Aera termenung menatap ke arah jendela kamarnya. Mata coklat terang yang kini terlihat sedikit sendu itu sekarang fokus pada salju yang turun sedikit lebih banyak dari beberapa hari lalu. Ini sudah memasuki minggu kedua di bulan Desember. Cuaca yang semakin hari semakin dingin itu, membuat otaknya jadi semakin sedikit bekerja.
Ditambah badannya kini kembali menggigil karena pemanas di kamarnya itu tidak cukup membantu menghangatkan dirinya di sore ini. Dengan malas ia beranjak dari duduknya kemudian keluar menuju dapur— membuat segelas air hangat.
Keadaan rumahnya begitu sepi sejak ia bertengkar dengan pacarnya semalam. Beberapa botol alkohol sedikit berserakan diatas meja makan. Belum lagi cahaya di rumahnya itu sedikit meremang. Entah Aera yang malas dan sengaja hanya menghidupkan beberapa lampu saja, atau karena ia ingin mendukung suasana hatinya yang sangat runyam dan gelap saat ini.
Aera hendak kembali ke kamarnya setelah ia selesai membuat minumannya itu, sampai ia mendengar suara password pintu rumahnya terdengar.
'tirinit—!'
Pintu terbuka menampilkan sosok Kyun— pacarnya yang kini menatap dirinya dengan sangat datar. Mereka bertatapan cukup lama. Aera memperhatikan kekasihnya itu dari atas sampai bawah. Tidak begitu berantakan dibanding keadannya saat ini.
"Dari mana saja kau?" pertanyaan itu langsung Aera keluarkan begitu Kyun berjalan ke arahnya.
Kyun tidak menjawab. Pria itu hanya diam dan terus berjalan menuju ke kamar Aera— bukan, kamar mereka.
Aera memejamkan matanya. Rasanya kesal sekali. Ia pun mencoba meremas ujung bajunya sembari menahan emosi yang mungkin jika disenggol sedikit saja, itu akan langsung meledak. "Aku tanya, dari mana saja kau?" nadanya terkesan menuntut sekarang, tapi Kyun tetap enggan menjawan.
Pria bertubuh besar itu sudah mengeluarkan koper dari bawah ranjang mereka, berjalan menuju lemari dan memasukkan asal semua bajunya ke dalam koper.
Aera tentu tak tinggal diam, ia mencengkram tangan Kyun dan segera memaksa tubuh besar itu untuk menatapnya sekarang.
"Jawab! Apa kau tidak mendengarkan aku? Aku hanya bertanya satu pertanyaan saja, apa itu sulit?!"
"Menyingkirlah dari hadapanku, gadis sial!"
Aera menganga, terkejut dengan umpatan yang keluar dari mulut kekasihnya itu. Alih-alih mengeluarkan umpatan balik, Aera justru fokus pada kegiatan Kyun saat ini. Kopernya sudah terisi penuh dengan barang-barang miliknya. Bahkan bersiap untuk meninggalkan kamar mereka itu.
"T..tunggu, kau mau kemana lagi? Kenapa membawa barang-barangmu, sayang?" Aera mencoba untuk memanggil Kyun dengan lembut. Sumpah, jangan bilang kalau ini...
"Kita sudahi saja hubungan ini."
Aera terdiam, perlu beberapa detik untuk menyadari maksud perkataan pria di depannya itu.
"...maksudnya?"
Kyun menghela napasnya. "Dengar, aku muak dengan keadaan kita beberapa minggu ini. Aku muak dengan semuanya termasuk kau, Choi Aera. Jadi, daripada meneruskan hubungan tidak sehat ini lebih baik kita sudahi sekarang. Ayo putus." Kyun menjelaskan dengan cukup singkat. Pria itu, tanpa menunggu jawaban dari Aera ia pun keluar dari kamar ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Querencia
FanfictionAwalnya Aera menganggap semua hanya kebetulan. Saat pertama kali ia bertemu dengan Park Jimin dan bagaimana pria itu berhasil menyembuhkan luka yang ia pikir tak akan bisa sembuh itu. Tapi, ketika ia dipertemukan kembali dengan cinta pertama dan tra...