Kehidupan Baru

17 0 2
                                    

  There are two tragedies in life. One is to lose your heart’s desire. The other is to gain it. Sebuah kutipan kalimat dari George Bernard Shaw yang tak sengaja ku baca di halaman depan sebuah buku yang judulnya pun tak lagi ku ingat. Kalimat nya menjadi pembuka rasa rinduku akan menulis pada kisah kali ini. Canggung rasanya setelah  sekian lama tidak menumpahkan imajinasi dari pikiran.

   Aku terpaku pada gelapnya gulita malam, jangkrik menjerit menandakan hari ini sudah larut, angin malam seperti bisikan lembut yang menyarankan ku beranjak dari teras dan berhenti memikirkan yang tidak tidak. Ia seperti napas menderu yang membuat bulu kuduk berdesir hebat. Ayah belum pulang, ibu telah tenggelam dalam mimpi nya setelah sebelumnya kelelahan membereskan rumah baru kami. Ya, kami baru saja pindahan, Ayah yang dipindah tugaskan ke desa terpencil memaksa keluarga kecil kami pun pindah dan tinggal di rumah dinas. Berat memang harus meninggalkan tempat kelahiran, teman teman, juga kekasih, mmm..mantan kekasih lebih tepatnya. Cairan hangat mengalir dan jatuh seketika teringat masa lalu yang indah, namun semua itu sudah berlalu, dan sepantasnya di kubur dalam dalam.  Sejenak aku dikagetkan dengan bau tajam yang menyengat, bau anyir dan amis menghajar indra penciumanku. Tak ada siapa siapa, dan tak ada lampu atau senter di sini sehingga tak dapat ku lihat apa apa.. hanya ada bunyi jangkrik dan kodok yang bernyanyi dari kolam di depan rumah baru kami. Tiba tiba sebuah sinar mencolok mengalihkan mata ku. Ya, ayah pulang bersama suara motornya yang tak lagi asing ku dengar. Wajah nya yang lelah tak menutupi senyum dari bibirnya, begitulah ayah, seorang pekerja keras yang mengabdikan dirinya pada Negara, meski lelah setelah mengurus banyak konflik daerah di negeri ini, ia tetap pulang dengan senyum dan wajah yang ramah. “Sudah larut, mengapa tak juga kau beranjak tidur?”. ucap ayah. “iya.. ini baru saja aku mau beranjak”. “lekaslah.. pasti melelahkan bukan seharian membereskan rumah?”. Aku mengangguk.. segera aku masuk ke kamar untuk tidur, bau anyir itu tiba tiba lenyap dengan kedatangan ayah.  Libur panjang semester membuatku menjadi anak rumahan, tak lagi ku berkutat dengan angka dan buku buku tebal yang menjemukan, dosen yang membosankan namun juga teman teman yang menyenangkan, alhasil yang kudapat hanya kesepian. Jika biasanya aku hang out dengan teman atau pun kekasih, liburan kali ini aku hanya bisa melamun dan melamun di kamar. Tak ada lagi canda tawa, keseruan atau makan bersama dia, apa lagi sejak kami terpaksa memutuskan untuk berpisah, pekerjaanku hanya mengurung diri di kamar. Berat dan menyesakkan hati.  Aku memang sulit bersosialisasi dengan lingkungan baru. Dan hari hari pertama disini benar benar seperti neraka dunia. Melihatku terus begini, ibu mulai khawatir, berbagai cara beliau lakukan agarb aku berhenti meratapi nasib. “Na, tolong kamu antar makanan ini untuk warga yang sedang kerja bhakti ya.. sekalian kamu mencari udara segar, tak baik mengurung diri dirumah. ” dengan wajah suntuk ku iyakan perintah ibu. Waktu menunjukan pukul 8 pagi, udara disini masih saja dingin menusuk tulang. Aku berjalan ditemani jacket coklat kesayanganku melalui jalan setapak desa. Sepi sekali, pohon pohon bambu menjulang tinggi dan begitu banyak tumbuh di sini. Warna bambu yang gelap membuat suasana semakin gelap layaknya petang. Rumah disini masih begitu jarang. Hanya ada pohon bambu dan pohon besar yang tak pernah ku kenal apa namanya. Aku terus tenggelam dalam lamunan, aku lebih setuju menyebut ini adalah perjalanan di dalam hutan, kicau burung asing mengiringi langkahku, seketika bau anyir semalam kembali hadir menyapaku, bau apa ini, apa disini ada ikan? Atau darah? Bau yang lebih mirip bangkai berdarah ini semakin lama semakin kuat, ku percepat langkahku dengan tergesa gesa, akhirnya ku lihat segerombolan orang sedang duduk berkumpul di tepi jalan Beberapa warga laki-laki menikmati kopi dan rokok di tangannya, ibu ibu mulai berdatangan membawakan makanan seadanya, layaknya orang yang kelelahan, mereka beristirahat sambil melahap makanan itu, guyub dan rukun sekali warga disini. segera ku sapa mereka dan menyampaikan makanan dari ibuku, setelah berbincang kecil, akhirnya ku putuskan kembali kerumah melewati jalan setapak tadi.  Tak ada yang aneh di perjalanan pulangku, setelah sampai dirumah tak ku ceritakan hal aneh yang ku temui barusan. Seperti sebelumnya, kuhabiskan waktu di rumah tanpa tertarik untuk keluar, waktu terasa begitu lamban, sampai petang kembali datang, pukul 18.00 WIB dan aku baru ingat jika aku belum mandi.  Ku ambil handuk dengan malas malasan, aku pun bergegas menuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah, memang kebanyakan rumah disini belum memiliki kamar mandi di dalam rumah, walaupun hanya berjarak beberapa meter, tetap saja ada sensasi tersendiri mandi di luar rumah seperti ini. belum sempat masuk ke bak mandi.  Entah karena hal apa mataku tertarik untuk melihat sebuah pohon besar di samping tempat ku mandi. Seketika bau anyir itu hadir kembali, aku terpaku melihat benda seperti asap menari nari di dahan pohon, jantungku berdegup kencang. Nafasku menderu tidak teratur, perlahan asap itu memudar dan menghilang.. hal aneh tersebut tak membatalkan niatku untuk mandi, baru selangkah ku masuki ruangan itu, aku dikejutkan dengan sesosok aneh yang membuat jantungku kembali berdegup hebat, wanita berambut panjang menghadangku, mulutnya menganga seolah memaerkan taring tajam yang di hiasi cairan merah seperti darah.. anyir se anyir anyirnya yang kurasakan di hidungku, mulutku  terkunci, pikiranku kosong dan tak lagi ku ingat apa yang terjadi. Dan saat aku terbangun ternyata waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi. Ibu membawakanku semangkuk bubur untukku sarapan. Ibu mengatakan bahwa semalaman aku  demam tinggi. aku juga mengerang dan mengigau tak karuan. Syukurlah, ternyata semua hanyalah mimpi. Ibu mengatakan bahwa pikiran juga bisa mempengaruhi kesehatanku, oleh karena itu aku dinasehatinya untuk tidak terlalu tenggelam dalam sedih dan mulai membuka hati kembali. Diluar sana banyak hal yang menarik untuk diketahui dan di pelajari dari pada terus murung dan tenggelam dalam kesedihan yang tidak ada ujungnya. “ Minggu besok kita berlibur ya, ingat tempat liburan yang menyenangkan dulu saat kamu kecil dulu?” ucap ibu sambil mengelus kepalaku. “ Desa kakek?” “Iya.. bagaimana? Ibu dengar disana ada penginapan baru juga, di dekat sana banyak tempat wisata salah satunya air terjun yang masih sangat alami dan indah, dan konon belum banyak dikunjungi.. bagaimana? “. “baiklah” . “baik kalau begitu lekaslah makan dan minumlah obatnya..” Aku mengangguk, benar kata ibu, aku harus membuka mata ku lagi, mengapa aku harus tenggelam dalam masa lalu? Sementara di depanku ada banyak hal menarik yang bisa ku lakukan. Life must going on, kan?

Mungkin bersambung....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kehidupan BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang