2

672 18 0
                                    

Long Chapter.
(NC)😏







Aku menjatuhkan sapuku dan berhambur kepelukkannya. Tangisku langsung pecah dan aku terisak didadanya. Kudengar kantung belanja yang jatuh dilantai dan tangannya merengkuh badanku.

"Ssh... Mianhae"

Pelukkannya sangat hangat. Tangannya mengelus punggungku yang bergetar dan aku makin mengeratkan pelukkanku. Aku takut jika dia menghilang... Dan aku lebih takut jika ini hanyalah khayalanku saja. "Baby, stop crying, okay?" Bisiknya lembut. "I'm here baby, don't cry... I miss you too."

"Kau... Jahat." Isakku. Namjoon menarik wajahku lembut dan memerhatikan wajahku dengan sendu. "Maaf, ponselku hilang..." Gumamnya.

Aku menarik diri dan memukul lengannya keras, "kenapa bisa?!
Kau!
Membuatku!
Khawatir!"

"Aaa! Ampun-ampun!" Erangnya. Saat hendak melayangkan pukulan lagi, ia menahanku. 

Tangannya yang lain menghapus air mata diwajahku dan mengecup bibirku lembut. "Aku senang kau khawatir." Bisiknya.

Tekstur bibir itu... Sudah lama aku tidak merasakannya. Masih sama seperti terakhir kali ia menciumku, lembut, basah dan memabukkan dan aku bisa merasakan rasa chapstick yang ia pakai.

Air mataku turun lagi tanpa seizinku. Perasaanku begitu bahagia, sangat bahagia sampai aku menangis dan tidak tahu apa yang harus kulakukan. "Kenapa kau menangis hm? Apa aku--" "aku sangat bahagia... Kau akhirnya datang." Isakku.

Kuseka air mataku keras dengan punggung tanganku dan menatapnya.

Mata Namjoon berkaca-kaca dan ia menarikku lagi kepelukannya. "Mianhae..." Ucapnya dengan suara bergetar. "Kau pasti tersiksa, hm?" Aku mengangguk. Sangat tersiksa, Joon

"Maafkan aku."

Namjoon mendorong badanku pelan dan tatapannya terfokuskan padaku. Aku tidak berani menatapnya. Aku malu karena aku lah penyebabnya.

Namjoon menghembuskan nafas panjang.

"Aku tau Chuseok satu-satunya kesempatanku untuk bertemu denganmu dan keluargaku. Aku mengerti kau marah karena kau takut kehilangan kesempatan ini dan membuatmu kecewa dan sakit hati jadi...  Itu sepenuhnya bukan salahmu juga."

Aku mendongak menatapnya, "tapi apa tugasmu sudah selesai?" Tanyaku lirih lagi. Namjoon mengangguk dan mengelus kepalaku seperti kucing. "Setelah menyelesaikan tugasku, aku langsung pamit pergi karena member lainnya sudah pulang dulu."

"Mianhae, Namjoon-ah."

Secepat kilat, bibir Namjoon mengecup bibirku. "Yes baby."

*

Namjoon meletakkan kantung belanjaan diatas meja makanku. Dia mengeluarkan beberapa kaleng beer, sayur-sayuran, snack, dan kotak makan. Ya bisa dibilang stock untuk lemariku karena dia tahu aku malas untuk mestocknya lagi. Tidak malas sih hanya saja aku tidak punya cukup uang.

"Kau sudah makan?" Tanyanya. Aku menggeleng, "Kau kelihatan sangat kurus. Ayo makan."

"No"
"Yes. Aku akan menyuapimu."
Aku berdecak kesal, "i'm not a baby anymore" rengekku.

"But you are my baby."

Aku terdiam merona. Ugh rayuanmu, Joon.

Namjoon tersenyum lebar tahu jika aku tersipu. Ia membuka kotak makan dan terdapat macam-macam sushi favoritku disana. Entah kenapa aku merasa lapar.

Dia menarikku duduk disofa yang menghadap TV. Tangannya menepuk tempat kosong disampingnya tapi aku memilih duduk dipangkuannya. Dan Namjoon kelihatannya sangat senang. "Lihat siapa yang mulai nakal." Godanya.

Rindu (KNJ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang