Subuh masih gelap, penghuni kamar-kamar sedang kosentrasi di dunia lain dengan iler. Rumah yang jaraknya cukup jauh dari kampus menggiring tiap hari harus menempuh satu jam perjalanan, dengan angkot tapinya. Namanya suratan takdir si mahasiswa baru, kebanyakan mata kuliah masuk pukul 07.30. Segala kegiatan harus digeser ke subuh, utamanya mandi, pukul 06.00 dima jukan kepukul 05.00.
Sakin malangnya, orang-orang yang melihat kasus ini terserang penyakit agak heran. Berbaik hati memberi saran nge-kos. Yaelah, jauh-jauh hari sudah memohon-mohon ke ndoro mami. Karena dalam kamus hidupnya tidak ada namanya kost-kost-an, terpaksa mundur tanpa perlawanan. Manusia baik lain sarankan pakai kendaraan, matic gitu, yang rata-rata pengikut alirannya makhluk lembut ciptaan tuhan. Kalau ini, serius aku menyerah. Pakai dua tangan diangkat ke atas, tanpa tiarap. Sepeda saja, aku bisa setelah kelas 2 SMP. Parahnya, waktu ingin belajar mama yang jantungan dirumah padahal tidak ada riwayat sakit jantung. Sempat hatinya meluruh, akhirnya aku belajar dengan kakak yang dia sendiri tidak tahu kendarai motor. Tapi, dia paham teori. Setelah mendapat pemahaman singkat, aku coba bawa si matic.
Wow... satu kali belajar sudah lansung bisa. Sampai aku lansung gas full, mantap di jiwa. Tapi, sontak aku jadi kaget. Bulu kuduk, bulu kaki, bulu tangan, semua bulu merinding. Bukan karena siang bolong nan cerah si Manis Jembatan Ancol numpang gratisan dibelakang. Rem, mana rem, what the hell, tuhan... remnya mana...? mata sibuk bekerja sama dengan jari-jari memencet apapun yang bisa dipencet. Sama sekali tidak ada pertanda akan berhenti. Ilmu yang ditransfer tadi juga entah siapa yang tak tahu belas kasih tega merampoknya, sama sekali tidak meninggakan barang beberapa huruf. Akhirnya, aku menyerah dan kembali melihat ke depan.
Tidak.... Bug, tembok tersangka utama berhasil menghentikan pengalaman pertama belajar kendarai motor. Aku jatuh ke sisi kiri, sangat pas mencederai pintu garasi mobil tetangga. Mesinnya masih pantang mundur padahal sudah tumbang. Setelah kuputar kunci dan mencabut paksa, dia baru bisa padam. Tetangga yang tadinya hanya sambil lalu, tergopoh-gopoh kembali. Tukang yang sedang kerja rumah menoleh penasaran, tetangga yang terdekat mulai menghampiri. Tetangga yang tadi hanya lewat menanyakan keadaanku, setelah kujawab baik-baik saja. Dibawa kabur si motor. Kesempatan di waktu sempit. Ah tidak mungkin lah, yang ada aku keburu kabur melihat pemilik garasi mobil muncul. Texture wajahnya memang selalu nampak jutek jadi makin sangar. Syukur tidak ditodong senapan, kebetulan dia polisi. Di waktu perjalanan kabur, bapak datang dari arah berlawanan. Jalan terburu-buru, khawatir dan cemas tercetak sempurna di wajah tuanya, bisa juga sedikit lega dapat pembelaan dari darah daging sendiri. Kami berpapasan. What! anak siapa aku ini? menoleh secuil pun enggan. Dikira motornya itu brojol di perut mama. Sampai lebih utama dikhawatirkan. Tindakan pidana macam apa ini. Heran! bapak tetangga lebih khawatir dibanding bapak sendiri. Apa lebih baik kuadopsi saja bapak yang tadi. Huuuu.
Dari luar keadaan fiksi oke, semua aman. Pas mandi baru terbuka semuanya. Aku seperti baru saja beradegan jambak-jambakan di lapak pakaian diskon. Bagian dada sobek, terima kasih tuhan kerudung menutupinya jadi tidak ada yang tersingkap. Ada sedikit goresan di tulang selangka, ibu jari yang cukup parah, selebihnya hanya luka kecil. Pepatah pasaran mengatakan kalau sudah jatuh artinya sedikit lagi pintar. Untukku, kalau sudah jatuh, itu artinya peringatan untuk belajar bawa mobil saja. Bwahahahha.
Kembali ke masalah kuliah pagi. Rata-rata manusia kalau pagi sarapan nasi goreng, roti panggang, minum susu, ayam. Ini menu di TV TV sinetron. Sesuai studi kan ya, berhubung saya di teknik, jadi dapat nutrisi asupan otak yang kaya vitamin rumus. Emm... seperti matematika dasar gitu. Beginilah namanya hidup nak!, keras dan lembek, kadang asam, pahit, syukur kalau ada manisnya. Eh, kemana sih pembicaraan ini. Intinya harus start dari dasar.
Kuliah jam ke dua tiba. Waktu yang ada hanya cukup untuk berpindah kelas. Matahari semakin terik. Untuk pertama kalinya kudapati fatamorgana dilangit. Apa sebaiknya kucatat biar jadi calon skripsi, walaupun masih lama. Semakin lama kupandangi matahari nun jauh itu, mungkinkah dia cloningan dengan telur mata sapi. Benar-benar kembar identik. Perutku pun memberontak, semakin bar-bar menuntut hak. Dasar perut dan otak yang tidak sinkron alhasil aku mengambil jalan tengah saja yaitu, sabar bar bar... asem.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ah iya, nama kampusnya belum saya bocorkan ya. lokasi kejadiannya sih, di Sulawesi Selatan. Ok klunya itu aja.
cerita selanjutnya kaming suuuunnnn ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK ANAK KAMPUS (kisah nyata)
HumorIni kisah nyata teman saya sewaktu masih kuliah. Berhubung lagi minat dibuatin cerita. Ya udah saya kabulin. Kejadiannya sih waktu masih awal-awal semester. Namanya saya samarkan. Emmm Zimmi aja kali ya, kog kayak rada-rada aneh. Semoga dari namany...