saranghae -part3-

158 8 2
                                    

Aku tersadar dari lamunanku. Kecelakaan itu terjadi dengan cepat. Mobilku menabrak pembatas jalan karena menghindari truk yang melaju kencang dari arah berlawanan. Seakan belum cukup, dari arah kanan muncul sebuah mobil yang juga melaju kencang. Mobil itu menabrak bagian belakang mobilku. Naas bagi Hyebin, dia yang duduk dibelakang menjadi terhimpit dan membuatnya tewas.

Kejadian itulah yang membuat semuanya berubah. Hubunganku dengan Soo Ki mendingin begitu saja. Jujur saja, aku merasa bersalah pada Soo Ki. Sering ku dengar Soo Ki menangis setiap malam, mungkin dia teringat Hyebin. Aku ingin memelunya, namun sering kuurungkan niat itu. Aku merasa akulah yang telah merebut kebahagiaannya. Membuatnya kehilangan satu-satunya anggota keluarga, membuatnya kehilangan sebagian hidupnya, dan membuatnya kehilangan senyuman di wajahnya. Aku sungguh bersalah padanya. Kang Soo Ki, jeongmal mianhae.

-Donghae POV end-

-Special POV, Kang Soo Ki-

Annyeong, namaku Kang Soo Ki, saat ini statusku adalah istri dari Lee Donghae, namja yang aku cintai. Seharusnya aku bahagia kan? Namun aku sama sekali tidak bahagia dengan keadaan ini! Kecelakaan itu membuat semuanya berubah, termasuk hubungan kami. Setelah aku tersadar dari kecelakaan itu, aku merasa hubungan kami tak lagi sama. Hubungan kami mendingin, tak ada sebab pastinya. Namun aku yakin bahwa perubahan sikapnya adalah karena diriku.

Kecelakaan itu meluluhlantahkan seluruh kehidupanku. Hyebin, adik yang paling kusayangi meninggal dalam kecelakaan itu, Donghae oppa seakan tak peduli lagi padaku, dan aku kehilangan suaraku. Ya, aku bisu kini. Saat kecelakaan ada pecahan kaca yang merobek leherku dan mengenai pita suaraku. Mungkin karena aku bisu inilah Donghae oppa menjadi bersikap acuh padaku.

Hal itulah yang membuatku bersikap cengeng, sikap acuh Donghae oppa maksudku. Jika ada yang bertanya apakah aku sedih ketika Hyebin pergi, aku sangat sedih. Namun aku tahu bahwa kesedihanku tak dapat membuatnya kembali hidup. Oleh sebab itu, aku sudah mengikhlaskan kepergian Hyebin.

Pagi ini aku terbangun dan seperti biasa, kulihat Donghae oppa yang sedang terduduk menghadap kearah lautan. Akhir-akhir ini itulah yang dilakukannya. Tidur setelah aku tidur dan bangun sebelum aku terjaga. Tanpa menyapanya, aku langsung bangkit menuju kamar mandi. Beginilah nasib pernikahan kami. Tinggal satu atap, tidur satu ranjang, namun tak pernah ada komunikasi. Aku sangat berharap jika hubungan kami bisa kembali seperti dulu. Seringkali aku berfikir, tak apa jika kami tak menikah asalkan kami masih bisa bersama dan tertawa. Namun aku tahu itu tak mungkin.

Saat aku keluar dari kamar mandi, kulihat Donghae oppa sedang berdiri di balkon kamar kami. Wajahnya tetap menghadap kearah laut. Mungkin sedang mengadu pada lautan, mengapa dia bisa menikah dengan gadis bisu sepertiku. Ku dekati Donghae oppa untuk mengajaknya makan. Walaupun seringkali kulihat wajah dinginnya, namun ini kewajibanku bukan? Saat aku hampir sampai di dekatnya, kulihat ia menangis. Tak ada isakan yang keluar memang, namun aku yakin tangisannya penuh dengan luka. Oppa, apa oppa begitu membenciku? Apa oppa malu mempunyai istri yang bisu? Sungguh oppa, aku pun tak ingin seperti ini! Tuhan, aku rela jika Donghae oppa meninggalkanku, asalkan dia bisa tersenyum kembali. Aku tersiksa melihatnya seperti ini, batinku.

Aku terkejut saat Donghae oppa tiba-tiba membalikan badannya. Langsung saja kuhapus air mataku. Kulihat Donghae oppa juga membelalakkan matanya. Segera saja kubalikan badanku, bersiap masuk kedalam rumah. Namun langkahku terhenti saat kurasakan ada tangan yang memegang lenganku. Aku berhenti namun tak membalikan badanku, aku tetap memunggunginya.

“Soo Ki, mianhae,” ucapnya pelan.

Apakah ini akhir dari pernikahan kami? Jika memang ini yang terbaik, aku rela. Tapi mengapa air mataku tak mau berhenti? Segera saja kututup mulutku agar isakanku tak terdengar. Ku rasakan tangan Donghae oppa terlepas. Segera saja aku melangkah pergi. Namun lagi-lagi aku terhenti, bukan karena Donghae oppa memegang tanganku. Tapi karena Donghae oppa memelukku. Ya, dia memelukku. Pelukan pertama kami setelah kecelakaan itu dan mungkin pelukan terakhir kami. Memikirkan itu membuat air mataku kembali mengalir.

“Maafkan aku karena telah menjadi pusat rasa sakit dan air matamu. Aku memang lelaki yang tidak berguna,” ucapnya sambil tetap memelukku.

“Kau boleh menghukumku apapun, tapi tolong jangan menangis lagi. Kau tahu, air matamu adalah kesakitan untukku? Maafkan aku telah membuatmu kehilangan Hyebin, aku sangat bersalah padamu. Maafkan aku,”

Deg! Jadi ini penyebab perubahan sikapnya padaku? Rasa bersalahnya atas kematian Hyebin? Dan aku, bukannya berpikiran positif terhadap suamiku, aku malah menuduhnya? Ya Tuhan, betapa bodohnya aku. Bertahan dengan fikiran konyolku sehingga membuat pernikahan kami berantakan.

Segera saja kuhadapkan badanku. Kugelengkan kepalaku dan mencoba menghentikan tangisanku. Tapi air mata ini seakan tak mau berhenti. Ini adalah air mata bahagia. Aku bahagia karena akhirnya bisa menyelesaikan kesalahpahaman ini.

“Soo Ki, tolonglah berhenti menangis. Aku tahu aku bersalah padamu, tapi jangan seperti ini. Aku mohon. Kau boleh membenciku, tapi…”

Aku langsung memeluk Donghae oppa sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Aku tidak akan pernah bisa membencinya, apapun yang terjadi. Bukankah sudah ku katakan bahwa membencinya adalah hal yang mustahil.

“Aku mencintaimu,” kata itu yang kuucapkan saat ku lepaskan pelukanku. Walau kata itu terucap tanpa suara dan hanya diikuti gerakan, aku yakin Donghae oppa mengerti.

“Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu,” ucapnya seraya memelukku. Benarkan? Ia pasti mengerti dengan ucapanku.

——————————————————————–

-Epilog-

Kau pernah bertanya padaku, mengapa aku menyukai kata “saranghae”. Saat itu aku menjawab tidak tahu, dan sampai sekarangpun aku tidak tahu mengapa aku menyukai kata itu. Yang aku tahu adalah, kata itu mempersatukan kita, kata itu membuat kita lebih saling mengerti, kata itu menjadikan kita semakin kuat dan kata itu membuat aku semakin mencintaimu. Karena di dalam kata itu ada namamu. Hae, sarangHAE.

사랑 해

“THE END”

SARANGHAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang