"The past cannot be changed, forgotten, edited or erased; it can only be accepted. " –unknown
ㅤㅤ ㅤ Suara petir menggelegar memenuhi relung kedua indra pendengaran pemuda berasmakan Kwon Hyuk yang tengah berbaring terlentang di atas sofa ruang tengah. Rambut hitam panjangnya yang sudah lama tak diurus membuat jarak pandangnya menjadi sangat dekat. Sudah beberapa jam lamanya ia berbaring di sana dalam keadaan terjaga, berharap mimpi buruk tak akan mendatanginya di siang hari –tetapi ia terlalu takut untuk memejamkan mata. Hembusan napas tipis lolos dari celah bibirnya. Bukannya ia tidak terpikirkan sebuah jalan keluar hanya saja ia merasa tidak akan ada satu orangpun yang mengerti.
ㅤㅤ ㅤ "Kau di sini rupanya?"
ㅤㅤ ㅤ Suara lain menyapu rongga telinga Hyuk. Yang dipanggil mau tak mau menoleh ke arah sumber suara. Seorang lelaki berperawakan tinggi yang berambut hitam pekat nampak berada di lorong pintu masuk, selangkah demi selangkah sosok itu masuk semakin jauh ke dalam apartment 24B.
ㅤㅤ ㅤ "Oh. Pulang lebih awal, Wooseok?"
ㅤㅤ ㅤ Lelaki yang dipanggil Wooseok mengangguk, mengiyakan pertanyaan yang dilontarkan Hyuk kepadanya. Kedua keturunan Adam itu telah menjadi teman tinggal satu apartment semenjak tahun ajaran pertama di bangku perkuliahan. Dari segi fisik—terutama tampang—keduanya tampak serasi. Hanya saja, apabila dilihat dari pola keseharian keduanya sangatlah bertolak belakang.
ㅤㅤ ㅤ Hyuk adalah seorang mahasiswa fakultas desain yang amat disibukkan dengan project mata kuliah di mana terkadang ia harus terjaga hingga pagi hari agar dapat menyelesaikan semua tugasnya tepat waktu. Sementara Wooseok adalah seorang mahasiswa fakultas teknik informatika yang lebih sering bertatap muka dengan layar komputer dibandingan berinteraksi dengan manusia lainnya. Hubungan keduanya tidak begitu dalam namun tidak juga layak disebut dangkal. Hidup bersama-sama selama beberapa tahun membuat keduanya secara tidak langsung dapat memahami satu sama lain dengan lebih mudah. Seperti saat ini misalnya.
ㅤㅤ ㅤ Wooseok mendudukan dirinya di atas lantai beralaskan karpet berwarna kelabu sementara punggungnya ia sandarkan pada sofa tempat Hyuk berbaring. Ia menengadahkan kepalanya agar dapat menempatkan kepalanya tepat di bantalan empuk sofa –yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari kaki Hyuk.
ㅤㅤ ㅤ "Kau bolos?" Setelah beberapa saat hening melanda, Wooseok lah yang pertama menyuarakan benaknya.
ㅤㅤ ㅤ Hyuk mendengus pelan. Sebuah seringaian mengikuti beberapa sekon setelahnya.
ㅤㅤ ㅤ "Sudah kuduga," Wooseok terkekeh pelan.
ㅤㅤ ㅤ "Joohyun-ssi bilang kau tidak enak badan. Tapi aku tahu lebih baik daripada itu bukan?" Lelaki berperawakan itu melanjutkan seraya meemjamkan kedua matanya yang lelah. Berhadapan dengan layar komputer dari pagi hingga siang hari tidak semenyenangkan yang orang-orang duga –khususnya apabila berhadapan dengan kode-kode rumit dan angka binary.
ㅤㅤ ㅤ "Tentu saja kau tahu. Kau teman satu apartmentku." Hyuk menyahut sembari mengubah posisinya dari terlentang menjadi duduk bersandar para tangan sofa.
ㅤㅤ ㅤ Keduanya kembali diam, hanyut dalam pikiran masing-masing bersama dengan suara hujan yang semakin lama turun semakin deras. Helaan napas Hyuk dapat terdengar memecahkan keheningan di ruang tengah.
ㅤㅤ ㅤ "Sampai saat ini dia belum tahu kalau kita tinggal satu apartment?" Kembali suara baritone Wooseok terdengar.
ㅤㅤ ㅤ Hyuk bukanlah tipikal orang yang banyak berbicara –sebut saja dirinya adalah seorang introvert. Ia lebih menyukai suasana tenang. Namun bukan berarti ia tidak menyukai Wooseok yang terlahir sebagai seseorang yang gemar berbincang. Hyuk selalu diajarkan untuk menghargai segala sesuatunya maka dari itu ia menghargai kehadiran Wooseok dalam kehidupannya. Mencari seorang teman sejati lebih sulit daripada mencari pasangan.
YOU ARE READING
The Haunting
FanfictionKwon Hyuk terus dihampiri oleh seorang gadis dalam mimpinya selama beberapa minggu terakhir, lelaki berusia dua-puluh satu tahun itu pun mengalami gangguan sulit tidur karena gadis yang menghampirinya selalu membawa mimpi buruk.