Hana mencoba menyesap isi cangkir itu sekali lagi. Keningnya makin berkerut. Rasa ini nggak asing, tapi entah kapan Hana pernah mencicipinya. Cafe ini juga baru pertama kali dikunjungi atas rekomendasi Sasi sahabatnya, jadi mustahil Hana pernah meminumnya sebelum ini. Menu tadi juga dipilihnya asal saja, namanya unik dan tercantum paling atas di buku menu. Cinnamint Choclove, namanya. Dari deskripsi yang terbaca, ini adalah kombinasi coklat hangat, mint dan kayu manis. Meskipun namanya agak aneh tapi Hana tetap memesan tanpa banyak tanya.
Hana sengaja memilih tempat di sudut, dengan sofa empuk pendek yang nyaman sekali untuk menyenderkan punggung kakunya. Diamati suasana cafe yang banyak dihiasi ornamen berbentuk kubus tapi bisa menghadirkan kesan yang nggak kaku. Malah sangat cozy dan benar-benar bikin penatnya cair. Disesap lagi isi cangkir di hadapannya. Kening Hana makin berkerut. Rasanya ia ingat dari siapa mengenal kombinasi rasa ini. Berloncatan beberapa memori walaupun belum begitu jelas.
Untuk yang ketujuh kalinya, disesap lagi pinggiran cangkir tersebut, tiba-tiba hatinya berdesir. Mendadak sesak menyelimuti dadanya, kelopak matanya pun mulai panas. "Aldo...", bisiknya lirih.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hana mengangsurkan punggung makin dalam ke sandaran sofa. Dipejamkan matanya rapat-rapat, menghalau panas yang tiba-tiba menyergap. Bibirnya bergetar, tak jelas apa yang sedang ia rasakan. Aldo, teman sekolah yang tiba-tiba nembak di teras depan kelas saat Hana sedang sibuk menghafal rumus fisika untuk ulangan lepas istirahat pertama. Aldo yang bertubuh subur, tiba-tiba membulat matanya saat Hana malah ngakak waktu ditembak. "Aku serius Han, kita pacaran yuk," ujarnya lucu.
Tapi sungguh waktu itu Hana nggak punya rasa sedikit pun. Kedekatan mereka selama ini karena Melita meminta tolong Hana untuk dicomblangin sama Aldo. Lagi pula, saat Aldo nembak, Hana tahu banget Melita sedang mengawasi mereka dan duduk di balik jendela tepat di depan mereka. Dan kisah itu menguap begitu saja sampai mereka lulus SMA. Rupanya takdir belum lelah mempertemukan mereka di kota yang sama saat kuliah.
Di kota itu pula tanpa sengaja mereka berdua menjadi penyiar radio di tempat yang sama. Lalu malah bersahabat, tak berjarak tak pula ada rahasia di antara mereka. Hana ingat sekarang, Aldo sering membawakan coklat dengan rasa dan aroma begini saat duet siaran malam hari. Dan rupanya sudah empat tahun berlalu coklat beraroma mint dan kayu manis itu nggak tersaji buat Hana. Empat tahun juga Hana memendam kerinduan pada sahabat gendutnya yang lucu. Yang nggak pernah ada susah di wajahnya, nggak pernah pula pilu suaranya.
Kembali mata Hana memanas, "Damai di sana ya Do, doaku selalu bersamamu," lirih Hana berujar. Dibiarkan butiran kerinduan itu mengalir membasahi pipinya. "Kamu tahu Do, pemain piano itu mendendangkan Agreement, backsound favorit kita dari Kitaro saat kita siaran dulu," pungkasnya, bersama sebaris doa terbaik buat Aldo, sahabatnya.