Tempat yang akan di tuju oleh seorang wanita beserta sang anak yang duduk di sebelahnya sudah mulai terlihat. Selamat Datang di Desa Nallae, setidaknya papan bertuliskan tersebut sudah menjadi pertanda bahwa mereka akan segera sampai di tujuan. Setelah kematian sang ayah yang masih menjadi misteri, Hazelpun membawa anak semata wayangnya itu untuk melanjutkan kehidupan di tempat kelahirannya. Sang anakpun terpaksa mengikuti kemauan sang ibu.
" Zavir bagaimana dengan desanya? " Hazel mencoba untuk membuka percakapan. Zavir hanya melihat sang ibu ke samping kemudian menghembuskan nafasnya.
" No comment, mom."
" The first impression?" tanya Hazel sekali lagi.
" No bad, but i'm not sure. "
" It's Okay, but i think you should speak Bahasa in here, because..."
" Now i life at village. I know mom," selanya.
Apa yang Hazel sarankan itu semua demi kebaikan Zavir, anaknya itu harus bisa beradaptasi di lingkungan barunya, sebuah desa kecil. Meskipun ia paham apabila seseorang menggunakan bahasa Indonesia, tetapi kadang Zavir sulit untuk menjawabnya dengan bahasa Indonesia. Salahkan sang ayah dan ibu yang mengajarinya sejak kecil menggunakan bahasa asing. Zavir terus tak menyangka akan dirinya yang pindah ke desa kecil ini. Nallae Village? Rasanya namanyapun jarang di sebut oleh orang orang di kota.
" Mommy harap kau akan fell good in here."
*Kini aku telah jauh meninggalkan kota, tak kusangka kehidupanku kedepan akan kuhabiskan di sebuah desa- terpencil. Okay wait! Sebenarnya aku orang yang sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi itu di kota, entahlah jika di desa. Aku juga sudah mahir berbicara bahasa Indonesia, gila saja jika seusiaku ini masih belum bisa mahir dengan bahasa negaraku sendiri, hanya saja My mom masih menganggapku can't speak Bahasa, entahlah.
Okay! When i heard my dad was die, My mom mengajakku untuk berpindah tempat. Alsannya aadalah biayaa kehhidupan di kota lebih mahal di banding di desa. Aku sebenarnya sudah berusaha membujuknya agak tak pindah, aku akan bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan kami, meski mungkin tak akan sebanding dengan pemberian dady. But she said lebih baik aku fokus dengan sekolahku. Baiklah aku tak akan bisa mematahlan keputusannya.
Hutan belantara yg sedang ku lalui membuatku semakin risau, kadang aku berfikir terus menerus, apakah aku benar pindah menuju sebuah desa? Aku berharal ini hanyalah just adventure dream.Melihat papan kayu usang yang bertuliskan selamat datang itupun membuatku jengah.
" Oh come on Zav! We're arrived."
Kemudian ibu keluar dari mobil dan membawa barang yg bertengger di tangannya. Apakah ini rumah kakek yang dibicarakan ibu tadi? Well not bad, hanya desaign-nya saja klasik tapi entah membuatku menarik perhatian.
" Zav! Don't forget brinh your bags! " Ah alright mom, tak usah berteriak.
Kemudian akupun menghampiri ibu dan seorang pria yang yah sudah tua, kuyakini dialah kakekku. Oh tentu aku sedikit lupa akan wajahnya, telah lama aku tak bertemu dengannya semenjak 10 tahun yang lalu saat dia mengunjungiku di kota.
" Zavir?" tanyanya memastikan. Akupun hanya mengangguk. Kemudian dia tersenyum lantas memelukku.
"Kau sudah besar. Dulu saat aku mengujungimu di kota kau mungkin masih sekecil ini. Haahhaha, " jelasnya dengan tangan yang ia tempelkan di pahanya, seolah ia mengukur tinggi badanku.
~
" Kakek Natsir!! !" terdengar seseorang memanggil nama sang ayah, membuat Hazel langsung menghampirinya. Pintupun terbuka dan nampak seorang pemuda yang sebaya dengan sang anak."Ya ada yang bisa di bantu? "
Pemuda dihadapannya langsung membungkukan badan seraya berkata, " Hallo nyonya Hazel. Saya Ken dari rumah sebelah. Senang bisa bertemu dengan anda. "Lantas Hazelpun mengerutkan dahinya, dari mana pemuda ini bisa mengetahui namanya bertemu saja baru sekarang?
" Baiklah Ken, masuklah. "
Hazel pun langsung menghampiri sang ayah dan meminta penjelasan tentang pemuda yang tengah bertamu di rumahnya. Pasalnya ia sangat mengetahui keadaan desanya yang tak pernah berubah. Para penjahat berkeliaran dimana-mana, tak ada yang menjamin jika pemuda tersebut adalah pemuda yang baik.
" Hahaha... Bagaimana bisa kau mencurigainya Hazel? " pernyataan sang anak tentu membuat Natsir tertawa, itulah sebabnya sang putritak pernah mengujungi tempat kelahirannya lagi setelah menetap di kota, membuatnya tak tahu apapun lagi dengan keadaan desa.
" Maksudku bukan begitu ayah"
" Sudahlah aku akan menemuinya, lebih baik kau buatkan minum untuknya. "
beberapa langkah berjalah, Natsir pun berbalik lagi,
" Oh iya tolong panggilkan Zavir. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya, anak itu harus terbiasa dengan keadaan desa."
*
Maafkan jika typo everywhere aku masih bisa ngetik di HP, because komputer aku masih rusak belum di benerinSemoga kalian suka ya meski baru Part 1
Tolong aku minta pendapat kalian buat cerita science fiction pertama aku. Menerima kritik dan saran
Makasih...~gid