Prolog

6.9K 340 28
                                    

"Ini perjanjiannya?" Gumam Hinata melihat sebuah map terbuka dan disondorkan kehadapannya.

Mata amnesty Hinata melirik awas pada lembaran kertas yang terhampar didepannya. Tangan jenjangnya bergerak mengambil salah satu lembaran yang memuat satu poin perjanjian yang menurutnya cukup janggal. Belum paham, Hinata mengeryitkan alisnya membuat gesture tubuh yang secara tidak langsung memperlihatkan keberatannya. Sadar akan adanya sebuah penolakan secara non-verbal. Sang pria yang semula duduk pongah dihadapannya meletakan kembali gelas kristal wine anggur merahnya yang baru kehilangan sedikit isinya.

"Kau keberatan?" Tanyanya dengan suara datar sarat akan intimidasi.

"Eh?!" Menoleh dengan tidak sabar ke arah tatapan iris jelaga hitam milik sang pria. Hinata merutuki tindakan spontanitasnya, tindakan yang salah karena dalam satu detik Hinata telah hanyut dalam aura kekuasaan yang menguar dari sang pria.

"Ti-tidak tapi-"

"Itu artinya kau menolaknya." Memotong kalimat Hinata yang bahkan belum melontarkan pembelaannya. Sang pria yang tengah duduk angkuh terbalut jas designer terkenal berharga jutaan yen yang semakin memperjelas profil dirinya sebagai pengusaha kaya raya yang kelebihan duit itu mulai mengeluarkan argument jaring laba-labanya.

"Kau tahu reputasiku sebagai pria baik-baik?" Lontaran jaring pemangsa yang ditelan mentah-mentah oleh Hinata yang menganggukan kepalanya mantap membuat sang pria tak lagi sungkan mengumbar senyum sejuta maknanya.

"Ten-tentu saja saya tahu Uchiha-san. Bukankah tindakan heroic dan reputasi tanpa noda milik anda sering terpampang dimedia massa?" Tersenyum bisnis menanggapi konfrontasi yang digelar secara terbuka. Hinata kembali mengingat surat kabar yang tadi pagi dibacanya. Surat kabar yang memuat kegiatan amal gila-gilaan seorang Uchiha muda yang dicetak dengan huruf tebal-tebal dan foto super besar membuat berita penting lainnya tersisih dipojok.

"Aku tidak mau dicap sebagai pria tukang selingkuh yang tidak setia."

"Maksudmu dengan meniduri istri sewaan sepertiku. Anda berharap reputasi anda terselamatkan?" Mempertanyakan maksud sang Uchiha sulung yang picik. Hinata diam-diam mendengus sinis melalui hidung mancungnya.

Hinata meletakan kembali surat perjanjian pranikahnya yang dicetak dengan format times new roman ukuran 12. Matanya tertumbuk pada satu kalimat yang terbaca, 'Selama pernikahan berlangsung, pihak pertama selaku Uchiha Itachi berhak meminta pihak kedua selaku Hyuuga Hinata memenuhi kewajibannya sebagai istri termasuk didalamnya hubungan suami-istri tanpa terkecuali.' Keh-Hinata terkekeh geli, hubungan suami istri huh? Kata-kata yang vulgar sekali.

"Begitulah. Kau tahukan, aku juga pria normal seperti yang lain." Nada datar tanpa perasaan yang membuat Hinata merinding mendengarnya. Oh tidak! Lihatlah bayang-bayang kelam yang Hinata lihat sebagai visualisasi masa depan rumah tangganya.

Mengetuk-ngetukan jarinya tak beraturan diatas meja yang terbuat dari kayu jati kualitas terbaik. Hinata kembali mengeja lamat-lamat satu pasal tambahan yang tertera rapi dibawahnya. 'Perjanjian batal apabila pihak kedua dinyatakan hamil' what? Menuntut penjelasan lebih lanjut, Hinata menyorot tajam sosok penuh wibawa sekaligus pintar mengusut siasat licik dibalik topeng ramahnya.

"Ini apa?" Menunjuk kepada kalimat singkat dengan gerakan hendak menjebol kertas yang tebalnya tidak sampai satu milimeter itu.

"Perjanjian tambahan. Kau tahukan aku tidak suka bisnis yang nantinya menyeret-nyeret masalah perasaan, ikatan batin atau tetek bengek tidak penting lainnya." Mengibaskan tangan seakan mengusir lalat imajiner yang berterbangan di sekitarnya. Itachi berkoar tentang pentingnya menjaga jarak, cukup andil dalam membentuk image tangan dan hati besi dari sudut pandang Hinata.

My Temporary Wife [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang