—Love Stage—
Decitan pintu terdengar ngilu saat Frandi mendorongnya.
Frandi baru saja sampai di rumahnya pukul tujuh malam.Malam yang begitu dingin ditambah suasana rumah yang senyap berhasil mengangkat bulu kuduknya. Diawasinya setiap sisi rumah. Ruang depan kosong. Lalu Frandi beranjak menuju ruang keluarga. Disana televisi menyala. Dilihatnya Rieke sedang menonton televisi bersama Ardi.
"Ma, Yah." Frandi berjalan mendekati keduanya. Ikut bergabung duduk di sofa, menelusup di antara mereka berdua. Frandi menyalimi keduanya.
Ardi menatap anak laki-lakinya itu lekat, meneliti Frandi dari atas sampai bawah. Anak itu masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Gak nginep aja di sekolah?" Ketus Ardi mencela. Frandi melepas tasnya, menaruhnya di lantai bawah supaya dapat menenggelamkan punggungnya lebih dalam.
"Abis dari rumah Popy, Yah." Frandi mencopot sepatunya, dan lagi-lagi menaruhnya saja di lantai. Dia tidak berniat minggir dari sofanya.
"Dia sakit. Tadi gak masuk sekolah." Tambahnya.
"Ganti dulu sana di kamar. Terus mandi." Rieke. Dia mengamati tingkah anaknya itu. Frandi terlihat lesu, dia jadi sedikit khawatir.
"He.em," anggukan Frandi disusul suara bass milik Ardi.
"Sekali lagi kamu pulang malam kayak gini pake seragam sekolah, Ayah gak akan kasih kamu koneksi wifi seminggu." Ancam Ardi tegas, terdengar menakutkan memang, tapi Frandi memilih untuk memungut tas dan sepatunya, lalu segera memasuki kamarnya tanpa memberi jawaban apapun pada Ardi.
Dia tidak mau mendengar ocehan orang dewasa lagi untuk hari ini. Ocehan Gio tadi saja sudah membuat kepalanya terasa berat.
Merasa di abaikan, Ardi menyerukan nama anaknya itu keras-keras.
"Frandi!"
Rieke sampai terlonjak sangking kagetnya.
"Yah, jangan marahin dia. Dia udah kecapean. Biarin dia istirahat, ya?" Rieke berusaha menenangkan Ardi yang hendak meluap itu.
"Frandi udah mulai berani sama aku, Ma." Rieke sontak menggeleng.
"Gak gitu, Yah. Frandi lagi cape aja."
Ardi membungkuk cemas, sementara Rieke sibuk mengelus punggungnya.
"Frandi kayak gitu, apa gara-gara aku bangkrut?"
—Love Stage—
"Nak Dilan ini temennya Popy, ya?"
Di rumah Popy, Firna masih dengan kesibukannya merawat Popy, dan Gio juga turut membantu apa yang bisa dia lakukan. Mengambilkan air panas untuk mengompres Popy, menyelimuti anak itu, atau apapun agar Firna tidak terlalu penat.
Beberapa saat lalu, Dilan datang menjenguk. Pemuda itu mengulum senyum manis lalu mengangguk ramah.
"Iya, Tant. Saya temennya." Kata Dilan.
Gio bangkit dari sisi Firna di ranjang, menepuk pundak Dilan yang saat itu juga sedang berdiri di samping ranjang Popy.
"Om baru liat kamu. Kamu jarang kesini, ya?" Dilan meng'iya'kan saja.
"Oh, pantes aja." Ayah Popy itu mengangguk mengerti.
"Baru sekali, Om."
"Iya, iya. Om gak terlalu paham, beda sama Frandi." Gio mengulas senyumnya menatap Dilan.
Lantas...."Pacar Popy ya?" Dilan lagi-lagi mengulum senyum tipisnya. Menggeleng pelan. "Bukan, Om."
Gio sedikit kecewa dengan prasangkanya yang ternyata meleset.
Sayang sekali, padahal Dilan sepertinya anak yang baik. Dan juga cukup tampan. Begitu pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Stage
Любовные романыSebuah alur cerita tentang kisah cinta seorang Frandi Ardi Nata. Perasaan ingin melindungi orang terkasih yang kemudian ditepis asa yang perlahan terkikis. Perasaan protektifnya pada Popy Arista yang kemudian berubah bersemai menjadi benih-benih ka...