"Semuanya jadi 3000 won, tuan."
"Terima kasih." Kim Kibum tersenyum manis menanggapi ucapan terima kasih dari pelanggan toko serba ada tempatnya bekerja.
Shim Changmin, pelanggan tersebut merupakan salah satu personil SSS yang sedang naik daun saat ini. Ketenaran mereka membuat banyak penggemar wanita banyak yang berteriak histeris hanya karena melihat mereka bahkan ada yang pingsan ketika Jaejoong, personil yang paling centil, meniupkan ciuman jarak jauh ke arah penggemarnya tersebut. Ya, sebagai band papan atas saat ini, mereka pasti harus selalu memberikan yang terbaik bagi penggemarnya termasuk sedikit fan service.
Namun tidak bagi Changmin. Pria tinggi menjulang seperti menara itu, bukan tipe yang mudah bergaul seperti Jaejoong. Changmin lebih suka menyendiri dan melakukan hobinya yaitu membuat lagu. Jika boleh memilih, Changmin ingin bekerja di balik layar namun berkat keterampilan Jaejoong yang piawai menghasut kedua orang tua mereka agar menyuruh Changmin menjaga dirinya dengan ikut bergabung dengan bandnya, mau tidak mau, Changmin harus merelakan waktu damainya dengan wara-wiri di dunia keartisan.
Kembali kepada dua tokoh utama di stage ini, Kibum masih tersenyum manis bahkan ketika Changmin lambat laun menghilang dari pandangannya setelah membeli semua barang yang dia inginkan.
Mahasiswa salah satu akademi seni itu terus memandangi pintu yang baru saja dilewati oleh Changmin. Pikiran pemuda manis berkulit putih susu itu melayang kepada kebiasaan Changmin yang mungkin sedikit di luar kebiasaan pria macho sepertinya.
Changmin yang selalu datang tiga kali dalam seminggu ke toko tempatnya bekerja di malam hari itu, selalu membeli tiga macam barang. Apanya yang diluar kebiasaan? Bukannya wajar jika seorang pelanggan toko membeli sesuatu dari toko tersebut. Wajar jika membeli namun bagi Kibum apa yang dibeli oleh Changmin yang sedikit aneh.
Changmin, yang tinggi seperti tiang listrik, tampan, berkarisma, dan terkesan lelaki yang kuat, membeli sesuatu yang mungkin tidak biasanya dibeli oleh lelaki dengan tipe itu.
Espresso, cocok. Rokok, cocok. Tapi yang tidak bisa Kibum mengerti kenapa Changmin senang sekali dengan puding? Ya, puding. Bahkan lelaki itu bisa begitu serius dan berdiri cukup lama di counter makanan manis hanya untuk memilih puding yang ingin dimakannya.
Dia lucu sekali jika sudah begitu. Batin Kibum tanpa sadar tertawa kecil sendirian (Nao: tenang, Kibum tidak gila disini). Kibum terlalu larut dalam lamunannya sampai dia tidak menyadari bahwa Changmin kembali lagi memasuki tokonya. Hanya saja Changmin kali ini tidak sendiri melainkan dengan,
"Ya ampun, jadi ini toko murahan yang sering kau kunjungi Minnie?! Kenapa disini sih? Kau bukannya bisa membeli di tempat yang lebih oke dari tempat ini?! Masa hanya gara-gara pemuda yang kau bilang manis itu kau betah belanja disini?!" ujar Jaejoong benar-benar teperangah dengan toko serba ada yang baru sekali ini dia masuki.
"Jae hyung! Ayo keluar! Mengapa kau menarikku masuk lagi kedalam toko ini?!" gerutu Changmin sambil menarik lengan Jaejoong agar pria cantik itu keluar dari toko serba ada itu. Namun Jaejoong terllau penasaran dengan toko itu dan juga seseorang yang menurutnya, membuat Changmin sampai rela bolak-balik ke toko tersebut.
"Ih... Minnie! Lepas. Aku ingin tahu siapa yang sudah berhasil menarik perhatianmu Minnie." Sahut Jaejoong sambil melepaskan tangan Changmin dari lengannya dan langsung berjalan cepat menuju meja kasir.
"Jae hyung!" teriak Changmin panik karena takut Jaejoong akan membuat dirinya malu. Changmin mengikuti arah kemana Jaejoong pergi.
"Oh! Jadi kau sang putri salju itu. Wow!! Kau cantik sekali. Manis, cantik, imut... Kya!! Minnie, kalo dia aku set..." belum selesai Jaejoong berucap, mulutnya sudah dibekap oleh Changmin yang terlihat seperti iblis dengan siku-siku di keningnya dan mata yang mendelik kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SSS
FanfictionLast Part di Private yak ^^v This FF is a ReMake of Yaoi Manga Kou'un no Rihatsushi chapter 6: SSS by Saichi Nagato-sensei. I'm only change the name of the characters, a bit of the stories and all, but the credit goes to the genius Saichi Nagato-sen...