One

2.1K 270 39
                                    

[ e d i t ]

maaf sebelumnya, tapi saya mengubah fanfic panwink ini menjadi genderswitch.

--------------

Jihoon hanya menatap datar saat para anak buahnya menerobos masuk dan menarik paksa satu keluarga keluar dari rumah megah didepannya.

"Maafkan aku, tolong beri aku kesempatan," Tuan Jung bersimpuh dikakinya, memohon untuk belas kasih Jihoon. Tuan Jung memeluk kaki Jihoon yang membuat Jihoon mendengus dan menendang Tuan Jung. Ia melihat ke arah kakinya dan berdecak kesal.

"Kau membuat hak tinggiku kotor." Ucapnya dengan dingin. Menghiraukan tangisan putri dan juga istri Tuan Jung yang tengah memohon. "Sudah terlambat, seharusnya kau tidak mengkhianatiku dan memenuhi janjimu."

"Nona, apa yang harus saya lakukan dengan barang-barang mereka?" Salah satu anak buah Jihoon menghampirinya dan bertanya dengan hormat.

"Bakar semuanya. Dan bawa mereka menjauh dari sini, kalau perlu jauh ke pinggir kota." Jawabnya, menatap sejenak keluarga Tuan Jung yang menangis dan memohon lebih keras. Membuat kupingnya sakit.

Jihoon berjalan menjauh dari mereka, masuk kedalam mobilnya dan menyuruh supir pribadinya untuk menjauh dari tempat itu.

Tuan Jung terlalu nekat untuk bekerja sama dengan Jihoon. Ia menanda tangani perjanjian untuk menjual produknya hanya kepada perusahaan Jihoon. Namun, tanpa sepengetahuan Jihoon, ia juga bekerja sama dengan perusahaan lain dan menjual produknya pada mereka. Jihoon jelas tidak sebodoh itu, dia mengetahui apa yang dilakukan Tuan Jung. Dia menuntut Tuan Jung dan meminta ganti rugi yang sangat besar.

Tak lama Tuan Jung bangkrut dan perusahaannya beralih tangan menjadi milik Jihoon. Lalu, Tuan Jung datang untuk meminjam uang padanya sebagai modal untuk membangun perusahaan kembali, dengan jaminan rumah dan harta bendanya.

Hutang Tuan Jung terlalu besar. Dan bisnis yang dirintisnya tidak berjalan dengan baik. Hingga melewati jatuh tempo pembayaran hutangnya. Jihoon dengan senang hati merampas rumah dan harta benda Tuan Jung yang tidak seberapa dengan hutangnya. Jihoon hanya ingin memberi pelajaran pada Tuan Jung, apa akibatnya jika dia berkhianat. Itu bukan tindakan yang baik.

---

Jihoon berlari sekuat tenaga, menghindari kejaran orang-orang keji itu. Dia terus menggandeng tangan kecil lainnya. Nafasnya seakan berhenti, tenaganya benar-benar terkuras.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Tangan yang digenggamnya terlepas. Jihoon menoleh ke arah sampingnya. Melihat darah mengalir deras dari kaki temannya. Dia terduduk dan menangis.

"Apa yang kau lakukan Jihoon? Cepat lari dan pergi dari sini!" Temannya berkata dengan suara terbata.

"S-Samuel.."

"Cepat Jihoon!" Samuel mendorongnya menjauh. Ia terpaksa meninggalkan Samuel yang terluka dan melanjutkan pelariannya.

Suara tembakan terdengar lagi. Jihoon menoleh ke belakang. Ia melihat Samuel yang berdiri membelakanginya dengan merentangkan tangannya. Darah mengalir dari perutnya. Tangisan Jihoon semakin kencang, dia terus berlari sekuat tenaga. Samuel melindunginya..

Jihoon terbangun dari tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kenapa mimpi itu datang lagi!" Ujarnya frustasi dengan mengacak rambutnya.

02:15 am.

Ia melihat ke arah jam dinding kamarnya. Ini masih terlalu pagi. Jihoon memakai mantel mahalnya dan berjalan keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

D I double F E R E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang