Aku meletakkan kembali scotch yang sedang kuminum ke atas meja mini bar ketika telingaku menangkap suara seseorang yang berjalan memasuki penthouse ini.
Candice...
Akhirnya, setelah sekian lama...
Aku menunggu selama beberapa detik sebelum akhirnya bergerak untuk menghampiri Candice yang tengah berdiri termenung di ruang tamu. Aku bergeming ketika mata kami bertapapan dan terkunci dalam sorot yang sulit untuk diungkapkan. Dan aku seolah terlempar kembali ke hari itu, hari di mana Candice berjalan memasuki pintu depan rumah kami dan masuk ke dalam hidupku.
My annoying little sister... from that day, I have to live with the fact that she is my stepsister.
Aku - masih sama seperti hari itu - terpesona padanya. Aku lupa pada apa yang harus kukatakan dan pada apa yang harus kulakukan - bahkan lupa untuk sekedar mengangkat kaki dan melangkah maju.
Candice - juga sama seperti hari itu - ekspresinya yang cantik dan polos dilumuri kecemasan, rasa khawatir bahwa mungkin kami tidak akan menerimanya dengan tangan terbuka. Saat itu - sama seperti malam ini - aku ingin sekali melangkah maju dan menariknya ke dalam pelukan lalu menenangkannya dan berkata pada Candice bahwa tidak ada yang perlu dia takutkan. Candice selalu diinginkan. Aku akan selalu melindunginya dan mengganti ekspresi sedih di wajahnya dengan senyuman. Tapi, aku sadar bahwa aku tidak bisa melakukannya, karena aku menginginkan Candice bukan sebatas sebagai saudara tiri tetapi aku ingin memeluk dan menciumnya seperti seorang kekasih.
It's so taboo and dirty thought and I can't believe it's me, but I am dying to have her in my arm, naked and begging me to take her.
Dan hari ini... aku rasa penantian itu sudah berakhir. Finally, my dirty dream comes true.
Candice masih menampilkan ekspresi serupa. Rasa cemas dan tak yakin melumuri kedua bola matanya yang besar. Kali ini akan berbeda, kali ini aku memiliki kesempatan untuk bergerak maju dan merengkuh gadis itu lalu melakukan apa yang selalu ingin kulakukan - hal-hal yang dulu menyiksaku, potongan-potongan fantasi yang kerap hadir dalam mimpi terlarangku sehingga terkadang aku memohon agar mimpi-mimpi itu berhenti datang menyiksaku.
Aku bisa melihat Candice, merasakan ketegangannya bahkan aku bisa merasakan tubuhnya yang bergetar. Candice salah jika berpikir bahwa hanya dia yang merasakan hal tersebut. Aku juga merasakan hal yang sama. Gadis itu datang untukku dan tiba-tiba saja semua terasa begitu nyata sehingga untuk sejenak aku ragu mengangkat tangan untuk menyentuhnya.
Stop it, Decker. She has came for you. Penantianmu sudah berakhir. Waktunya mengambil apa yang seharusnya memang menjadi milikmu. Go fuck her. Take her with every way you want. Lalu setelah malam ini, kau mungkin bisa menghancurkan belenggu kutukan ini dan menatap Candice seolah gadis itu tidak lebih menarik dari wanita lain.
Ya, itu yang akan kulakukan. Satu transaksi untuk membebaskanku dari ketertarikan menyakitkan ini. Aku akan memberikan apa yang Candice inginkan, sebagai gantinya aku akan mendapatkan apa yang selama ini aku impikan. Lalu setelah segalanya selesai, setelah malam ini berakhir, kami bisa terbebas satu sama lain. Aku akan memiliki kendali hidupku kembali dan Candice bebas menjalani hidup yang diinginkannya.
"So?"
Candice bersidekap gamang ketika aku akhirnya berdiri di hadapannya.
So? There is no so. Everything is crystal clear.
"You'll be mine, Candy. Every inch of your sweet young body will be covered with my cum when I am done with you."
Candice mengeluarkan desah napas kaget sementara tanganku bergerak ke belakang punggung untuk menyentuh rambut-rambut Candice yang lembut lalu meremasnya lembut.
"Decker, aku..."
Jantungku berdentum dan darahku memompa keras, telingku terasa tuli ketika aroma manis Candice menyerang inderaku. Mataku jatuh menatap mulutnya yang terbuka dan aku sudah bergerak turun untuk menyambar bibir Candice sebelum dia memiliki kesempatan untuk menyelesaikan kata-katanya.
It feels like... heaven.
Aku tidak sadar mengeluarkan erangan nikmat ketika bibir kami akhirnya saling berpagut. Aku sering membayangkan rasa bibir Candice, tapi yang kutemukan jauh melebihi yang kupikirkan. Bibir Candice lembut dan kenyal, jenis bibir penuh yang diciptakan khusus untuk kenikmatan. Aku bisa merasakan kepalan tangan wanita itu di dadaku, tapi Candice tidak melawan. Aku mengigit bibirnya yang penuh, mengisapnya keras sebelum lidahku bergerak untuk menerobos masuk ke dalam mulut Candice yang panas, memperdalam ciumanku dengan merambah lebih jauh. Kini, aku bisa merasakan jari-jemari Candice mencengkeram bagian depan kemejaku ketika gadis itu melepaskan desah ringan yang membuat libidoku melesat tinggi. Aku ingin mendengar desah itu saat aku menelusuri semua bagian tubuhnya yang kini tersembunyi di balik gaun yang dikenakannya.
My sweet sweet Candice... her mouth tastes like a real candy.
Aku mencium lebih liar dan menjulurkan lidahku lebih dalam, menari cepat di dalam mulut Candice yang hangat dan terus menggoda ujung lidah gadis itu. Aku menangkap dan mengisap lidahnya kuat, memberi Candice lebih banyak motivasi untuk mulai berperan aktif. Lengan-lenganku bergerak memeluknya kian erat, mungkin nyaris meremukkan tulang-tulangnya ketika gairah melanda seluruh tubuhku. Jari-jemariku bergerak turun naik menyapu punggungnya, meremas kedua sisi pinggangnya, berpindah ke bokongnya dan meremas lebih kuat melalui kain yang memisahkan kami.
Aku mungkin tidak akan sanggup bertahan hingga ke kamar. I want to lay her down now. On the floor. A quick and dirty one.
Bibirku bergerak menjauhi bibirnya tapi ciumanku tidak terputus, kini mengecup dan mengisap sudut mulutnya lalu berpindah ke bibir bawahnya. Aku menggigit kecil dan menjilat basah, bibirku tengah bergerak menggoda rahang Candice yang lembut saat suara gadis itu menyerobot ke dalam telingaku.
"Your promise," engahnya halus.
Reaksiku kasar walau aku tidak seharusnya berbuat demikian. Tapi, Candice membuatku kesal dengan mengingatkanku pada perjanjian kami ketika aku begitu larut menikmati gadis itu di dalam pelukanku. Aku menegakkan tubuh dan menunduk tajam untuk menatapnya, "Tunggu di sini."
Ketika aku kembali dengan cek di tangan, Candice masih berdiri mematung seperti peliharaan kecilku yang patuh. Aku menunjukkan lembaran cek di tanganku sementara mataku melekat di wajah cantiknya yang polos itu. Lalu, tanganku bergerak mendekatinya dan sebelum Candice sadar, aku menyelipkan lembaran itu melewati leher V gaunnya dan mendorong hingga benda itu mendarat di tengah belahan dadanya.
"Untuk mengganti keperawananmu, lil sis."
Aku ingin Candice mengerti bahwa aku tidak menolong ibunya tetapi aku melakukannya karena aku menginginkan dia. Mata gadis itu membara dan aku senang melihatnya. Setidaknya, aku tahu bara itu adalah untukku. Semua ekspresi yang diperlihatkan Candice malam ini adalah untukku. Aku kembali meraih ke belakang kepalanya dan menarik Candice merapat.
"Shall we continue now?"
Aku cukup terkejut ketika kedua lengan Candice terangkat lalu mendarat di tengkukku, menarikku hingga mata kami seakan tak berjarak.
"Then don't wait."
Berikutnya, gadis itu membenamkan bibirnya di atasku.
___________________________________________________________________________
S. Desiree
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother Lil' Pet
RomanceCANDICE Bagaimana rasanya memohon bantuan pada pria yang membencimu, apalagi jika dia pernah menjadi kakak tirimu? Yah, seperti itulah yang terjadi padaku. Sampai setahun yang lalu, aku sebenarnya menjalani kehidupan mewah karena keberuntungan ibuku...