Chapter 8

59 2 0
                                    

Aku menoleh, dan tetap, aku tak melihat apapun di balik pintu kertas itu. Namun aku memperhatikan raut wajah Shoji amat ketakutan.

Biksu itu menoleh ke arah kami, “Jadi mana anak yang katamu bisa melihat mereka itu?”

“Shoji, anak ini.” ketika Ryuichi mengatakan hal itu, pria paruh baya dan pria tua itu saling menatap satu sama lain.

Sang biksu kemudian berbicara.

“Apa dia juga yang masuk ke dalam kuil?”

“Tidak.” Ryuichi menggeleng, “Itu adalah Yuuki.”

“Hmm...” hanya itu yang bisa dikatakan biksu itu.

“Shoji hanya di luar dan hanya mengamati, kurasa.” sambung Ryuichi.

“Begitukah?” biksu itu terdiam sesaat lalu berbicara dengan Shoji, “Apa ini kali pertamanya kamu mengalami hal seperti ini?”

“Mengalami hal seperti ini?” ia bertanya, tak yakin dengan apa yang dimaksud biksu itu.

“Ya, melihat roh atau hal-hal seperti itu.”

Shoji mengangguk, “Ini kali pertamaku.”

“Jadi begitu? Hmm...ini cukup aneh.”

“A....” Shoji tampak hendak berbicara dan semuanya menoleh ke arahnya.

“Bicaralah.” kata sang biksu.

“Apa aku akan mati?” ia tampak bergetar saat mengatakannya.

“Ya,” sang biksu menjawab tanpa tedeng aling-aling, “Jika ini terus berlanjut, kau pasti akan mati.”

Shoji kehilangan kata-kata. Gemetarnya berhenti seketika dan kepalanya menunduk.

Melihatnya, Takumi langsung berbicara, “Apa maksud anda dengan dia akan mati?”

“Maksudku ia akan dibawa pergi,” sang biksu menjawab. Takumi dan aku masih tak mengerti dengan apa yang ia maksud. Sesuatu akan membawa Shoji pergi?

Sang biksu melanjutkan perkataannya,

“Aku tak terkejut kalian tak memahami perkataanku.” Ia berpaling kepadaku, “Yuuki, ketika kamu masuk ke dalam kuil, apa kamu merasakan ada yang aneh?”

Kuil? Aku mengasumsikan yang ia maksud adalah lantai kedua hotel itu.

“Aku mendengar sesuatu. Suara garukan dan ada suara napas yang aneh. Ada banyak jimat menancap di pintu ...”

“Begitu,” kata sang biksu, “Kamu mungkin tak menyadarinya, namun yang tinggal di sana bukanlah manusia.”

Aku tak terkejut. Aku sudah menduganya sejak awal.

“Aku percaya bahwa kau dapat merasakan keberadaan mereka dengan indra pendengaranmu. Sedangkan Shoji, temanmu, bisa merasakan mereka lewat indra penglihatannya.” biksu itu menjelaskan, “Biasanya manusia tak mampu merasakan mereka. Mereka tinggal di suatu tempat, tanpa ada yang memperhatikan, meringkuk dalam kesunyian.

“Shoji,” ia berpaling ke temanku itu, “Apa kau melihatnya sekarang?”

“Tidak, namun aku bisa melihat bayangannya,” ia menoleh dengan gugup, menatap pintu geser kertas yang berada di samping kami. “Ia mencakari pintu dengan sangat keras.”

“Ia tak bisa masuk. Aku melindungi tempat ini, namun tetap saja ia berusaha menghancurkan pelindung itu.” Ia berhenti beberapa saat sebelum kembali melanjutkan, “Tapi kalian tak bisa tinggal di sini selamanya. Aku akan meminta kalian pergi ke suatu tempat. Dan Shoji, kau harus mengerti ... mereka akan mencoba muncul kembali di hadapanmu. Aku sadar ini akan sangat sulit bagimu. Namun kau harus tetap tenang dan mengikuti apapun perintahku.”

ResortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang