"Shinta, bagaimana hubunganmu dengan Dimas?" suara Ayah terdengar di sela kegiatan makan malamnya saat ini.
"Baik, Yah," timpal Shinta sembari memasukkan potongan wortel ke dalam mulutnya.
"Bukan itu maksud Ayah, bagaimana arah hubungan kalian sekarang? Ingat Shinta, usiamu bukan lagi remaja. Kamu sudah dewasa, lagi pula hubungan kamu dengan Dimas terbilang cukup lama," Papar Ayah.
"Iya, Nak. Ayahmu benar, setidaknya kamu harus mengambil keputusan untuk arah hubunganmu dengannya." Ibu menimpali perkataan Ayah. Gadis itu meletakkan sendok serta garpunya begitu saja, rupanya ia sudah kehilangan selera makannya. Jujur, ia merasa sangat risih dengan pertanyaan yang sering di lontarkan kedua orang tuanya.
"Shinta kenyang, mau ke kamar!!" Seru Shinta yang beranjak meninggalkan Ayah dan ibunya yang menatapnya tajam. Untuk kesekian kalinya Shinta menghindar. Karena hanya itulah yang bisa ia lakukan. Gadis itu berlari ke arah tangga menuju kamarnya di lantai dua. Ia membanting tubuhnya secara kasar ke atas ranjang, tanpa memperdulikan rasa sakit yang akan di deritanya nanti.
Shinta membenamkan wajahnya di bawah bantal. Seketika, gadis itu membalikkan tubuhnya. Aku harus menemui Dimas malam ini juga, batin Shinta.
Di raihnya ponsel yang berada di saku celananya.
"Hallo?"
"Hallo, Ta. Ada apa sayang?" suara Dimas terdengar di ujung sana.
Sekilas senyum Shinta mengembang, suara Dimas sudah menjadi candu baginya.
"Temui aku, malam ini juga di caffe pelangi," ujar Shinta.
"Oke, aku akan ke sana," timpal Dimas. Lalu sambungan telepon mereka terputus. Shinta segera bangkit dari ranjang. Ia meraih tas kecil dan kunci mobilnya. Dengan cepat, ia keluar dari kamarnya dan melangkah menuruni anak tangga.
"Mau kemana, Ta?" tanya Ibu yang melihat Shinta memainkan kunci mobilnya. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak. "Aku ada perlu bentar, Bu." Shinta berlalu meninggalkan ibunya yang menatap kepergiannya.
Shinta masuk ke dalam mobil dan menjalankan mesinnya. Lalu, berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Tak butuh waktu lama, ia sudah sampai di tempat yang ia tuju.
Caffe ini adalah tempat favorite mereka, keduanya sering menghabiskan waktu berlama-lama di caffe ini. Shinta segera melangkahkan kakinya, menelusuri barisan meja yang penuh pengunjung. Dari kejauhan, Shinta tersenyum. Saat matanya menangkap lelaki yang dicintainya.
Dimas tengah duduk manis sembari meminum hot capucino kesukaannya. Di depannya pun terlihat segelas jus alpukat kesukaan Shinta. Rupanya lelaki itu memesankannya. Tangannya melambai, saat Dimas melihat Shinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan cerita pendek
Short StoryIni kumpulan cerpen yang aku tulis saat ide sedang berkeliaran di otakku. semoga suka dengan ceritanya