Suara bel yang membisingkan telinga mulai berbunyi dengan lantangnya. Mau tidak mau para murid pun bergegas masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran jam pertama. Namun berbeda dengan gadis satu ini, ia harus membersihkan toilet sekolah terlebih dahulu. Mengapa ? Jelas saja karena ia terlambat. Dia adalah Ryla gadis cantik dari keluarga terpandang namun sikap gadis satu ini membuat hampir semua orang tidak ingin mengenalnya. Akan tetapi Ryla masa bodo dengan semua omelan yang ia terima dari orang-orang.
Bagi Ryla apa pun yang dapat membuatnya bahagia ia akan lakukan. Seperti saat ini ia tidak peduli jika harus membersihkan toilet yang penting ia tidak mengikuti pelajaran jam pertama, karena Ryla memang tidak menyukai pelajaran Bahasa Jawa. Sungguh bagi Ryla itu adalah pelajaran terlaknat.
"Apakah ini masih lama? Huh malas sekali rasanya" keluhnya sambil melempar sapu. Ia pun mulai beranjak meninggalkan toilet menuju tempat favorit nya yaitu atap sekolah. Baginya disana adalah surga di sekolah. Disini ia dapat mendengarkan musik sambil tidur, seperti yang ia lakukan saat ini. "AW.. sakit" teriak nya sambil menatap tajam orang yang telah melempar keningnya dengan permen.
"Kenapa kau selalu menghindar dari pelajaran Bahasa Jawa ?" Tanya pria yang melemparnya dengan permen.
"Pentingkah bagi mu untuk tahu alasanku ?" Bukanya menjawab Ryla malah balik bertanya.
"Hey aku ini bertanya kenapa kau malah balik bertanya ?" Protes pria ini. Yang ditanya malah tersenyum sinis.
"Kau ini kan sahabatku seharusnya kau tahu mengapa aku selalu menghindar dari pelajaran itu" ucap Ryla.
"Apa kau masih dendam dengan guru itu ? Hey Ryla sadarlah dendam itu tidak baik berapa kali aku harus meng.."
"Sudahlah Dimas apa kau tidak lelah jika setiap hari selalu menceramahiku ? Lebih baik kau diam dan ikut mendengarkan lagu dengan ku" ucap Ryla memotong ucapan pria yang diketahui bernama Dimas. "Terserah kau saja aku hanya mengingatkanmu. Itu adalah tugasku sebagai sahabat" ucap Dimas.
"Ya ya ya ya. Mari kita ke kantin perut ku mulai lapar" ajak Ryla.
"Apa kau gila ha ? Kau mau menambah hukuman ? Tidak aku tidak mau ikut" tolak Dimas.
"Ayolah.. sekali ini saja ku mohon yayayaya" bujuk Ryla dengan wajah imutnya.
"Argh kau ini. Hilangkan wajah menjijikan mu itu." Ucap Dimas sambil beranjak dari tempat duduknya. Ryla pun langsung sumringah mendengar jawaban Dimas.
Mereka sibuk dengan ponsel mereka masing-masing sambil menunggu pesanan mereka datang. Mereka benar-benar tidak punya rasa takut. Mereka tak memikirkan akibatnya jika mereka ketahuan oleh guru. Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang. "Aah akhirnya datang juga.. aku sudah sangat lapar" sahut Ryla dengan semangat, ia langsung melahap makanan nya. Namun berbeda dengan Dimas, bukanya makan ia malah geleng-geleng melihat cara makan sahabat nya itu.
"Hey apa kau tidak makan selama bertahun-tahun ?" Sela Dimas.
"Sudahlah kau diam saja dan makan makanan mu. Jangan mengganggu ku" cetus Ryla pada Dimas."Aish dasar" ucap Dimas dan segera ia juga melahap makanan di depannya itu.
Pagi telah berganti malam. Matahari tak lagi menampakan wujudnya. Ini adalah malam minggu dimana biasanya para remaja menghabiskan waktu nya untuk pergi. Namun berbeda dengan Ryla. Gadis satu ini hanya diam menatap jejeran botol obat yang memuakan. Pertahanan nya runtuh air mata tidak dapat lagi ia bendung, ia menangis tersedu meratapi nasib malang yang ia terima. Dibalik kenakalan nya, dibalik sikap ceria nya, ia sesungguh nya mendapat cobaan yang sangat besar. Ia memiliki riwayat penyakit jantung yang dapat membunuhnya kapan saja. Alasan ia menjadi anak yang sulit diatur sesungguhnya karena ia tidak ingin dianggap lemah oleh semua orang.
Ryla ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak lemah. Dia masih bisa bahagia walau maut menantinya. Orang Tua Ryla pun sudah berusaha untuk mencarikan pendonor jantung. Namun sampai saat ini mereka belum juga menemukan.
Lelah memikir kan beban hidupnya ia memilih untuk memainkan ponsel canggihnya. Ia mengetikan sebuah pesan untuk Dimas. Ryla mengajak Dimas untuk lari pagi bersama.
Matahari kembali menyapa dunia membangunkan semua insan Tuhan, tak terkecuali pria tampan satu ini. Dimas mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia melirik jam di dinding, lalu ia bergegas mandi mengingat janji nya untuk menemani Ryla lari pagi. Di tempat lain Ryla sedang mencari sepatu kesayangannya yang entah kemana. Ryla menggerutu tidak jelas, kesana-kesini, mondar-mandir hanya untuk mencari sepatu yang ia cari itu. Padahal ia punya banyak sepatu lain yang dapat ia gunakan.
"Aah ini dia sepatunya " girangnya saat menemukan sepatunya dibawah meja rias.
Ia pun segera memakai sepatu dan berlari keluar rumah. Ibu Ryla hanya geleng-geleng melihat kelakuan putrinya.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Dimas pun tiba didepan rumah Ryla.
"Maaf aku telat. Kau tak apa kan ?" tanya Dimas
"Tidak. Lagian kau telatnya juga tidak terlalu parah." jawab Ryla.
" Yasudah ayo kita mulai" seru Dimas. Ryla pun menjawab dengan anggukan.
Tiba-tiba saat ada di tengah perjalanan, jatung Ryla terasa amat sakit, nafasnya sesak.
'Ya Tuhan aku mohon jangan sekarang.' ucapnya dalam hati. Sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada Ryla. Jantungnya tetap terasa sakit. Kepalanya pusing, ia sudah tertinggal jauh oleh Dimas. Pandangan Ryla mulai buram. Ia pun jatuh pingsan. Sedangkan Dimas ? Ia masih belum menyadari bahwa Ryla sudah tidak berada bersamanya. Merasa sedikit janggal Dimas pun menengok ke belakang.
"Loh kemana dia ?" ucapnya.
"Ck Rylaaaaa ayolah kau jangan bercanda seperti ini" seru Dimas.
Tidak ada sahutan. Dimas pun berlari putar balik untuk mencari Ryla. Ia melihat segerombolan orang, ia pun menghampirinya. Matanya melebar kala melihat siapa orang yg sedang dikerumuni itu.
"Astaga Ryla" tanpa basa-basi ia pun segera memanggil ambulance dan menghubungi orangtua Ryla.
Semua orang cemas, semua orang menunggu kabar dari dokter. Dimas menangis, ia juga kecewa karena Ryla tidak pernah cerita padanya. Ia merasa tidak berguna untuk sahabatnya. Persetan dengan pepatah jika lelaki tidak boleh mengangis. Ia sudah tidak mampu menahan air matanya.
Tak lama, Dokter pun keluar menunjukan wajah pasrahnya.
"Maaf Pak, Bu. Saya sudah berusaha. Namun sepertinya Ryla memang butuh pendonor jantung. Saat ini ia kritis. Ia sangat butuh donor jantung itu " jelas dokter tersebut.
"Tapi dokter, kami juga sudah mencari donor jantung untuk Ryla, namun tidak ada yang cocok dengan anak saya, apa tidak ada cara lain dokter?" ucap ibu Ryla memohon. Ayah Ryla menenangkan istrinya. "Beri kami waktu, kami akan segera mendapat kan pendonor itu secepatnya." tegas ayah Ryla.
Dimas yang mendengar hanya bisa diam. Pandangannya kosong menatap lantai putih rumah sakit.
2 Bulan telah berlalu. Semua sudah berubah. Ryla pun telah sadar dari masa kritisnya. Ia sudah mendapat donor jantung dari orang yang sangat mulia. Orangtua Ryla menyambut anaknya begitu sangat antusias. Ryla pun merasa sangat bahagia karena ia dapat melihat indahnya dunia lagi.
"Selamat Pagi sayang. Selamat nak atas kesembuhanmu. Dan besok kau sudah boleh pulang dari sini." Ucap ibu Ryla.
"Aah betapa senangnya aku bu. Ngomong-ngomong dimana Dimas ?? Apa ia tak mau melihatku sembuh ?" Tanya Ryla.
"Em itu.. anu.. Dimas sedang ada urusan." Jawab ibunya. Ryla hanya mengangguk.
Ke esokan harinya, saat sedang dalam perjalanan pulang tiba-tiba Ryla berkata.
"Yah, Bu aku ingin mengunjungi makam orang yang telah mendonorkan jantungnya padaku." Mereka pun menyetujui keinginan Ryla.
Sesampainya disana Ryla tak mampu menahan air matanya. Ia menangis sekeras-kerasnya. Ia tidak dapat menerima kenyataan bahwa Dimas lah yang mendonorkan jantungnya. Ryla terus memeluk dan mencium batu nisan Dimas. Ia sungguh tak merelakan kepergian sahabatnya itu. Ia juga kecewa karena Ayah atau ibunya tidak memberi tahunya. Hingga sore menyapa. Orangtua Ryla pun mengajaknya pulang. Ryla hanya menurut karena ia juga mersa tubuhnya sangat capek. Malam telah tiba. Namun Ryla tetap tidak mau beranjak dari tempat tidurnya. Sampai Ibunya datang."Nak ini ada surat dari Dimas, sebelum ia pergi." Ryla menoleh menatap nanar surat itu. Lalu ia menerimanya, ia membaca surat itu dengan seksamaDear Ryla
Hai, apa kabar ? Aku harap kau sekarang sudah sehat.
Aku kecewa karena kau tidak pernah bercerita tentang sakitmu itu. Sehingga aku mengetahuinya dengan cara yang menyedihkan.
Mungkin saat ini kau sudah tahu jika akulah yang mendonorkan jantung untukmu.
Jika kau tanya kenapa, aku akan menjawab. Karena aku ingin menjadi seseorang yang berarti di dunia ini. Aku senang dapat menyelamatkan nyawa satu orang. Apalagi jika itu sahabatku sendiri. Dan alasan lain aku mendonorkan jantungku, karena aku sangat merindukan kedua orangtuaku di rumah Tuhan. Aku bahagia disini. Jangan kau tangisi kepergianku. Rasakan detak jantungku di dalammu. Dan kau harus berjanji padaku, kau harus menjadi gadis yang berprestasi disekolah. Tinggalkan keburukanmu. Tolong bahagiakan aku disini dengan kesuksesanmu.
DimasSetelah membacanya Ryla segera menghapus airmata sialan yang mengalir dipipinya. Ia berjanji akan menjadi seseorang yang Dimas mau. Ibunya ikut tersenyum melihat anaknya kembali tersenyum. Ryla akan memulai hidup barunya dengan ceria.
'Terima kasih Dimas, aku tak akan mengecewakanmu'