja belajarku. Kuambil surat itu dan membacanya lagi. Keningku berkerut, entah kenapa isi surat ini selalu membuat jantungku bekerja melebihi seharusnya dan membuat pipiku merah padam. Aku kembali berbaring di kasur sambil membaca surat itu berulang-ulang hingga akhirnya tertidur.
***
Sinar matahari yang menyelinap di antara tirai jendela membuatku terbangun, aku pun mengerang kesal. Terlalu malas untuk berdiri. Aku heran tidak mendengar suara orangtuaku, biasanya Ibu selalu membangunkanku sambil berteriak. Lalu aku ingat kalau ayahku sedang tugas diluar kota dan ibuku mendampinginya. Kulirik jam dinding, tiba-tiba aku membelalakan mataku. Oh tidak, aku terlambat. Dengan cepat aku segera berlari ke kamar mandi dan bersiap untuk sekolah.
Sesampainya di sekolah, seorang guru sudah bersiap di depan gerbang menyergap muridnya yang terlambat, dan aku termasuk diantara mereka. Dan atas keterlambatanku, aku mendapatkan hadiah yaitu memunguti sampah di sekitar sekolah hingga tiba waktu istirahat. Sungguh pagi yang menyebalkan. Tapi setidaknya hari ini cerah dibanding kemarin.
Kringgg.
Saat istirahat tiba, aku sunggguh kelelahan. Kuhempaskan tubuhku pada kursi taman yang paling dekat denganku. Kuperhatikan orang-orang berhamburan dari kelas-kelas, langsung menuju kantin. Saat akan berdiri, tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan sebotol air minum, tepat dihadapanku. Ryan berdiri di depanku sambil tersenyum, "Cape? Ini buat kamu," katanya.
"Makasih, Ryan." Aku pun membalas senyumanya dan mengambil botol tersebut.
Saat sedang mengobrol dengan Ryan. Terdengar teriakan seseorang yang sangat familiar. "Ryaann! Lisaaa!" Tidak salah lagi itu pasti Carly. Dia memang sangat berisik dan selalu kelebihan semangat. Dia sampai di hadapan kami sambil mengatur napasnya yang habis dipakai berlari. Tanpa permisi langsung menyambar botol minumku dan menegaknya hingga habis.