Seorang berkata pada dirinya untuk menjadi seperti dandelion, yang bisa tetap tumbuh di mana saja ke mana angin membawanya.
Yoongi juga ingin seperti dandelion. Tapi itu sulit.
Terlebih saat dirinya kehilangan sang angin.
Title: (Its) A Dandelion
Genre: (?)
Rate: T
Pair: MinYoon/MinGa
Desclaimer: All Cast Belong To GOD and Themself. But The Story's Mine.Warn! GS, GAJE, OOC, Typo(s) Everywhere!
Happy Reading!
.
Enjoy..
.
Yoongi merasa dirinya masih sama, tidak berubah, tak berbeda dan berbagai kata bermakna sinonim yang serupa. Hidupnya masih saja monoton, berjalan terlalu biasa dan juga lurus. Sebenarnya, ia memang tipe orang yang menyukai ketenangan. Tapi, sebagai manusia, ia jadi bisa jenuh terhadap hal yang bahkan sangat amat ia sukai.
Seperti saat ini, Yoongi malas sekali membuat musik, atau sekedar menyusun kata membuat bait lagu yang bermakna, indah, dan penuh implisitme yang membuat orang lain akan penasaran.
Yoongi mungkin mencintai musik, namun ia juga bisa jenuh karenanya.
Sejauh ini, hanya satu hal yang ia suka yang tidak pernah menambahkan rasa bernama bosan dalam keterkaitannya.
Yoongi menyukai angin, tapi ia tidak ingin terbawa oleh setiap angin yang berhembus. Yoongi hanya ingin satu angin yang bisa membawanya melayang, tidak peduli ke mana pun tempatnya, Yoongi hanya ingin tertiup oleh angin itu.
Tapi, Yoongi sudah kehilangan.
Dia tidak tahu di mana anginnya kini.
"Padahal aku sudah menjadi dandelion yang tumbuh di tanah asing. Aku sudah berhasil menancapkan akarku di sini dengan kokoh. Lalu, kenapa kau tidak juga datang?"
Bisikan kecilnya hanya menjadi rahasia. Hanya dirinya, dan angin malam yang berhembus kala itu.
.
.
.
Hidup di Kota yang asing itu tidak mudah, setidaknya tinggal di tempat di mana kau lahir akan lebih mudah daripada harus pergi ke tempat baru dan memulai semuanya dari titik nol.
Yoongi mengalaminya lima tahun lalu, seseorang berkata padanya untuk menjadi dandelion yang tidak ragu kemana pun angin berhembus membawanya. Di mana pun, dia bisa tumbuh, di mana pun, dia bisa bertahan.
Dan Yoongi membuktikannya.
Dia kuliah dengan baik, dia mendapat pekerjaan yang diimpikannya dan dia hidup dengan baik di lingkungan yang baik pula tanpa kekurangan sedikit pun. Ia juga bisa mengirimkan penghasilannya sebagian ke orang tuanya di tanah kelahirannya. Itu terdengar sempurna, rasanya.
Tapi Yoongi tidak merasa seperti itu.
Ibaratkan selalu ada tempo yang kurang dalam lagunya, irama yang kurang tepat, lirik yang kurang menggugah dan ritme yang kurang sinkron. Segalanya terasa kurang, padahal hanya satu yang hilang.
Hatinya kosong. Ada bagian di mana seharusnya bagian itu terisi, namun nyatanya tidak ada dan membuat segalanya menjadi hampa. Yoongi bukan tipe orang yang melankolis, tapi kekosongan itu terlalu nyata terasa.
Tidak bisa diabaikan meskipun ia sudah berusaha. Tidak sedikit pun, Yoongi hanya semakin tersiksa karena rindu itu seolah terus menggerogotinya.
Ia rindu anginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(It's) A Dandelion [Revisi]
FanfictionYoongi menunggu, seperti dandelion yang menanti hembusan angin.